Sebuah gulungan kertas melayang dari meja Dirga dan mendarat manis di kepala Gulid, diikuti gerakan Dirga yang mencondongkan kepalanya.
"Sssttt.......!! Jadi nggak Bang mau cari celana?" bisik Dirga.
Gulid menoleh sembari mengerjapkan mata.
"Jadi dong, tapi kita makan dimana?"
"Hmmm, mau makan mie ayam lagi?"
Bibir Gulid berkerut tanda keberatan.
"Terus-terusan makan Mie Ayam bisa gempor nie perut!!"
"Ikan bakar?" kedip Dirga.
Gulid spontan mengangguk sambil tersenyum lebar.
Dirga kembali menatap layar laptop, mencoba konsentrasi di menit-menit terakhir jam kantor hari itu, tapi tak berhasil karena di detik berikutnya gantian segumpal kertas yang mendarat di kepalanya. Ia menoleh dan melihat cengiran Gulid.
"Menurutmu, kemeja itu aku beli aja atau nggak, ya?" Tanya Gulid menimbang-nimbang.
"Beli aja. Keren lho!!"
"Tapi modelnya kuno banget."
"Hmm... gak kuno kok Bang, pakai kemeja itu abang pasti seksi," Dirga mengedip nakal.
Sebuah gulungan kertas kembali mendarat di kepala Dirga diikuti kikikan geli Gulid.
"Atau bahasanya si Rivi ke Luna kemarin. Oohhhh, seksi sekali baju mu hari ini!!" Dirga berdiri dari kursi dan mengembangkan kedua tangannya penuh gaya.
Gulid semakin terkikik.
"Apa yang seksi?" Sebuah suara berat mendadak membungkam mulut Dirga dan Gulid. Serentak mereka menoleh ke pintu yang sudah terbuka dan melihat senyum si bos yang menggoda.
Gulid dan Dirga terdiam dengan muka merah. Beberapa detik berlalu dalam keheningan yang menyiksa buat kedua Pria itu, tapi menyenangkan buat Rivi. Apalagi melihat kulit putih Dirga yang akan bersemu merah setiap Dirga salah tingkah atau marah. Pertama kali bertemu Dirga, sebenarnya Rivi merasa bingung dengan kulit putih Dirga yang seorang pria. Akhirnya Rivi berdeham.
"Well, aku cuma ingin minta tolong. Mobiku mogok dan sopir kita menyuruhku untuk naik kendaraan umum. Tapi aku ragu dengan kendaraan umum di sini. Kamu nggak keberatan mengantarku ke hotel Dirga? If you don't mind......" pinta Rivi dengan suara lembut.
Dirga terdiam bingung. Gulid yang melihat hal itu segera merespons.
"Pasti Dirga nggak keberatan, Rivi. Kebetulan kami juga mau makan ikan bakar dulu untuk makan malam. Mungkin kamu mau bergabung dengan kami?"
Dirga spontan melirik tajam ke arah Gulid, tapi yang dilirik pura-pura nggak tahu.
"Wow good idea. Sejujurnya saya mulai bosan dengan makanan hotel. Oke, sampai jumpa nanti ya." sambut Rivi antusias sebelum menutup pintu.
Sepeninggalan Rivi, Dirga spontan mendelik ke arah Gulid.
"Abang gila ya! Pake ngajak-ngajak preman itu segala!! Pokoknya kita anter dia ke hotel, terus kita lanjutkan acara kita!!" Dirga berkeras.
Gulid merangkul bahu temannya dengan gaya membujuk.
"Ayolah, sesekali ngajak dia kan nggak masalah. Siapa tahu bos kita orangnya menyenangkan?"
Dirga mencibir.
"Kalau dia menyenangkan, nggak mungkin aku pernah kepikiran untuk resign."
Gulid tertawa.
"Itu sih memang salahmu yang belum tahu cara membuat modul. Sekarang malah jadi konsultan favoritnya kan?" ledek Gulid.
Dirga melengos, malas menanggapi celotehan Gulid.
![](https://img.wattpad.com/cover/62600997-288-k84081.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PITA MERAH DALAM SEBUAH CERITA 2
Romantizm❌Cerita repost bertema gay ❌Writer : @Rendesyah ❌HOMOPHOBIC DIHARAP MENJAUH!