Bagian dua puluh tiga

1.1K 33 4
                                    


"Hehe iya Ta kita alhamdulillah baik, oh yaa ayo masuk ajaa yuukk."

Talitha tersenyum lalu ikut masuk ke dalam kelas.

"Nah mumpung dosen belum masuk nih yaa, gue mau cerita nih, tentang cowok." ucap Talitha setelah mengambil posisi duduk.

Anugrah dan Siti saling memandang. Anugrah merasa tak ingin mendengarkan namun ia merasa tak enak jika menolak.
Begitu pula dengan Siti.

"Halloo" Ucap Talitha sambil melambai-lambaikan tangannya agar kedua teman di hadapannya dapat membuyarkan pandangannya.

"Eh, iya ta, cerita aja hehe" Jawab Anugrah sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

Sementara Siti hanya mengangguk.

"Em.. jadi gini, gue baru kenal sama cowok, ganteng looohh dia juga kayaknya baik kok hehe, namanya Dion. Gimana menurut kalian? Cocok nggak sama gue? Kalian kenal kan sama Dion?"
Jelas Talitha dengan panjang.

Anugrah dan Siti kembali menatap satu sama lain.

"Emmm, gimana ya ca, aku juga bingung kalau kamu nanyanya gitu." Kali ini Siti yang jawab.

"Bingung kan? Makanya gue juga bingung. Tapi sebenarnya ada yang lebih mbingungin nih" Talitha berubah murung.

"Apa?" Siti kali ini penasaran.

"Gue dijodohin."

"APA?" Siti dan Anugrah kaget.

"Ihh biasa aja kalik, gue aja biasa, tapi gue sedih, kalian tahu? Gue nggak suka dijodoh-jodohin gitu. Dan alasan gue supaya nggak dijodohin adalah ngasih tahu kalau gue dah punya Dion." Terang Talitha.

Mata Anugrah membulat.
"Apa?"

"Ihh Anugrah, gue bilang biasa ajaa." Talitha menegaskan.

"Bukan ta, tapi kanapa kamu nggak coba terima aja perjodohan itu?" jelas Anugrah berharap Talitha mau.

"Gue kan dah bilang nggak suka dijodohin. Lagian gue beneran berharap bisa sama Dion."

"Nggak!" Kali ini Siti coba membujuk.

"Kalian tu kenapa sih, malah jadi gitu? Harusnya kalian tu dukung gue."

Anugrah memandang Siti sebelum menjawab. "Ginii ta aku mau jelasin sesuatu."

Anugrah mengambil jeda

"Dalam Islam, nggak boleh pacaran."

Talitha menaikkan satu alisnya, lalu menatap Siti memastikan. Siti mengangguk mantap.

Talitha menghela nafas.

"Okeeee, tapi bukan berarti gue harus dijodohin kann-"

"Apa kabar semuaa?" Dosen sudah datang membuat ketiganya membenarkan posisinya mengarah ke depan. Pembicaraan pun terputus. Ada rasa kecewa dalam diri Talitha.

"Baik buuu."

Dosen ini memang biasa langsung menyapa dengan kabar, beda dari yang lain, yang menyapa dengan sapaan selamat pagi atau selamat siang atau salam dan lainnya.

--

"Nah, jadiii gue tolak." Kata Talitha usai kelas.

"Apa? Jadi lo nolak perjodohan sama dokter?" Siti jelas kaget dan tak menyangka dengan tingkah temannya itu.

Talitha nyengir menunjukkan deretan giginya "hehe, iyaa."

ISTIQOMAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang