"Sebenernya, gue emang ada masalah. Tapi itu bukan urusan lo." Jawab Reza.
Muhammad diam sejenak.
"Gue tahu ini bukan urusan gue, tapi gue ini nggak mau ada yang nggak beres. Kalau gue bisa bantu kenapa?" Ucap Muhammad dengan mantap, sambil menatap Reza.
Telingting telingting
Telingting telingtingDering handphone Reza tiba-tiba.
Membuat Reza lega seolah diberi bantuan untuk menghindar.
Reza mengangkat telfon. "Ya, Assalamu'alaikum." Sambil mengangkat telapak tangan ke arah Muhammad dan berlalu pergi. Tanda seolah sudah dulu bahasnya.
Muhammad terlihat pasrah dan membiarkan dia pergi.
--
"Ya, ya ok ya wa'alaikumsalam."
Setelah menutup telfon yang entah dari siapa, mungkin rekan dari tempat kerjanya, ia mengintip kamar Anugrah. Ia melihat Anugrah dan kak Maryam sedang berbincang, yang ia yakini sedang berbicara tentang masalahnya.
Ngeeekk terdengar rengekan pintu.
Anugrah dan kak Maryam pun melihat asal suara bersamaan dan melihat Reza sedang berdiri.
"Ya udah deh, kak Maryam pergi dulu." Kata Maryam seolah tahu disuruh pergi.
Anugrah mengangguk
Setelah melihat kak Maryam pergi, Reza pun masuk ke dalam. Melihat Anugrah duduk di ujung kasur.
Reza pun melangkah dan duduk perlahan di ujung kasur yang satunya.
"Sebel ya?" Ucap Reza memecah keheningan yang sempat mampir sejenak.
Anugrah merasa canggung,
Ia menoleh ke arah Reza dan
"Iyaa""Beneran sebel?" Ulang Reza
Anugrah terdian, ia rasa tak perlu mengulangi.
"Ya udah," Ucap Reza sambil berjalan menuju Anugrah, lalu duduk tepat di samping Anugrah.
Namun, Anugrah menggeserkan posisinya agar tak terlalu rapat.
Melihat hal itu, Reza mendekati Anugrah lagi. Namun Anugrah menggeser lagi.
Reza mendesah halus. "Ayo sini dulu dong!" Pintanya tenang.
Anugrah tetap diam.
"Kalau nggak mas mau narik kamu lhoo..."
Anugrah tetap diam.
"Mas itung yaaa"
Masih diam.
"Satu, dua, ti...."
Ucapan Reza terhenti karena Anugrah tiba-tiba berdiri.
Reza pun sekarang ikut berdiri.
Memegang pelan tangan Anugrah lalu mengajaknya duduk berhadapan.
"Dengerin mas yaa"
Anugrah menundukkan kepala.
"Mas minta maaf yaa, mas emang sedikit kesel dan cemburu tapi mas malah jadi berlebihan."
Anugrah masih menunduk.
"Kok diam aja sih dari tadi."
Anugrah sebenernya juga kesel sama sikap Reza. Namun, Anugrah tak bisa jika berlama-lama marah. Lagipula suaminya sudah meminta maaf.
Anugrah menegakkan pandangannya. "Iyaa umi maafin, umi juga minta maaf sama mas."
Reza tersenyum
"Cuma itu?""Terus gimana lagi?"
"Ya udah deh, nggak papa, alhamdulullah udah dimaafin."
Anugrah tersenyum tak disangka masalah yang entah rumit atau tidak itu terselesaikan semudah ini. Dalam hatinya juga mengucap syukur.
Reza memandangin istrinya itu yang tersenyum-senyum.
"Kok malah senyum-senyum, sini mas peluk." Rezapun menarik tubuh Anugrah dipelukannya.
"Ihh mas apaan sihh, moduss, lepasin dong." Ucap Anugrah sambil berusaha melepaskan pelukan Reza.
"Mass"
"Iyaa"
"Iepasin dong!"
"Iyaa sini mas peluk lebih erat lagi."
"Ihh mas lepasinnn"
***
"Sssruuupp" Lemon tea yang enak.
"Hhmmm, segarnyaaa." Ucap Siti di hadapan dua sahabatnya.Tapi Zahra malah asik dengan ponselnya.
Siti memandangi dua sahabatnya itu bergantian. "Halloo, kok bengong sihh"
"Diem kenapa sih sit, bawel." Kata Zahra.
"Ihh jahat, lagian ngapa coba hp di pantengin terus? Nggak ilang kok ra."
"Nih lho, dari kamaren dia tu terus-terusan curhat sama aku."
"Siapa?"
"Nih, ica" sambil nenunjukkan hp ke Siti.
"Ica?"
"Iya ica, Talita."
Anugrah yang mendengar nama itu langsung memandangi kedua sahabatnya itu. Dan mengerutkan dahinya.
"Apa? Talita?"
Zahra melihat Anugrah.
"Iyaa ica, dia ngomong kalau lagi deket sama cowok gitu.."
"Ohh iya, aku kemaren juga di telfon dia. Tapi, keputus gituu."
"Terus gimana coba ann? Gue suka bingung gitu jawabnya."
Anugrah menaik turunkan bahunya tanda bahwa ia juga bingung.
"Dan, kabarnya dia mau nunjukkin cowok yang disukainya hari ini." Kata Zahra.
"Masak sih beneran tu? Kok aku nggak di curhati yaa?" Siti bingung dengan itu.
"Hahaha, nggak percaya kalik sama kamu sit." Goda Zahra.
"Nanti aku kayaknya ketemu di kelas." ucap Anugrah.
"Oh yaa?" kata Siti dan menghiraukan Zahra.
"Ohh iyaa ann, bener. Siap-siap ya dicurhati, hehe." ucap Zahra.
Anugrah hanya memasang muka pasrah. Talita memang sudah dekat bukan hanya dengan Anugrah saja namun juga dengan kedua sahabatnya.
"Ya udah ah, gue mau bayar dulu. Kalian duluan aja sini uang kalian! Kalian mau masuk kelas kan?" Kata Zahra sambil menodokan tangannya.
---
"Annnn"
Suara yang khas.
Anugrah bersama Siti menengok ke arah sumber suara.
"Wah, itu ann yang tadi kita omongin."
"Huss"
"Ann, sit." Ucap Talita dengan senyum yang memperlihatkan giginya.
Anugrah dan Siti hanya balas dengan senyuman juga.
"Apa kabar?"
Mereka masih senyum.
"Ann, sit?"
"Ehh iyaa ca, gue alhamdulillah baik." Kata Siti.
"Hehe iya Ta kita alhamdulillah baik, oh yaa ayo masuk ajaa yuukk."
KAMU SEDANG MEMBACA
ISTIQOMAH
SpiritualFollow dulu baru read yaa sahabat ^_^ #butuhdukungansemangat Istiqomah, sebuah kata bermakna indah. Tetap teguh manjalani. Setiap manusia mungkin pernah merasakan cinta. Namun cinta akan indah jika cinta hanya untuk Nya, Allah SWT. Seperti yang di...