Please, Be Our Zaide

34 2 0
                                    

"Zaide,"

Dia hanya melihatku dari kejauhan. Sepasang matanya terus saja menatapku.

Aku kembali melihat John dan Corwin. Mereka sudah jauh dariku.

Aku memutuskan untuk sedikit berusaha berbicara dengannya.

Aku memutar kursi rodaku dan menghampirinya. Semoga saja... Kali ini akan berhasil. Tapi... Ada rasa tak yakin yang menyelimuti diriku ini.

Rasa takut yang tak terhingga membuatku bergetar hebat.

Tapi... Ini untuk keluarga, kan?

Aku menghentikan kursi rodaku dan aku hanya mendongakkan kepalaku ke atas. Aku sudah bisa melihatnya yang menatapku dengan tatapan khasnya itu.

"Zaide, sampai kapan kau akan begini terus?"

Ia hanya diam dan terus menatapku.

"Aku tahu kau masih tidak mengenalku. Tapi aku akan tetap berusaha. Walaupun kau mengusirku sekalipun... Aku tidak akan pergi.

"Segalanya berawal dariku yang memukulmu secara tidak sengaja. Lalu aku meminta maaf padamu. Kemudian, kita berlari bersama, dan kau menyuruhku mengejarmu.

"Lalu... Kau ceritakan semua masa lalumu dengan John. Hingga kau terdiam memikirkan apa yang terjadi di masa itu. Kemudian... Sebuah pertanyaan membuatku begitu bingung.

"Apa... Apa... Apa kau masih ingat itu?"Tanyaku

Ia masih saja melihatku. Dia tidak merespon perkataanku.

"Aku ini sahabatmu, Zaide! Dan kau adalah sahabatku. Kita perencana kejutan yang baik. Kita juga pernah menyusun petualangan seru saat menginap di Hotel Golden. Kau juga selalu memarahiku saat kesal. Dan aku minta maaf soal itu."

Aku berhenti sebentar dan melihatnya. Dia belum mengatakan apapun padaku.

"Please be our Zaide. You're best person who ever I meet. Because... Because you're Zaide Lord. You're a brother and kind king."

Tatapannya mulai berubah.

"Good, my friend. Just you're our leader. You leader of kindness. You did good job with yourself.

"Katakan satu kata. Apa saja. Asalkan aku tahu bahwa kau mendengarkanku saat ini."

Setelah mengatakan itu, aku diam dan melihatnya. Aku menunggunya mengatakan sebuah kata yang mungkin bisa membuatku bahagia.

"Katakanlah, Ereane Zaide Lord."

Aku terus menunggu jawabannya. Aku menunggu begitu lama untuk ini. Hanya sebuah kata yang kuminta.

Hanya satu.

Tolonglah aku, Zaide. Kembalilah pada kami. Aku ingin semunya yang pernah kita lalui terulang kembali.

Aku ingin kau dan aku berkejar-kejaran di sebuah taman yang penuh dengan salju. Aku ingin kau melemparkan bola salju padaku.

Aku ingin melihat senyummu lagi, Zaide. Dan... Semua yang kau inginkan untuk kebaikkan, akan kulakukan.

"Oh... Ok. Bagaimana kalau kita sedikit mengobrol sambil berjalan? Lalu kita bisa duduk di taman penuh salju. Lalu, kita bisa menggoyangkan pohon dan menumpahkan salju ke tubuh kita! Setuju?"

"Baiklah. Let's do that!"

Aku tertunduk dan air mata seketika keluar dan kemudian membasahi pipiku.

Sesekali diriku teringat dengan semua kejadian yang kulalui bersamanya. Tapi sekarang... Sekarang... Semuanya telah hancur!

Aku memejamkan mataku, kemudian aku melihatnya lagi dan membuka mulutku lagi.

"Harapanku hancur, Zaide! Apa yang akan kau lakukan setelah membenciku? Apa kau akan berlari secepat angin agar kau bisa membunuh semua orang...

"Atau justru... Kau menangis, dan menyesal? Tolonglah aku, Zaide! Ini juga untuk dirimu! Aku ingin kau kembali padaku. Pada kami semua!"

Aku kembali tertunduk.

"Tapi... Sepertinya... Semua ini sia-sia. Lebih baik aku pergi saja."Kataku yang sudah mulai putus asa

Aku membalik arahkan kursi rodaku dan segera pergi darinya.

Harapanku benar-benar terbuang percuma.

Tapi tiba-tiba dua buah tangan melingkari leherku. Aku terkejut dan berhenti.

"Ja... Jangan pergi, Kay."

The Beginning of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang