Lou menurunkan barang-barang dari mobil yang di bawa ke Rumah Sakit. Freddie sudah boleh kembali ke rumah dengan syarat dia harus mendapat perhatian penuh dari orang tuanya. Tiba-tiba Louis teringat lagi kata-kata Danielle untuk mengurus Freddie, Louis menggelengkan kepalanya, mana mungkin dia sanggup melihat Brianna pisah dengan Freddie. Melihat Bri begitu menyayanginya.
Lou membawa barang-barang itu ke kamar Brianna.
"Lou, kau boleh tidur dengan Freddie malam ini jika kau mau." Kata Brianna.
"Tidak usah Bri, Freddie lebih membutuhkan mu saat ini."
"Pasti dia merindukan ayahnya Lou."
Louis terdiam, dan kemudian menjawab. "Aku sangat ingin, tapi..."
"Tidak apa-apa Lou, malam ini Freddie akan bersamamu." Brianna tersenyum.
"Thanks Bri."
"Aku akan mengganti bajuku sebentar, nanti akan aku antar Fredd ke kamarmu."
Louis hanya mengangguk dan meninggalkan kamar Brianna.
**
Brianna menggendong Freddie ke kamar Louis.
"Bri, hmmm bagaimana kalau Freddie mau minum susu di malam nanti?"
"Kau kan bisa membangunkanku Lou."
"Akan sulit jika harus berteriak."
"Kau bisa meneleponku."
"Itu akan memakan waktu Bri."
"Lalu bagaimana Lou?"
"Kau harus di sisi Freddie, maksudku dia kan baru saja sembuh. Dia harus tidur di samping Ibunya. Aku akan tidur di sofa."
"Aku...tidur disini? Gitu?"
"Ya, bersama Freddie."
"Itu akan terasa canggung Louis."
"Kita harus terbiasa, setidaknya sampai... yah sampai waktunya. Yang aku juga tidak tau sampai kapan."
"Baiklah, tapi aku saja yang tidur di sofa. Aku tidak apa apa Lou."
"Kau pikir aku tega? Aku saja yang di sofa."
"Aku saja Lou."
" Aku saja Bri."
"Aku saja Louis."
"Yaudah kalau begitu kita berdua sama sama di sofa aja."
"Hah?"
"Kau keras kepala."
"Terserah kau lah Lou."
"Oke, aku tidur di sofa." Louis menarik selimutnya dan bergerak ke arah sofa.
"Kenapa kita harus seperti ini Lou?"
"Maksudnya?"
"Tidurlah di sisi kanan Freddie, dan aku di sisi kiri. Kita tidak akan melakukan apa apa kan? Aku lelah kalau kita harus saling menjaga jarak satu sama lain seperti ini."
Louis tediam, di peluknya selimutnya dan pindah ke sisi kiri tempat tidur.
"Selamat tidur Bunda Freddie." Kata Louis dengan wajah innocent nya. Kemudia membalikkan tubuhnya membelakangi Freddie.
Brianna tertawa kecil meglihat tingkah Louis. Kemudian dia mengambil sisi kanan tempat tidur. Freddie di tengah-tengah mereka.
**
"Freddie sangat membutuhkan ku sekarang Dan, mungkin aku akan lebih sering berada di rumah."
"Aku mengerti Lou."
"Kau tidak apa apa kan?"
Danielle tertawa kecil. "Aku bisa bilang apa Lou? Itu kewajibanmu sebagai ayah. Aku tidak mungkin melarangmu kan?"
"Thanks Dan."
Danielle mencubit mesra pipi Louis. "Kau saja kau pikirkan kata-kataku sayang."
"Tentang mengurus Freddie?"
Danielle mengangguk.
"Itu terlalu cepat. Kasihan Brianna."
"Kau sudah mulai memikirkannya?" goda Danielle.
"Dan, please..."
"Hahaha aku hanya bercanda Louis."
"Dia itu Ibu Freddie, dia juga punya hak atas Freddie. Tapi aku akan membicarakannya perlahan dengan Bri."
"Thankyou baby." Danielle memeluk Louis dan Louis membalas pelukannya.
**
Seminggu penuh Louis berada dirumah, menghabiskan waktu dengan Freddie dan Brianna. Louis feel alive, dia merasa seperti menjalani kehidupan baru. Melihat Brianna setiap dia membuka matanya melihat Brianna setiap dia menutup matanya. Tidak bisa di pungkiri ada sedikit lubang di hatinya, dan Brianna datang untuk mengisi lubang itu.
Louis mencintai Danielle. Dia benar-benar tergila-gila dengan Danielle. Ada sedikit dilema menghampirinya.
**
Louis memandangi Brianna yang sedang bersenda gurau dengan Freddie, dan dia tersenyum.
Tiba-tiba handphone nya berbunyi. Ada pesan dari Danielle.
From : Danielle
I am waiting for your call.
I am sick. I am angry.
But I miss you so bad daddy.
I am waiting for your call :'(
**
please give feedback if you want me to post faster.
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY
FanfictionLouis tersenyum dan mengecup kening Brianna. Dia menyayangi Bri, tapi hanya sebatas sahabat. Dan Louis menyayangi Danielle dengan hatinya. Tapi kenyataan berkata seperti ini, dia harus mempunyai anak dari sahabatnya sendiri, dan dia harus bertanggun...