Last Time Part 2

23 2 0
                                    

"A... Aku baik-baik saja. Kalian tidak perlu cemas soal diriku. Karena dia akan menjagaku selamanya."

"Um... Zaide, bisa bicara sebentar sebelum... Kau pergi?"Tanya Corwin yang sudah ada di sampingku

"Silahkan saja. Kau bisa bicara denganku sekarang."Jawab Zaide yang kemudian berdiri dengan perlahan

Aku hanya melihat Corwin yang siap membicarakan sesuatu dengan inspirasinya.

"Whoa, whoa, whoa. Hati-hati, Zaide!"

Corwin langsung pergi ke arah Zaide. Aku melihat ke depan dan langsung melihat Corwin yang menahan Zaide yang nyaris jatuh.

"Sepertinya... Aku belum begitu pandai berjalan dengan keadaan pincang seperti ini. Maafkan aku."

"Sudahlah. Lebih baik kita duduk di sofa saja."Saran Corwin

"Baiklah jika itu maumu.

"Tapi... Apa yang akan kau bicarakan?"

"Aku ingin bicara tentang semalam."Jawab Corwin

"Se... Semalam? Memangnya... Apa yang terjadi semalam?"Tanya Zaide

"Ka... Kau lupa dengan apa yang terjadi semalam?"Tanya Corwin

"Sepertinya begitu. Maafkan aku."Jawab Zaide dengan menyesal

"Begitu rupanya? Baiklah, Zaide. Aku tahu bagaimana kehidupanmu."Kata Corwin yang mengerti Zaide

"Aku memang bodoh. Aku selalu saja seperti ini."Zaide semakin menyesal saja

"Tapi... Apa benar kau tidak tahu yang terjadi?"Tanyaku

"Tidak sama sekali. Aku tidak percaya ini terjadi lagi. Maafkan aku, Kay."Jawabnya

Ternyata... Sejak kemarin...

Zaide....

Ghahahahaha...

"Apa yang kau tertawakan? Berhentilah dan sadarlah! Aku hanya sahabatmu, Zaide! Jogging itu, pagi itu, lomba lari itu, pelukkan itu, apa kau tidak ingat?"

"Aku tidak mengenalmu sama sekali, Flame! Apa hubunganmu dengan hidupku?"

"Sudah kubilang aku SAHABATMU!!!"

"Aku tidak peduli!!!"

Dia....

"Aku tidak memanggilmu. Kenapa kau kesini? Lalu apa yang kau bicarakan bersama dokter itu? Dan kenapa kau tahu segalanya tentangku? Apa kau mata-mata? Atau kau justru seorang pembunuh?"

"Apa maksudmu? Kau tidak ingat diriku?"

"Justru aku tidak kenal siapa dirimu, aneh! Aku ingin kau segera pergi dari sini! Aku tidak percaya dokter itu telah mengundang orang sepertimu!"

Dia...

AAAARRRGGHHHHH!!!!!!!

Aku langsung terkejut saat mendengar teriakkan yang sangat keras.

Spontan, aku mencari asal suara itu. Kutengokkan kepalaku ke kiri. Dan...

Dan...

"ZAIDE!! Kau sakit lagi?"

"A... Aku... A... Aku... Aku..."

"Kay! Kau jaga Zaide. Aku akan mencari dokter dengan cepat!"

"Ba... Baik!"

Aku memutar roda hingga aku berada di hadapan Zaide yang duduk di sofa sambil menahan rasa sakit di dadanya.

"Zaide,"

"Ja... Jangan khawatir. I... Ini seperti kemarin saja. A... Aku akan... Baik-baik saja."

"Aku tahu ini, Zaide. Aku memang tidak tahu kau mengalami apa. Tapi setiap kalinya semakin parah saja."

"Te... Tenanglah, Kay. A... Aku... Aku... Sudah terbiasa dengan ini."

AAARRGGHHH!!!

"Aku... Aku tahu ini akan terjadi lagi padaku. Da... Dan... Aku tahu... Aku tahu apa yang akan terjadi nanti."

BBRRAAKK!!!!

"Ereane Zaide Lord! Serahkan dirimu!"

Aku terkejut dan melihat pintu yang terbuka lebar dan penuh dengan polisi.

"H... Hmm... Su... Sudah kuduga... Ka... Kalian akan datang."Kata Zaide yakin meskipun masih kesakitan

"Sudah pasti kami datang. Kami akan membawamu dalam keadaan apapun. Entah itu hidup, sakit ringan maupun berat, ataupun... Mati."

"Bisakah kalian membawanya nanti saja? Kalian tidak bisa melihat keadaannya saat ini?"Tanyaku

"Kami tidak akan peduli. Karena kami utusan Kepala Kepolisian Harry tidak akan membiarkannya kabur begitu saja."Jawab salah satu polisi

"Bodoh! Zaide tidak akan kabur. Justru dia yakin, dia tidak akan menyakiti keluarganya setelah di tangkap."Kataku dengan yakin dan tegas

"Sebaiknya kau diam, anak muda! Kau tidak bisa berdebat dengan peraturan kepolisian Kota Central."

Tiba-tiba polisi yang baru saja bicara, mengeluarkan sebuah pistol dan melihatku.

"Ti... Tidak. Jangan lakukan apapun pa... Pada sa... Sahabat... Sahabatku!"

"Aku hanya ingin membuatnya diam. Jadi jangan halangi aku, Tuan."

"Ka... Kay. Kau tenang sa.. Sajalah. A... Aku yakin, a... Aku a-kan baik-baik sa... Saja."

Tangan kanannya bergerak dengan perlahan ke arah wajahku. Dan aku segera membantunya untuk menyentuh wajahku sebentar.

"Ja... Jaga dirimu, Flame. A... Aku tahu. Hidupku tidak... Tidak akan mudah nantinya. Ta... Tapi setidaknya... Aku akan baik-baik saja."

"Baiklah, Tuan-tuan, kalian berdua harus berpisah sekarang juga. Ucapkan selamat malam dan selamat tinggal."

"Se... Selamat tinggal, Kay."

Aku menggeleng pelan. Rasanya begitu berat menerima ini. Tapi ia tersenyum meskipun sakit masih saja ia tahan.

Hingga akhirnya, tangannya terlepas dari wajahku. Dan ia jatuh dengan kerasnya ke sofa hingga kembali jatuh ke lantai.

Aku tak bisa berbuat apapun. Aku hanya menggapai tangan kirinya dan memegangnya. Dan setelahnya...

Semuanya pun menghitam.

The Beginning of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang