Morning With Zaide Part 2

20 2 0
                                    

"I... Ini... Ti... Tidak akan seperti ceritamu... Atau mimpiku, kan?"Tanyaku

"Tidak. Lagipula itu hanya cerita fiksi. Dan aku hanya mengarangnya. Ayo!"Jawab Zaide yang kemudian langsung menarik tanganku dan berlari menuju jalan

Tapi tak lama, tiba-tiba Zaide berhenti berlari.

"Zaide, ada masalah apa?"Tanyaku yang ada dibelakangnya

"Tidak! Itu hanya fiksi! Itu hanya fiksi! A... Aku mengarangnya sendiri, kan?"

"Zaide,"

Tangannya menggenggam tanganku dengan kuat dan tangannya bergetar dengan hebat.

Aku sendiri merasa bingung. Aku bukan adiknya. Jadi aku tak tahu haris berbuat apa untuknya. Tapi... Akan kulakukan seperti seorang adik.

"Zaide, kemarilah. Apa kau takut? Jika kau takut, katakan saja padaku. Aku siap membantumu."

Zaide melihatmu dan tersenyum manis.

"Tidak. Aku tidak takut. Ayo kita sedikit bersenang-senang. Aku yakin perasaan takut kita akan hilang."

"Baik! Aku suka idemu! Ayo!"Kataku

Zaide mengangguk lalu menarikku untuk sedikit lari pagi.

"Whoa! Ayo lebih cepat lagi!"Teriakku

"Sungguh? Aku sengaja melakukan ini agar kau tidak jatuh! Kau tidak ingat bagaimana aku berlari?"Tanyanya

"Hehe... Ya. Aku baru ingat. Ya sudah, lebih baik seperti ini saja."Jawabku

"Tapi baiklah. Aku akan menambahnya sedikit!"

Zaide langsung menambah kecepatan larinya dan aku mencoba untuk menyusul agar tidak terjatuh. Karena aku masih ditariknya.

"Kau suka ini?"Tanyanya

"Sangat!!"Jawabku

"Hahaha.... Ok. Kau siap untuk lebih cepat lagi?"Tanyanya

"Tidak perlu. Kau tidak pernah lelah, ya!"Jawabku

"Kau juga begitu."Katanya

"Haha... Nanti juga lelah, kok!"Kataku

Zaide melepas tanganku dan ia menyuruhku untuk mengejarnya.

"Mengejarmu?! Ok! Aku tidak takut!"Kataku yang langsung menambah kecepatan lariku

Zaide berbalik dan berlari mundur. Ia melihat ku berlari dengan cepat ke arahnya. Semakin dekatnya aku, semakin bahagia dirinya.

Tak kusangka, wajah bahagianya bisa muncul dengan cepat pagi ini. Dia bisa melupakan rasa takutnya.

"Aku datang, Zaide!"

"Ayo cepat!"

"Ok, ok!"

Aku terus menambah kecepatan lariku. Walaupun aku mulai lelah, tapi aku harus terus mengejarnya.

Dia terus berlari menuju jalan menurun. Dia masih berlari mundur. Dan aku sudah dekat dengannya. Tapi aku masih belum bisa mendapatkannya.

Tapi aku tak ada pilihan lain selain melompat. Jadi, aku lakukan itu.

Hop...

"Aku akan menangkapmu!"

Tanganku pun bersiap untuk mengenai tubuhnya. Ia tersenyum tanpa rasa takut akan kekalahannya.

Dan...

BRUK....

Aku berhasil mengenainya. Tapi sayang aku jatuh bersamanya. Aku jatuh di atasnya. Tapi untungnya salju melindungi jatuh kita.

Aku buru-buru berdiri setelah sadar akan itu. Aku mengambil tangan kanan kiri Zaide dan membantunya berdiri.

"Maafkan aku. Kau tak apa, kan?"Tanyaku

Pada awalnya dia hanya diam melihatku. Kemudian ia kembali berjalan tanpa mengatakan sepatah kata pun.

Itu tandanya... Dia marah padaku.

"Zaide... Aku benar-benar minta maaf! Kau bilang bahwa menyimpan dendam itu tidak baik!"

Aku berjalan mengejar Zaide. Dan ia melihatku dengan senyuman khasnya lalu disusul dengan tawa lucunya.

"Hahahahaha.... Whoa!! Kay, tadi itu luar biasa! Bisa kita ulangi lagi?"Tanyanya dengan senang

Aku berhenti di dekatnya dan membalas senyumnya.

"Nanti saja. Aku mulai lelah."Jawabku

"Oh... Ok. Bagaimana kalau kita sedikit mengobrol sambil berjalan? Lalu kita bisa duduk di taman penuh salju. Lalu, kita bisa menggoyangkan pohon dan menumpahkan salju ke tubuh kita! Setuju?"

"Baiklah. Let's do that!"

Kami berjalan disusul dengan canda tawa darinya. Aku juga sempat melakukan hal yang sama.

Semakin erat tali persahabatan kita. Semakin dekat antara guru dan murid. Semakin besar pula rasa bahagia kami berdua.

Aku dan Zaide.

The Beginning of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang