INFINITY #22

701 101 5
                                    


Louis bergegas keluar dari kamar, dia terlihat terburu-buru. Di lihatnya Liam dan Niall sedang bercerita di ruang tengah ketika dia hendak keluar dari apartemen Niall.

"Hey Lou kau mau kemana?" tanya Niall.

"Menemui Danielle."

"Apa kalian sedang bertengkar?" tanya Niall lagi.

"Please Neil ini bukan waktu yang tepat untuk bertanya. Aku hanya ingin pergi menemui Danielle saat ini."

Niall diam dan tidak bertanya lagi. Dia melihat Louis berjalan ke arah pintu keluar.

"Louis." Panggilnya lagi.

"Apalagi sih Niall?" tanya Louis dengan suara tinggi.

"Aku hanya tidak tau harus menjawab apa kalau Brianna menanyakanmu nanti."

Louis terdiam sejenak. Dia menjambak rambutnya.

"Terserah kau mau menjawab apa Niall. Aku percaya padamu." Kemudian Louis pergi.

Niall melirik Liam. Liam hanya mengangkat bahunya menandakan dia juga tidak tau harus apa.

"Apa kita harus bertanya pada Harry?" tanya Niall pada Liam.

"Coba saja mungkin dia punya jawaban."

"Aku coba." Niall mengambil handphonenya dan mencari nama Harry di kontaknya. Tapi dia tidak langsung mengklik call. Dia melirik Liam sekali lagi.

"Apa lagi Neil?"

"Aku tidak tau harus bertanya apa padanya."

"Katakan saja Louis pergi menemui Danielle saat Brianna masih tidur. Pasti dia langsung mengerti."

"Baiklah Liam." Kemudian Niall mengklik call.

"Halo." Harry mengangkat pada dering ketiga.

"Harry."

"Ya, ada apa Neil?"

"Louis, ehmm Louis pergi menemui Daniele saat Brianna masih tidur."

"Terus?"

"Ya, terus?"

"Terus masalahnya apa Neil?"

"Aku tidak tau harus berkata apa pada Brianna ketika dia bangun."

"Astaga, kenapa tak kau tanyakan..."

"Aku sudah menanyakannya pada Louis tapi dia bilang dia percaya padaku. Terkadang aku sulit mengartikan kata-kata itu."

"Itu artinya dia percaya padamu kau akan mengatakan sesuatu yang benar."

"Sesuatu yang benar?"

"Iya."

"Oke, aku akan mengatakan sesuatu yang benar."

"Good."

"Thanks Harry."

Panggilan terputus.

"Harry bilang apa?"

"Dia bilang itu artinya Louis percaya aku akan mengatakan sesuatu yang benar. Aku mengerti sekarang Liam." Niall mengangguk tanpa henti. "Aku mengerti. Sesuatu yang benar."

Liam diam masih berpikir dengan kalimat 'sesuatu yang benar' yang di maksudkan Niall.

Pintu kamar terbuka, Brianna keluar dari kamar mengucek-ngucek kedua matanya.

"Hey Bri, sudah puas istirahatnya?"

Brianna melihat kearah Niall dan Liam.

"Hey.. sudah lumayan Ni." Brianna melihat sekitar, melihat keganjilan di ruangan itu. "Kalian kenapa Cuma berdua? Mana Louis dan Harry? Apa mereka meninggalkan kalian?"

"Tidak." Jawab Liam.

"Harry pergi tidak tau menemui siapa, Louis pergi menemui Danielle katanya."

Liam melirik Niall tajam, Niall tetap tersenyum kepada Brianna yang tidak menyadari tatapan tajam Liam. Niall juga tidak menyadari raut wajah Brianna sudah berubah.

"Yah, tentu saja." Brianna diam sejenak. "Dia harus menemuinya." Brianna mengangguk dan pergi masuk ke dalam kamar lagi.

Niall beralih ke arah Liam. "Apa aku baru saja mengatakan hal yang salah?" tanya Niall sedikit polos pada Liam.

"Aku tidak tau."

"Aku tidak mengerti." Niall merapatkan bibirnya dan menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

Sejenak mereka hanya terdiam. Untuk hal ini Liam tidak tau harus berbuat apa. Walaupun dia terkenal dengan kedewasaannya, tapi untuk hal ini dia angkat tangan. Kalau masalah cinta, Harry lah ahlinya, Liam juga tidak tau apa yang dikatakan Niall barusan itu benar atau salah. Di satu sisi, Brianna harus benar-benar tau Louis kemana, dan karena Bri kan memang tau kalau Louis menjalin hubungan dengan Danielle. Tapi di satu sisi, dia kasihan pada Brianna, tidak ada satupun perempuan di dunia ini yang mau berada di posisinya walaupun mungkin banyak orang yang menginginkan posisinya-hanya sekedar karena bisa bersama Louis Tomlinson.

Brianna keluar dari kamarnya, memakai jaket jeans dan memakai sepatu, serta menggerek kopernya.

"Kau mau kemana?" kali ini Liam yang bertanya.

"Aku mau kembali kerumah saja Li, tidak apa-apa kan?"

"Rumah kau dan Louis maksudnya?"

Brianna mengangguk.

"Kenapa kau tidak tinggal disini saja untuk malam ini?" tanya Niall.

"Iya, tinggallah satu malam saja Bri, ini sudah hampir larut."

Brianna tersenyum. "Terimakasih atas tawaran kalian, tapi aku benar-benar ingin sendiri sekarang. Maaf." Brianna berlalu dan meninggalkan mereka berdua.

Liam dan Niall hanya bisa terdiam dan saling pandang.

"Sekarang kita benar-benar hanya berdua Liam."

"Ini karena kau."

"Harry berkata aku akan mengatakan sesuatu yang benar. Dan aku mengatakan yang benar-benar terjadi apa itu salah?"

"Aku tidak tau."

"Shit Liam, aku tidak akan mendapatkan jawaban apapun darimu."

"Kau tidak akan mendapatkan jawaban apapun dariku."

Niall menghela nafas. "Mungkin aku mengatakan hal yang salah tadi. Louis akan membunuhku."

Liam dan Niall terdiam oleh pikiran mereka masing-masing.

'Ini bukan masalahku. Sungguh ini bukan masalahku. Ini masalah Louis, teman satu band ku. Dan sialnya, bodohnya, aku terlalu memikirkan si bodoh itu. Kenapa dia selalu saja membuat masalah? Kenapa dia selalu saja membuat khawatir? Aku bahkan tidak tau apa yang sebenarnya isi kepalanya. Tapi mungkin aku lah orang bodoh yang sebenarnya. Aku terlalu memikirkan Louis. Aku tidak mau dia terluka, aku tidak mau dia kehilangan orang yang dia butuhkan. Tapi aku hanyalah orang yang tidak pernah bisa bertingkah benar. Ugh' Niall menggumam di dalam hatinya.

'Aku tidak tau, aku benar-benar tidak tau. Aku hanya berharap detik ini pintu terbuka dan Harry kembali. Aku benar-benar-tidak-tau-soal-hal-ini. Aku angkat tangan.' -Liam

**

10 vote to next chapter.
Thanks :)

INFINITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang