Flashback Time Part 3

8 2 0
                                    

"Dan setelahnya dia segera terbangun dan berlari menuju kamar mandinya. Aku dan Corwin memang begitu bingung. Sebelum ia keluar, Corwin menunggunya di depan pintu kamar mandi. Dan saat ia keluar, Corwin mencoba bertanya apa yang ia lakukan di kamar mandi. Tapi setelahnya Zaide kembali jatuh, tapi Corwin berhasil menangkapnya.

"Corwin pun bicara, aku tidak pernah melihatmu begitu lemah sejak aku datang kemari. Lebih baik kau istirahat saja. Mungkin kau hanya kelelahan. Dan setelahnya ia dibiarkan beristirahat dan kami berdua meninggalkannya di kamarnya.

"Aku kembali teringat masa lalu saat aku berjalan ke kamar bersama Corwin. Aku ingat sejak dulu dia memang sudah seperti itu. Tapi aku tidak bisa angkat bicara mengenai sakitnya itu. Aku ingat ketika Zaide selalu dihukum dengan waktu yang sedikit lebih singkat dariku. Aku sempat marah pada ayah. Dan ayah hanya bisa tertunduk menyesal dan tidak bicara padaku.

"Sekarang aku sudah mengerti mengapa. Aku tahu seberapa lemahnya dia. Tapi dia hanya ingin bersenang-senang seperti anak pada umumnya. Dia ingin berlari secepat angin, dia ingin kuat seperti baja, dia ingin menjadi seorang pahlawan bagi keluarganya, sama seperti ayahnya. Tapi Sang Ayah hanya bisa melihatnya kemudian menangis. Beliau pun memeluk Zaide erat saat aku duduk sendiri di sofa.

"Dia memang berhasil berlari cepat. Tapi... Dia belum sekuat baja. Tapi dia selalu menjadi pahlawan seperti ayahnya. Dia adalah anak yang selalu disayang oleh ayah dan ibuku. Tapi aku juga tetap disayang mereka. Bahkan Zaide yang tahu bahwa aku bukan adik kandungnya, tetap memelukku di saat kusedih, senang, maupun saat cahaya dan bunyi dari petir muncul saat hujan.

"Tak terbayang olehku. Masa-masa bahagianya sudah habis. Masa-masa sehatnya sudah hilang kembali. Corwin yang melihatku yang mengeluarkan air mata, berusaha mengusapnya dari wajahku.

"Keesokan harinya, tangal 27 September 2014, hari ulang tahunku. Kay datang pagi dengan rajinnya sambil membawa sebuah kantung plastik hitam di tangannya. Aku menyapanya dengan perasaan bahagiaku yang palsu. Tapi Kay tahu bahwa rasa sedihku tidak bisa ditutupi dengan kebahagiaan palsuku.

"Kay bertanya-tanya mengapa aku sedih. Dan aku menceritakan semuanya. Lalu Kay memberiku kantung hitam itu dan berlari menuju kamar Zaide. Aku langsung mengejar tepat dibelakangnya dan ia segera masuk ke sana.

"Saat masuk, Zaide berdiri dan melihatku. Tiba-tiba saja, ia memelukku dan berkata, selamat ulang tahun, John. Terima kasih untuk semua jasamu yang kau berikan padaku. A... Aku minta maaf sudah selalu merepotkanmu.

"Memang itu yang keluar darinya. Tapi dalam hatiku, aku memanggil kakak, kakak, dan kakak. Karena dia adalah kakakku. Kakakku yang begitu spesial dalam hidupku. Kata-kata yang terbata-bata keluar dari mulut Zaide. Suaranya begitu lemah, tapi bisa mencapai gendang telingaku. Seratus harapan yang ia ucapkan keluar dari mulutnya.

"Aku hanya diam mendengar berbagai harapan yang ia ucapkan padaku. Hingga akhirnya... Dia mengucapkan harapan terakhirnya, yang membuatku terkejut. Dia memohon padaku. Dia memohon agar aku menjadi adiknya. Bukan sekedar pengurusnya. Saat mendengarnya, aku langsung menangis. Dan aku langsung memeluknya erat. Dan setelah itu, dia pingsan dalam pelukkanku. Aku terus saja menangis. Tapi akhirnya, dia dibawa ke rumah sakit. Dan ulang tahunku, menjadi ulang tahun dengan seratus harapan dari Zaide ditambah dua harapan dari Kay dan Corwin."

The Beginning of DarknessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang