PART 22

43.7K 1.7K 7
                                    

Aldian POV

Malam ini gadisku begitu mempesona dengan dress merahnya yang memperlihatkan bahunya yang putih mulus serta kaki jenjangnya hingga laki-laki yang menghadiri pesta perusahaanku ini terpesona, ingin sekali aku mencolok mata mereka satu-persatu yang telah memandangi tubuhnya.
Dia datang bersama Rey, aku menggeram melihatnya menggandeng lengan Rey kenapa tidak lenganku saja? Mata kami bertemu hanya beberapa menit saja karena ia tiba-tiba menolehkan kepalanya kearah lain.
Pandangan mataku tidak lepas menatap setiap gerak-geriknya, tubuhku menegang melihat seorang laki-laki mengecup tangannya. Siaaall!! Saat akan menghampirinya dan memberi pelajaran pada laki-laki itu aku dipanggil ke atas panggung.
Tanpa menghiraukan semuanya aku berlari turun dari panggung saat tubuh gadisku meluruh ke lantai, aku segera menggendong tubuhnya setelah menyuruh siapapun untuk menelepon ambulance.
Tangannya yang panas terus ku genggam takut ia akan pergi, sayang kamu kenapa? Cepat bangun, jangan membuatku khawatir seperti ini, ku kecup punggung tangannya berkali-kali berharap ia sadar.
Sesampainya di rumah sakit tubuh gadisku dibawah kedalam sebuah ruangan.

"Maaf pak, anda tidak boleh masuk." aku menatap tajam seorang suster didepanku

"Udalah Al mendingan kita tunggu disini agar mereka konsentrasi untuk mengobati Andin." aku menghembuskan nafas berat lalu duduk disamping Rey

"Apa lo tau dia sakit apa?" tanyaku pada Rey, Rey menggelengkan kepalanya

"Gue gak tau tapi tadi pagi saat dia di kantor dia mengeluh kepalanya sakit dan saat kita balik setelah sarapan dia nyuruh gue berhentiin mobil didepan apotek." aku mengusap wajahku kasar

Astaga jadi dia sakit dari tadi pagi, kenapa aku nggak tau? Gimana kalau terjadi apa-apa sama dia? Nggak-nggak, semoga dia baik-baik saja ya Allah..
Pintu ruangan tempat gadisku berada terbuka, aku segera menghampiri seorang dokter yang baru keluar dari sana.

"Dok bagaimana keadaan kekasih saya?" aku mendapat tatapan tajam dari Rey tapi apa peduliku

"Dia hanya kurang istirahat dan banyak pikiran." aku dan Rey mengangguk mengerti

"Apa kami boleh masuk kedalam?" tanya Rey

"Silahkan tapi tolong jangan berisik agar pasien bisa istirahat" kami mengangguk mengerti lalu masuk kedalam setelah mengucapkan terimakasih pada dokter

Hatiku seperti diremas melihatnya terbaring sakit, bibirnya yang dulu berwarna pink kini pucat dan di pergelangan tangannya ada selang infus.
Aku mengambil tempat duduk disebelah tempat tidurnya kemudian ku genggam tangannya, cepat sembuh sayang, aku nggak mau lihat kamu seperti ini. Ku kecup buku-buku jarinya, aku lebih senang bila kamu berbicara ketus padaku daripada diam dan terbaring lemah seperti ini.

Maaf baru bisa update soalnya aku lagi sibuk banget belajar ke lab untuk persiapan uji kompetensi, mungkin untuk hari-hari kedepan aku gak bisa update sesering dulu. Jadi maaf ya..
Selamat membaca,, tetap ditunggu vote and commentnya

BIG LOVE
HusnulY

Love U.. Mr. CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang