BAGIAN DUA BELAS

1.3K 65 0
                                    

"Enggak aku nggak mau."
Pantah Anugrah.

Bukannya menyerah Rahmat malah menggerakkan tangannya menuju tangan Anugrah.
Anugrah secepatnya mencegah dan berkata

"Ehh.. iya iya."

Rahmat pergi begitu saja seperti tahu bahwa Anugrah akan mengikutinya.

Sampai di dosen, Anugrah ikut Rahmat untuk mengajukan proposal yang entah Anugrah ketahui itu proposal apa.

----

"Udah kan?" Tanya Anugrah setelah keluar dari ruangan dosen.

"Belum." Jawab dingin Rahmat.

"Terus?"

"Lho udah baca surat Azzam?"

"Belum."

"Kenapa?" Tanya Rahmat dengan muka yang seperti kesal.

"Memangnya kenapa? Aku belum sempat." Kesal Anugrah, ia berkata dalam hati kenapa Rahmat terlalu seperti ini?

"Sempattin dong." Ucap dingin Rahmat lagi.

"Yee, suka-suka aku lah, orang bener belum sempet." Anugrah manyun.

"Nih." Kata Rahmat sambil menyodorkan kertas sesuatu.

Anugrah melihat sekilas..

"Apa ini?" Lalu tanyanya.

"Ambil aja, lusa gue tunggu di tempat."

Ha? Batin Anugrah.

Dengan bingung Anugrah mengambil kertas itu. Namun Rahmat langsung pergi.

-------

Anugrah sekarang pergi ke kamarnya, setelah suntuk menonton televisi yang acaranya tak membuatnya selera.

Ia ingin menulis list untuk besok, mencari pen di dalam lacinya, sebelum mendapatkan pen, Ia melihat surat dari Azzam, dipikirannya terbayang omongan Rahmat untuk segera membacanya.

Namun, bukannya menuruti omongan Rahmat, Anugrah malah ingin melihat isi dari kertas Rahmat tadi.

Dilihatnya, kertas biasa namun disisipkan tiket nonton, dan di kertasnya terdapat tulisan "Gue tunggu di depan mall Karang Gede lusa"

Muka Anugrah berubah bingung, Rahmat mengajak nonton? Bukan, tepatnya adalah menyuruh.

Anugrah menyepelekannya, dan kini dia fokus dengan surat Azzam,

"Bissmillaahirrohmaanirrohiim." Ucapnya.

"Assalammu'alaikum Wr wb.
Apa kabar Anugrah?
Sebelumnya aku minta maaf pergi nggak bilang-bilang sama kamu.

Aku sayang sama kamu
Aku turuti kata kamu untuk pergi dari kamu.
Tapi kamu tenang ajaa

Aku akan kembali membawa bekal agama dan kita in shaa ALLAH bertemu dalam pernikahan..

Yang menyayangimu
**
Azzam."

Anugrah tak percaya dengan apa yang dibacanya, sepanjang Ia membaca, ia mengucap istighfar.

Bahkan hanya surat saja sudah membuatnya takut akan zina.

Dia letakkan kembali surat itu ke laci bersama kertas dan tiket dari Rahmat.


---




Setelah Anugrah selesai menulis list, dia pergi ke ruang makan, ditemuinya kakak iparnya.

"Hei kak Maryaamm" Sambutnya ceria.

"Eh dek Anugrah, iyaa dek sini makan!"

"Kak panggil Aisyah ajaa biar sama, kan udah jadi keluarga."
Pinta Anugrah.

"Ohh iyaa deh."

"Kak, gimana sih kalau udah nikah? Enak nggak?" Anugrah nekat tanya, karna sangat penasaran dengan pernikahan.

"Eeehhh.., kok tanya gitu?" Tanya kak Maryam dengan heran.

Anugrah belum berani menjawab

"Oh iyaaa kamu kan kemarin habis di khitbah yaa?"
Kak Maryam akhirnya ingat akan hal ituu, dia tersenyum.

Anugrah hanya diam seperti ada wajah tersipu yang tersamarkan di wajahnya.

"Emm jadi ginii.. pernikahan itu tak mengenal enak dan nggaknya, tapi mengenal indahnya pernikahan. Namun.. di dalam keindahannya pasti ada masalah-masalah." Jelas kak Maryam.

"Ohhh jad-.." Perkataan Anugrah terpotong.

"Jadii pernikahan itu indah." Ummi tiba-tiba gabung.

"Kamu tu tanya gitu, emang udah siap untuk nerima khitbah nak Reza??" Tanya Ummi.

"Emm kok gitu mi? Aisyah cuma tanya kok." Anugrah kembali tersipu.

"Yaa sudaah ayo lanjutin aja makannya dek!, oh ya Ummi ini nasinya." Kak Maryam menengahkan.

"Oh iya sini!" Jawab Ummi sambil mengambil nasinya.

"Oh yaa nak besok minggu depan kamu di suruh sama Abi beli cincin pernikahan sama nak Reza dan nak Maryam." Lanjut Ummi.

"Huk uhuk uhuk" Anugrah tersedak.

"Ummingenanga ngakbbbbbb"

"Eh itu dihabisin dulu minumnya deekk!" Kata kak Maryam.

"Ummi kenapa nggak bilang-bilang dulu, kan aku belum mau nerima pelamarannya."

"Kata abi gitu naak.."

"Tapi mi?"

"Protesnya sama abi naak.."

Anugrah cemberut.

"Astaghfirullah" Ucap dalam hatinya.



----------




"Inii ada formulir anggota untuk yang mau ikut turing di puncak sekalian bakti sosial."
Kata Siti sambil menyondorkan formulir kepada kedua sahabatnya. Siti memang aktif dalam organisasi, dan ini salah satu progam organisasinya.

Anugrah mengambilnya, tertera tanggal pelaksanaannya, namun Ia ingat itu tanggal yang sama dengan tanggal dimana Anugrah diajak nonton oleh Rahmat.

Tapi mungkin ini menjadi senjata agar dia tak ikut nonton.

"Bagus nih, ikut yuk!" Ajak Anugrah dengan semangat.

"Boleh juga ayoo." Tambah Zahra.

"Nggak, nggak bolehh."..

Rahmat datang tiba-tiba.



---




Assamlamu'alaikum Wr Wb.

Lama nggak ketemu yaa, maaf yaa hehehe.

Vote dan comment ditunggu terus yaa. Maaf kalau ceritanya masih kurang. Hehe.

Assalamu'alaikum Wr Wb.

ISTIQOMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang