Dua minggu berlalu, Brianna masih menjalani kehidupannya dengan kesendirian.
Dia belum terbiasa terbangun tanpa siapa pun di sisinya. Ingin rasanya dia pergi dari rumah itu dan melupakan semua kenangan yang ada. Terlebih lagi Louis sama sekali tidak ada kabar, tapi Bri merasa dia tidak punya hak sama sekali menanyakan Louis. Tapi dia merindukan Louis dan Freddie.
**
Louis membelikan kerangjang bayi buat Freddie atas permintaan Danielle, karena tempat tidur selalu bau pesing karena Freddie. Jadi mereka harus memisahkan tempat tidur mereka dengan Freddie.
"Nah kalo begitu kan Freddie juga tidur nya gak terganggu sama ngorokan ayahnya." Kata Danielle.
Louis merapatkan bibirnya. "Yah, dan tidurmu juga tidak terganggu kan?" sindir Louis.
"Nggak itu maksud aku Louis, ini demi kebaikan Freddie."
Louis dan Danielle lebih sering berantem belakangan ini karena Freddie.
"Dan aku sudah mendapatkan baby sitter buat Freddie, kau tidak perlu takut, dia professional." Kata Danielle lagi.
"Apa? Kau bahkan tidak membicarakan ini denganku dahulu?"
"Aku melakukan yang terbaik Louis."
"Kau bilang kau yang akan mengurus Freddi kan? Kenapa kau malah menyewa baby sitter?" Nada Louis meninggi.
"Kau marah?"
"Jelas!"
"Louis, aku akan mengurus Freddie percayalah."
"Jadi apa maksud yang kau lakukan itu hah?"
"Lou, aku belum pernah mengurus anak sebelumnya, apalagi ini bayi. Aku tidak tau apa yang harus aku lakukan ketika dia menangis, aku tidak tau bagaimana mengganti popok yang benar, aku tidak tau cara memandikannya, aku yakin kau juga tidak terlalu mampu mengurus bayi kan? Karena itu aku menyewa baby Sitter. Bukan karena kau tidak mau mengurus Freddie, aku akan belajar Lou, aku belajar mengurus bayi dan semua itu butuh proses."
Louis terdiam mendengan penjelasan Danielle.
"Maafkan aku yang memisahkan Freddie dengan Ibunya, mungkin dia lebih membutuhkan Brianna daripada aku."
"Danielle, semua sudah terjadi."
"Justru itu, aku ingin membayarnya. Aku ingin yang terbaik buat Freddie. Aku akan belajar menjadi Ibu yang.. maksudku calon Ibu yang baik. Untuk anakmu, dan untuk anak kita kelak."
"Maafkan aku sayang." Louis memeluk Danielle. "Maafkan aku yang sempat berpikir kalau kau tidak mau mengurus Freddie."
"Louis, aku sayang padamu. Dan aku harus sayang kepada semua yang kau punya, termasuk Freddie dan...Brianna maybe?"
"Maafkan aku Danielle. Aku minta maaf."
Louis menyentuh kedua pipi Danielle dan mengecup keningnya berulang-ulang. Kemudian Danielle tersenyum.
**
Brianna menyalakan radio, dan ketepatan sedang memutar lagu One Direction Infinity.
'How many nights does it take to count the stars? That's the time it would take to fix my heart'(on radio)
"Ironis" jawab Brianna.
'Oh baby, I was there for you. All I ever wanted was the truth, yeah, yeah.'
"you was tell the truth yeah." Lanjut nya.
'How many nights have you wished someone would stay? Lie awake only hoping they're OK'
"It's fell like Infinity!!! Udah aku jawab udah jangan nyanyi lagi."
'If I tried I know.......' Brianna langsung mematikan radio nya.
"Radio can't understand your feeling Bri." Katanya pada dirinya sendiri.
Suara bel berbunyi. Brianna mengerutkan jidatnya.
"Ada yang datang?" pikirnya.
Perasaan senang menyelimuti dirinya, semoga yang datang sesuai dengan yang di harapkannya.
**
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY
FanfictionLouis tersenyum dan mengecup kening Brianna. Dia menyayangi Bri, tapi hanya sebatas sahabat. Dan Louis menyayangi Danielle dengan hatinya. Tapi kenyataan berkata seperti ini, dia harus mempunyai anak dari sahabatnya sendiri, dan dia harus bertanggun...