Zaide,

33 2 0
                                    

Ckrek...

Kakek Foregin masuk ke dalam kamar dan mendekati John.

"Bagaimana? Kalian sudah memilihnya?"Tanya Kakek Foregin

"Belum. Semuanya tidak akan sama lagi tanpa kakak. Tidak seperti 2 bulan yang lalu."Jawab John

"Hm... Aku tahu perasaan kalian semua. Maafkan aku."Kata Kakek Foregin

"Anda tidak perlu meminta maaf."

Aku melihat pintu dan melihat dua orang yang masuk ke kamar.

Nenek Tasya sudah datang bersama seseorang yang sangat kukenali.

"Zaide!"

Corwin langsung berlari mendekati sahabatnya. Kemudian ia memeluknya erat.

"Aku percaya ini! Aku percaya aku bisa melihatmu lagi, Zaide! Senang melihatmu!"Kata Corwin senang

"Senang melihatmu juga, Corwin. Aku sangat merindukanmu."Kata Zaide sambil tersenyum bahagia

"Zaide, bukannya kau..."

"Maafkan aku, Kay. Sudah lama kita tidak bersama lagi. Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Tapi Nenek Tasya ada di sampingku saat aku baru saja terbangun.

"Nenek begitu sedih dan langsung memelukku. Nenek menceritakan keadaan kalian semua. Termasuk mimpi burukmu yang selalu membuatmu ketakutan.

"Satu minggu yang lalu, aku pergi dan tinggal di rumah lamaku. Kadang, Nenek Tasya datang padaku. Dia melihat kondisiku yang ternyata masih belum stabil. Tapi... Aku berhasil. Aku berhasil bertemu kalian lagi."

Kakek Foregin melihat istrinya.

"Jadi itu alasanmu mengapa kau selalu pergi? Oh... Tasya. Terima kasih. Kau telah membantuku menjaga Zaide! Aku sangat menghargaimu, Tasya."

Nenek Tasya tersenyum manis. Kemudian Kakek Foregin memeluk istrinya.

Sedangkan Zaide, ia datang pada adiknya dan langsung memeluknya dari belakang.

"Maafkan aku, John. Aku telah membuatmu khawatir selama ini."

Tik... Tik...

Aku menghampiri mereka berdua. Diikuti Tania dan Corwin.

"John, sudahlah. Kau membasahi kertasnya."Kataku yang langsung memindahkan kertas daftar liburan itu

"Zaide, aku tidak percaya ini. Kata Kay kau hilang di pagi hari! Dan sekang kau kembali saat kami percaya bahwa kau telah hilang di kehidupan kami!"Kata John setengah berteriak

Hiks... Hiks...

"Aku akan berusaha agar tidak hilang dari hidup kalian. Sekarang, hapus air matamu. Dan lihatlah aku."

Zaide tersenyum dengan manisnya yang kemudian membantu John menghapus air matanya dengan sapu tangan abu-abunya.

John menengok dan melihat kakaknya yang masih tersenyum bahagia. Kesedihannya tak nampak di wajah kakak itu. Dia kenal dengan usianya. Tapi ia tak pernah mengenal tentang sebuah kebahagiaan. Kebahagiaan yang sesungguhnya.

Hanya sebuah senyuman yang menandakan kebahagiaan darinya.

"Kek, aku sudah memutuskannya."Kata John yang langsung membuatku terkejut

Kakek Foregin melihat John setelah beberapa lama berterima kasih dan memeluk istrinya.

Corwin dan Tania langsung menyimak pernyataan John.

"Aku... Ingin ke tempat favorit Zaide. Aku ingin dia bahagia. Karena aku yakin bahwa... Dia rindu akan kebahagiaan."

Kakek Foregin mengukir sebuah senyuman dan kemudian mengangguk pelan. Nenek pun begitu. Rasanya sebuah keputusan itu telah disetujui.

"Baiklah. Ayo kita berangkat sekarang."Kata Kakek Foregin yang kemudian keluar diikuti Nenek Tasya

"Ok. Jadi... Apa yang dia suka?"Tanyaku

"Yang pasti sebuah tempat yang dingin dan bersalju. Benar, kan, Zaide?"

John melihat kakaknya yang langsung merespon dengan anggukkan pelan. Saat ini dia tak begitu banyak bicara. Mungkin masih malu-malu karena kami... Sudah lama tak bertemu.

Zaide berdiri dan keluar tanpa kata-kata tertentu. Ia hanya pergi dengan kebiasaan yang sama.

Namun, ia berhenti dan melihatku.

"Akulah orang berdarah itu."

Aku hanya sedikit bingung dengan ucapannya itu. Tapi... Apa itu benar?

Sungguh Zaide itu adalah orang yang misterius bagiku.

The Beginning of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang