Last Time

11 2 0
                                    

Aku membuka mataku, kemudian mengusapnya.

Tangan kurenggangkan ke atas dan segera melihat dunia yang terang ini.

Kulihat jam tangan milik John yang ada di atas meja.

20th June 2016 on 06.19 AM

Hoam....

"Selamat pagi, Kay."

Aku menengok ke kiri dan melihat Corwin yang berdiri, kemudian tersenyum padaku di ambang pintu.

"Pagi, Win."Sapaku, lalu membalas senyumnya dengan senyuman yang lebih hangat darinya

"Pagi yang indah, ya!"

"Benar. Bagaimana keadaanmu saat ini?"Tanyaku

"Lebih mirip seperti mengalami mimpi buruk semalaman. Tapi... Aku baik-baik saja. Bagaimana keadaan Nia?"Ia kembali bertanya padaku

"Dia sudah lebih baik, kok. Tapi... Jangan ganggu dia. Lebih baik, kita bicara di luar saja."Jawabku, lalu memutar roda kursi ini keluar

"Baiklah. Biar kubantu."Ia langsung membantuku keluar

"Ah... Terima kasih, Win."

"Tidak masalah. Ini sudah menjadi tugas seorang sahabat.

"O ya, aku kemari hanya untuk memastikan bahwa Zaide ada di kamarmu. Ternyata tidak ada. Sejak pagi tadi aku berusaha mencarinya untuk... Sedikit bicara dengannya."Jelas Corwin

"Oh... Semalam aku melihatnya sebelum aku tidur. Ia langsung pergi saat kulihat dia. Mungkin dia hanya berkeliling, kemudian tidur."Kataku

"Aku sudah periksa kamarnya, tapi kosong."

"Sudah periksa kamar 112?"Tanyaku

"Belum. Bagaimana kalau kita kesana?"Tanyanya

"Aku memang ingin. Hanya saja..."

"Hanya apa? Ayo! Kamarnya dekat, kan?"

"Dekat, kok! Biar kutunjukkan semuanya."Jawabku dengan senang

***********

"Ini dia!"Seruku setelah sampai di tempat yang tidak Corwin ketahui

Corwin melihat pintu yang tidak tertutup. Sepertinya pintunya rusak.

"Ini? Tapi... Mengapa pintunya rusak?"Tanyanya

"Aku tidak mengerti. Tapi... Biar kucoba masuk ke dalam."Jawabku dengan berani

"Aku ikut!"

"Ok."

Aku membuka pintu kamar ini dengan perlahan.

Ngeeekkk.....

Sebentar saja, langsung tampak Zaide yang duduk di lantai. Kemudian melihatku dan Corwin.

"Kay, Co... Corwin,"

Aku tersenyum melihatnya yang kembali memakai perban pada kepalanya itu.

"Selamat pagi, Sensei!"Sapaku dengan senang

"Pa... Pagi!"Sapanya sambil tersenyum pada kami berdua

Sepertinya... Dia sudah pulih dari mimpi buruk panjangnya semalam.

"Aku bukan seorang guru lagi. Mengapa kau masih memanggilmu dengan sebutan itu?"Tanyanya

"Karena... Aku senang memanggilmu seperti itu."Jawabku dengan simpel

"Aku mencarimu kemana-mana. Ternyata kau disini?"Tanya Corwin

"Aku selalu disini. Aku tidak pergi kemanapun hingga aku harus pergi."Jawabnya dengan misterius

"Maksudmu?"Tanya Corwin bingung

"Dimana saat hidupku terancam, dan tingkat kemarahanku sangat tinggi. Hingga... Aku tak bisa mengendalikan diriku lagi. Entah berapa lama aku akan begitu, tapi... Semuanya bisa berubah, bukan?

"Saat itu... Saat dimana aku akan mengalami masa suram dalam hidupku. Hingga hidupku, aku tak lagi menjadi diriku sendiri.

"Jangan pernah mencariku. Aku takut diriku ini menyerang kalian. Aku tahu bagaimana rasanya kehilangan. Tapi... Aku ingin kalian selamat."

"Zaide... Jadi... Kau akan pergi?"Tanyaku

"Ya. Aku yang akan pergi. Dan aku yang lain akan berkuasa. Aku tidak tahan lagi dengan semua ini.

"Sepertinya... Aku harus mengucapkan selamat tinggal pada dunia. Aku takut... Aku takut ketika ia sudah tak lagi berkuasa, aku sudah tidak bisa kembali lagi."

Aku memutar roda kursi rodaku dengan perlahan mendekati Zaide.

"I... Ini bukan akhir, Zaide. Aku percaya... Aku percaya kau dapat kembali. Lawanlah. Ini untuk keluargamu. Ini juga untuk adikmu!"Kataku

"Tidak. Semuanya sudah terlambat. Lebih baik aku tunggu waktuku saja."Kata Zaide

"Za... Zaide,"

The Beginning of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang