INFINITY #12

670 84 0
                                    


"Kau sengaja kan mengambil kuncinya berlama-lama" Louis menggoda Bri.

"Apa kau bilang? Kalau kau tidak mau aku berlama-lama mengambil kuncinya seharusnya kau berbalik tadi." Tepat disaat Bri menyelesaikan perkataanya dia berhasil meraih kunci di saku belakang Louis dan kemudia membuka kunci mobil.

Louis hanya nyengir.
Bri membuka pintu belakang agar mengisyaratkan Louis meletakkan belanjaannya di kursi belakang. Kemudia Bri menyerahkan kunci nya pada Louis. Dan dengan tiba-tiba Louis bergerak lebih cepat dari Bri dan membukaan pintu mobil untuk Bri. Dan Brianna menjawabnya dengan tatapan seolah mengatakan-wow-kau-begitu-manis-dan Louis nyengir lagi.

"Aku juga tidak tau kenapa, seperti aku ingin memperbaiki hubungan kita yang kurang baik belakangan ini. Bukankah aku begitu manis?"

Brianna masih melongo menatap Louis tidak percaya. Masih berpikir apa ada sesuatu yang salah di kepala lelaki ini sehingga dia begitu baik hari ini.

"Kenapa kau menatapku begitu? Kau tidak mau pulang?"

Sejenak Brianna tersadar dan masuk ke mobil, dia belum masuk ke mobil sejak Louis membukaan pintu untuknya. Beberapa detik kemudian didapatinya Louis sudah duduk di kursi kemudinya.
Brianna menatapnya masih dengan tatapan bingung.

'Mungkin sedang ada yang salah dengan otaknya' batin Brianna.

**

Sesampainya mereka dirumah Louis mengangkat semua belanjaan mereka dan meletakkannya di dapur. Brianna mengucapkan terimakasih dan mulai menyusuni barang-barang belanjaan mereka dan memasukkan beberapa ke kulkas.
Setelah Bri selesai dengan pekerjaannya dia melirik ke arah Louis yang sedang menatap layar handphone nya. Kemudian dia berjalan mendekatinya. Kali ini suasana canggung di antara mereka benar-benar sudah menghilang-dan itu mungkin karena sifat sok manis nya Louis hari ini.

"Kau...belum pulang?" Tanya Brianna ragu.

"Kau mengusirku?" Louis bertanya tanpa mengalihkan pandangannya dari handphonenya.

"Bukan...hanya saja...aneh kau berada disini terlalu lama."

Kali ini Louis mengarahkan tatapannya ke Brianna. "Kau ingin aku pulang? Baik." Louis bergerak dari kursinya ke arah pintu.
Louis keluar dari rumah itu tanpa melihat ke belakang sama sekali.

'Sial dia benar-benar pulang. Bukan itu maksudku.'

Brianna bergerak dari tempat duduknya menuju dapur dan tak berhenti memaki dirinya sendiri. Tapi sejenak kemudian pintu terbuka lagi. Oh-Ada seutas senyum yang tertahan di bibir Brianna.

"Masakkan aku dada ayam Bri, aku lapar."

"Kau...tidak benar-benar pulang Lou?"

"Aku lapar Bri."

"Jadi kau kembali karena kau lapar?"

"Ayolah kita sudah dua minggu tidak bertemu dan tadi kau benar-benar berharap aku pulang?"

Brianna diam sejenak kemudian menjawab, "Tidak."

Louis mendengus lega. "Kalau begitu masakkan aku dada ayam, aku benar-benar lapar Brianna." Nada Louis agak terkesan memohon.

Kemudian Brianna langsung bergerak ke dapur dan berpikir mungkin dia akan memasakkan ayam bakar untuk Louis.

**

Disamping itu...

"Berhentilah menangis, aku mohon." Kata Danielle pada Freddie.

Tapi jelas saja Freddie tidak mengerti dan melanjutkan menangis, kalau saja semua akan bayi mengerti apa yang dikatakan orang dewasa, tentu tidak sulit untuk mengurus bayi.

"Freddie aku harus apa agar kau berhenti menangis?" Danielle mulai frustasi. Dia merasa sedikit menyesal menyuruh Diana-Baby sitternya Freddie-yang membelikan susu Freddie ke supermarket, dia berpikir kalau tadi dia yang pergi membelikan susunya tentu tidak serumit ini.
Danielle mengambil handphonenya dan berniat menelpon Louis karena merasa putus asa, tapi dia mendengar langkah seseorang mendekat. Buru-buru dibatalkannya niatnya, dan memasang wajah lega.

"Maafkan aku lama nyonya." Kata Diana yang muncul di pintu kamar dan langsung mendekati Freddie.

"Oh terimakasih kau muncul di saat yang tepat Diana, aku kewalahan."

Diana langsung menggendong Freddie dan mengayunkannya di dekapannya. Perlahan tangisan Freddie mereda.

"Ajaib." Danielle kagum. "Bagaimana bisa dia diam di pelukanmu dalam sekejap. Itu ajaib. Apa ada mantranya?"Danielle bertanya polos. Diana terkekeh.

"Tidak ada. Hanya saja jika kita harus menggendongnya secara benar."

"Oh, aku harus belajar banyak darimu. Kalau tidak bagaimana aku mengurus anakku kelak?"
Danille bergerak keluar dari kamar. "Akan ku buatkan susunya. Mungkin dia haus.

Diana mengangguk. "Terimakasih nyonya."

**
Louis terlihat menikmati makanannya. Brianna merasa takjub, Louis terlihat seperti orang yang seperti tidak makan selama tiga hari. Kemudian dia tersenyum simpul.

"Jangan menatapku seperti itu Bri, itu membuatku cepat kenyang." Louis mengambil lagi potongan ayam bakarnya.

"Kau benar-benar kelaparan Lou?"

"Sebenarnya tidak."

"Kau makan sebanyak itu."

"Aku hanya sedikit merindukan masakanmu. Danielle tidak pernah memasak untukku. Lebih tepatnya dia tidak bisa memasak."
'Oh ayo Louis sekarang kenapa kau membandingkan Bri dengan Danielle'

Brianna hanya membulatkan mulutnya.
'Hanya sedikit, tapi lumayanlah.'

Louis menghabiskan gigitan terakhirnya dan kemudian meneguk air mineral sebelah kanannya. Louis lebih suka minum air putih ketika makan daripada harus meminum jus atau coke seteleh makan.

"Thankyou Brianna ini lezat." Sembari berdiri dari kursinya. "Aku harus pulang."

Brianna tertegun.
'yah lagi lagi.'

Louis berjalan ke pintu depan diikuti Brianna.

"Lou."

"Hmm?" Louis menoleh ke belakang.

"Apa kau akan kembali lagi?"

Louis terdiam.
"Tidak janji."

"Walaupun aku memasakkanmu ayam bakar seperti tadi?"

"Itu bisa jadi pertimbangan."

'Oh ayolah, kemana manisnya Louis yang tadi.'

"Kau tidak perlu mengantarkanku ke depan."

Brianna hanya mengangguk. Dan kemudian sosok Louis sudah menghilang.

'Sial. Ini sakit.'

Brianna berbalik ke dapur dan mulai memberesi yang berantakan.

**

INFINITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang