"Aku tidak menyembunyikan sesuatu Bri." Elak Louis.
"Harus berapa kali aku bilang, aku mengenalmu sudah lama Lou. Jadi aku tau kalau kau menyembunyikan sesuatu. Aku sangat mengenalmu."
"Kalau kau sangat mengenalku, kenapa kau tidak menyadari sesuatu yang berbeda terjadi padaku."
"Aku melihat perbedaan itu, justru itu aku bertanya." Brianna meninggikan suaranya.
"Kecilkan suaramu, nanti Freddie terbangun."
"Jangan mengalihkan pembicaraan Louis." Brianna masih berbicara dengan suara tinggi.
Louis berdiri dan menarik Brianna keluar dari kamar.
"Apasih, apa susahnya tinggal bicara aja kan? Apa yang kau sembunyikan dariku?"
"Izinkan aku mengurus Freddie dengan Danielle." Ucap Louis lirih.
Brianna memejamkan matanya dan airmata perlahan turun. "Aku tau kau akan mengatakan itu."
"Bri, aku mohon. Aku tidak bermaksud apapun, kau tidak mengerti."
"Apa yang aku tidak mengerti Louis? Katakan. Aku tidak pernah melarangmu bertemu Danielle. Aku tidak pernah menanyakan kau akan pergi kemana, sama siapa, apa yang kau lakukan. Aku tidak pernah bertanya. Aku memberimu privasi. Karena bagiku, melihatmu di sisiku itu cukup walaupun aku tau kau dan aku tidak akan pernah untuk bersama. Seperti layaknya keluarga utuh yang aku idamkan. Bagiku kau berada disini hanya untuk Freddie sudah cukup. Aku tidak meminta lebih. Tapi kenapa sekarang kau ingin memisahkan aku dengan Freddie Louis? Kenapa?" Brianna menangis sejadi jadinya.
"Aku tidak bermaksud Bri, benar-benar tidak bermaksud." Louis mencoba menggenggam tangan Brianna, tapi Bri menepisnya dengan cepat.
"Ada suatu hal yang aku tidak ingin terjadi. Suatu hal yang akan menyakiti Danielle." Lanjut Louis lagi.
"Apa yang akan menyakitinya? Kau disin bersamaku? Aku tidak pernah melarang kalian bertemu Louis tolonglah jangan pisahkan aku dengan Freddie." Brianna terduduk di lantai.
Louis menahan lengan Brianna agar tetap berdiri, kemudian menariknya ke pelukannya. Brianna terisak, dia menangis di pelukan Louis.
"Aku takut Bri, aku takut."
Brianna melepaskan pelukan Louis. "Please don't make it so emotional, tell the truth Louis."
"I am afraid to fall in love with you, Bri."
Brianna terdiam, dia tidak tau harus menjawab apa.
"Aku sudah mulai merasakan hal yang berbeda, aku takut kalau kau tau aku berhubungan dengan Danielle, dan aku mulai merasa kau harus selalu bersamaku. Bodohnya aku sempat berimajinasi kau aku dan Freddie, benar-benar menjalani bagaimana keluarga selayaknya."
"Sekarang kau mengerti kan? Aku tidak berniat menjauhkan kau dari Freddie."
"Aku takut perasaanku semakin dalam padamu, aku takut melukai Danielle."
"Louis." Kata Brianna datar.
"Aku tidak tau apa yang kau rasakan padaku. Aku tidak akan memaksamu untuk mengatakannya kalau kau tidak mau."
"Bri, izinkan aku mengurus Freddie dengan Danielle. Demi aku Bri."
Brianna kembali meneteskan airmatanya. "Baiklah Lou, tapi tolong tetap izinkan aku bertemu dengannya nanti."
"Itu pasti. Aku tidak akan memisahkan dia dengan Ibu kandungnya. Dan itu kau Bri. Wanita terhebat yang pernah aku temui."
"Boleh aku meminta sesuatu Louis?"
"Katakan."
"Peluk aku satu kali lagi."
Tanpa aba-aba Louis langsung memeluk Brianna, dengan erat.
**
Louis sudah memberikan kabar kepada Danielle, dan Danielle sangat senang mendengarnya.
*on the phone
"Apa perlu aku kesana naik taxi?" Tanya Danielle.
"Tidak usah, aku akan bersama Oli nanti."
"Aku senang banget Louis. Terimakasih ya."
"Anything for you dear." Jawab Louis datar. Di dalam hatinya dia masih belum yakin apa yang dilakukannya itu benar.
Oli memasukkan barang-barang Freddie ke dalam mobil. Louis mencari Brianna ke kamar tapi dia dan Freddie tidak ada.
"Brianna." Panggilnya. Tapi tidak ada jawaban.
"Bri, dimana kau?" panggilnya lagi. Tetap tidak ada jawaban.
Louis mencari diseluruh isi rumah tapi tetap tidak di temukannya Brianna, dia berlari ke halaman belakang dan menemui Brianna sedang menggendong Freddie sambil memberinya susu.
'Fuck, it's de javu. Aku pernah mengalami ini sebelumnya.' Batinnya.
Louis berjalan perlahan ke arah Brianna, dan Brianna tersenyum simpul.
"Kau akan merindukanku Lou?" Tanya Brianna.
"Itu sudah pasti."
"Dari skala 1-10 kira-kira seberapa besar kau akan merindukan aku?"
"delapan? Sembilan?"
Brianna tertawa."Benarkah?"
"Lalu? Kau? Nantinya akan merindukanku juga?" Tanya Louis ragu.
"Jangankan nanti, sekarang saja aku sudah merindukanmu." Brianna berbicara tanpa menatap Louis, dia mengalihkan pandangannya ke Freddie.
"Bri.."
"Aku merasa semuanya begitu cepat berlalu. Rasanya seperti sedang berada di suatu tempat yang sangat kau sukai tapi kau tidak bisa selamanya di tempat itu."
"Apa yang kau bicarakan?"
"Aku bicara tentangmu Louis."
"Brianna..."
Tiba-tiba Oli datang. "Lou, semuanya sudah siap."
Louis menoleh kea rah Oli, "5 minutes okay?"
"Aku menunggu di mobil" kata Oli dan di jawab anggukan oleh Louis.
"Pergilah..." kata Brianna. "Aku baik-baik saja. Percayalah."
Brianna meletakkan Freddie ke dalam kereta bayinya. Menciumnya sepuas-puasnya.
"Jangan cengeng ya sayang, Bunda pasti akan menemuimu." Katanya pada Freddie.
Dengan berat Louis membawa kereta bayi itu, dan menuju ke mobil.
Oli menyalakan mesin mobil. Mereka siap untuk pindah ke apartemen Danielle.
"Don't say good bye, it's hurts." Kata Brianna, dan dia tersenyum.
Louis menatapnya sejenak dan mengalihkan pandangannya ke Oli. "Ayo kita pergi."
Mobil pun melaju perlahan. Dan perhalan semakin jauh dari pandangan Brianna. Kemudian Brianna nangis sejadi-jadinya.
**
Louis di multimedia
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY
FanfictionLouis tersenyum dan mengecup kening Brianna. Dia menyayangi Bri, tapi hanya sebatas sahabat. Dan Louis menyayangi Danielle dengan hatinya. Tapi kenyataan berkata seperti ini, dia harus mempunyai anak dari sahabatnya sendiri, dan dia harus bertanggun...