Niall, Harry dan Liam sudah berada di Nandos sebelum waktu yang dijanjikan tiba. Harry duduk di samping kiri Liam dan Niall di seberang Harry.
Harry takjub melihat selera makan Niall."Kenabpha khau melihath ku sebperti itu Harreh?" Tanya Niall dengan mulut masih penuh dengan makanan.
Harry hanya menggeleng. "Aku kenyang hanya dengan melihatmu makan."
"Kalau gitu sini aku yang menghabiskan makananmu." Niall mencoba merampas makanan Harry dan dengan sigap Harry menepisnya.
"Heh rakus, kau masih kurang dengan makanan sebanyak itu?"
"Heeeeeeeeey curly aku bukan rakus, kau bilang kau kenyang. Aku hanya membantumu. Sayang kalo tidak di habiskan. Kau lihat orang di luar sana masih banyak yang tidak makan, kau malah tidak menghabiskan makanmu."
Harry menggeleng lagi. "Aku bilang kenyang itu hanya istilah. Lagian aku belum memakan apapun gimana aku bisa kenyang? Fake Blondie."
"Sekarang kau mulai mengejek rambutku."
"Kau deluan yang mengejek rambutku."
"Aku hanya bilang kau curly."
"Aku hanya bilang kau Fake Blondie."
"Itu sebuah ejekan."
"Itu kenyataan bukan ejekan."
"Kalau gitu kau Fake Curly."
"Ini asli. Kau yang Fake."
"Apasih kalian, seperti anak kecil saja." Liam angkat bicara.
"Diam kau Fake Dick." Kata Harry.
"WHAT?" Liam sedikit membesarkan suaranya.
"Fake Dick." Ulang Harry lagi.
"Iya itu pasti palsu, makanya sepanjang itu." Niall terkekeh.
"Ini ASLI!! Dan kalian sudah pernah melihatnya." Liam mulai termakan ejekan Harry.
"Coba tunjukkan disini sekarang kalau memang tidak Fake." Ancam Niall.
"Kalian berdua sudah gila ya?" Liam mulai merasa menyesal menyambung pembicaraan mereka tadi.
"Iya tunjukkan sekarang." Kata Harry.
"Tunjukkan cepat." Lanjut Niall.
Dan tiba-tiba ada seseoarang yang menarik kursi sebelah Niall.
"Apakah aku terlambat?" Tanya Louis sembari duduk di hadapan Liam.
Thank's God, Louis safe me.
Tatapan mereka berpindah ke Louis. Liam melirik arloji nya.
"Terlambat 5 menit."
"It's fine." Kata Niall.
"Jadi?" Tanya Harry pada Louis.
"Jadi?" Tanya Louis kembali dengan wajah yang bingung.
Louis berpikir sejenak, dan kemudian, "Oh," Louis menarik nafas panjang. "Beri aku waktu bernafas sebentar Harry, lagian cerita ini juga tidak terlalu penting.""Ini bukan tentang kenapa kau meninggalkan Brianna Louis, tapi kenapa kau pindah tidak memberitahu kami dan si 'fake dick' ini tau?" kata Harry terkekeh.
"Heeeeey, aku tidak tau dia pindah. Dan dick ku tidak fake." Lawan Liam.
"Tunjukkan." Ancam Niall lagi sambil terkekeh.
Liam memasang wajah tidak sukanya kepada Niall dan Niall menyambutnya dengan mengulurkan lidahnya.
"Tidak ada yang tau aku pindah, Liam juga. Maaf aku tidak memberi kabar pada kalian, karena itu semua terlalu terburu-buru." Louis menjelaskan.
"Dengar kan! Aku tidak mengetahui nya." Liam merasa menang.
"Tapi kau tau apa alasan dia pindah, fake dick." Lanjut Harry lagi.
"Hazz, kenapa kau jadi menyebalkan seperti ini?" Ada kekesalan di nada Liam.
Tapi Harry dan Niall malah ketawa. Niall mengangkat tangannya mengkode Harry melakukan 'high five' kemudian Harry menyambutnya. Mereka berdua sangat senang melihat kekesalah Liam.
"Kalian ini kenapa?" Tanya Louis bingung.
"Tidak apa-apa lanjutkan yang tadi." -Niall
"Sudah aku jelaskan, apa yang harus di lanjutkan?" -Louis
"Jadi kenapa kau meninggalkan Brianna?" Tanya Niall.
"Aku tidak meninggalkannya, aku hanya member jarak pada kami." -Louis
"Dan juga memberi jarak Freddie dengan Bri?" -Harry
"Bukan begitu Harry, kau tidak akan mengerti." -Louis
"Bagaimana aku mengerti kalau kau tidak menjelaskan? Kau mau berrahasia dengan kami?" -Harry
"Aku sama sekali tidak ingin merahasiakan ini dari kalian, tapi setiap kali aku ingin berbicara serius kalian tidak pernah bisa diajak serius. Kau dan juga Niall. Jadi saat itu hanya Liam yang available untuk aku menceritakan ini semua."
Harry dan Niall diam dan saling melirik.
"Maaf kalau kita tidak pernah serius." -Niall
"Sudah lah." -Louis.
"Jadi apa alasanmu meninggalkan Brianna?" -Niall
"Karena aku mulai jatuh cinta dengannya, dan aku sangat sangat mencintai Danielle dan aku tidak mau menyakitinya. Jadi jalan satu-satunya aku tinggal bersama Danielle dan perlahan menghapus perasaanku dengan Brianna. Tapi aku hampir gila merindukannya. Dua minggu ini tanpa melihatnya sedetikpun, dua minggu ini tanpa kabar sedikitpun dari dia. Dan dua minggu ini aku menahan rasa inign menelponnya. Dua minggu ini aku selalu berantam dengan Danielle. Aku hampir gila."
Mereka berempat saling diam, terutama Liam. Dia lebih memilih diam seribu bahasa daripada dia ikut angkat bicara yang ujung-ujungnya selalu mendapatkan ejekan dari temannya.
Louis menarik nafas panjang dan menghembuskannya."Dan aku pikir dua minggu ini Brianna merasa bebas tanpa adanya aku dirumah itu dan itu membuatku kesal."
"Ya, dia terlihat seperti baik-baik saja tadi." Lanjut Niall.
"Tapi kita tidak tau apa yang terjadi di belakang kita Neil." -Harry
"Aku ingin kembali ke rumah itu walaupun sebentar, tapi aku tidak punya alasan." -Louis
"Kau tinggal dirumah Danielle kan?" -Harry
"Iya kan aku sudah bilang tadi."
"Kau tidak bermain bola?" -Harry
"Aku full time daddy jadi tidak sempat bermain bola."
"Berarti kau tidak membawa sepatu kesayanganmu." -Harry
Louis membesarkan matanya, "Ide cemerlang Hazzz!!!!! Maksudmu aku berpura-pura mengambil sepatu dirumah. Gitu kan?"
"Tepat sekali." -Harry
"Tapi aku hanya sebentar sekali dirumah."
"Lebih baik sebentar, daripada tidak sama sekali." -Niall.
**
Once again, don't take it very seriously with this story. It's just fan fiction, not their real life.The boys on multimedia
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY
FanfictionLouis tersenyum dan mengecup kening Brianna. Dia menyayangi Bri, tapi hanya sebatas sahabat. Dan Louis menyayangi Danielle dengan hatinya. Tapi kenyataan berkata seperti ini, dia harus mempunyai anak dari sahabatnya sendiri, dan dia harus bertanggun...