45 menit sudah Louis berdiri di luar gerbang rumah Danielle dan memencet bel berulang-ulang kali tapi tidak aja jawaban.
"Danielle, aku tau kau di dalam. Keluarlah." Teriak Louis, tapi tetap saja tidak ada jawaban. "Sial." Makinya.
Dia mengambil handphone nya mencoba menelpon Danielle tapi handphone nya tidak aktif.
"Bukan begini caranya menyelesaikan masalah, Dan, keluarlah." Teriak Louis lagi.
Seseorang dalam dalam gerbang itu datang ke arah Louis, tapi itu bukan Danielle melainkan penjaga rumahnya.
"Maaf, mungkin sudah sebaiknya anda pergi." Kata pria yang bertubuh besar itu dengan sopan kepada Louis.
"Tapi aku ingin bertemu dengannya. Tolong bukakan gerbangnya."
"Maaf tapi aku diperintahkan untuk tidak membukakan pintu kepada anda, maaf."
"Ini berlebihan sungguh. Katakan padanya bahwa aku ingin menemui anakku."
"Freddie maksud anda?"
"Ya siapa lagi anakku?"
"Maaf, tapi mungkin Freddie sudah di antarkan kerumah Ibu anda tadi sore."
"Kenapa Johannah tidak memberitau aku?"
"Maaf mungkin untuk itu lebih baik anda bertanya kepada Ibu anda langsung."
Louis mentap tajam lelaki itu. "Terimakasih atas informasimu." Louis membalikkan badannya meniggalkan rumah Danielle.
**
"Aku tidak tau harus berbuat apalagi kalau sudah begini." Kata Harry. "Kau memang tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar Niall."
"Tapi kau yang mengatakan untuk mengatakan sesuatu yang benar, jadi aku mengatakannya."
"Aku bilang sesuatu yang benar, bukan berarti kau harus mengatakan yang sebenarnya. Kau seharusnya mengerti."
Harry mengacak-ngacak rambutnya sendiri. "Aku tau tak seharusnya aku mengatakan itu kepadamu."
"Kenapa yang aku lakukan selalu salah?" suara Niall meninggi.
"Karena kau tidak pernah melakukan sesuatu dengan benar." Jawab Harry sinis.
"Sudah. Sudah. Kenapa jadi kalian yang bertengkar?"Liam angkat bicara.
Niall dan Harry diam tidak membantah.
"Lebih baik kalian diam dan tunggu Louis. Kalo soal Brianna itu seharusnya Brianna yang mengerti karena dia tau Louis dan Danielle memang menjalin hubungan. Dan soal Brianna dan Louis kita lebih baik menunggu Louis daripada kalian harus memperdebatkan yang sudah berlalu."
Harry terlihat mengangguk pelan, dan Niall yang mungkin masih kesal memasang wajah kecut. Tidak lama dari perdebatan mereka Louis membuka pintu apartemen Niall yang tidak terkunci dan masuk dengan wajah yang kusut.
Dia melewati Harry, Liam dan Niall dan langsung menuju ke kamar, untuk sesaat mereka hanya diam dan menunggu apa yang selanjutnya terjadi. Dan tentu beberapa detik kemudian Louis keluar lagi dari kamar.
"Kemana Brianna?" tanyanya yang berdiri di depan pintu.
"Dia pulang kerumah kalian." Jawab Liam.
"Kenapa? Alasannya?" Louis mulai terlihat frustasi.
"Karena aku mengatakan kau menemui Danielle tadi. Maaf." Niall memasang wajah tulus yang mengatakan dia benar-benar merasa bersalah.
"Oh My God." Louis mengacak-ngacak rambutnya sendiri dan berjalan ke arah teman-temannya. Dia duduk di sebelah Harry. "Aku kehilangan keduanya."
"Maaf." Kata Niall lagi.
"Ini bukan salahmu Niall, aku yang egois." Mata Louis terlihat mulai memerah dan berkaca-kaca.
"Maaf Lou,mungkin kalau tadi aku tidak mengatakan kalau kau.."
"Sudahlah Niall, ini memang salahku. Salahku. Tidak ada yang perlu disalahkan disini selain aku." Air mata Louis mulai terjatuh. "Aku pantas mendapatkannya."
"Bagaimana dengan Freddie?" tanya Harry.
"Dia sudah bersama Johannah, aku tidak tau apakah Danielle sendiri yang mengantarnya atau tidak."
Sesaat mereka hanya terdiam, yang terdengar hanya suara isakan tangis dari Louis.
'Sayangnya aku tidak tau bagaimana bertingkah yang benar ketika salah seorang sahabatmu menangis di hadapanmu. Karena aku bukan type orang yang akan mengatakan kata-kata yang bisa menenangkan. Aku tidak pandai dalam berkata-kata.' -Harry
'Kepergian Brianna karena aku, aku yang membuat Louis menangis. Astaga, kapan aku bisa melakukan sesuatu dengan benar?' -Niall
'Louis menangis?' berpikir 3menit. 'Louis benar-benar menangis. Astaga.' Berpikir lagi. 'Akhirnya aku bisa melihat Louis menangis.' Liam terkekeh dalam hati. 'Tapi dia kasihan, sungguh, dan aku tidak tau harus berbuat apa.' -Liam
"Sudahlah, ini sudah larut malam dan kenapa kalian belum ada yang tidur?" Louis memecah keheningan.
"Kami menunggumu kembali Louis." Jawab Niall tulus.
"Bagaimana jika aku tidak kembali tadi? Kalian tetap akan menungguku?"
"Kami tau kau pasti akan kembali."
Louis menghapus airmatanya. "Kenapa aku menjadi lelaki bodoh yang menangisi wanita." Louis tertawa kecil. "Aku bisa mendapatkan yang lain lagi kan?" tanya nya kepada 3 temannya.
"BODOH." Maki Harry. "Kau pikir kau akan bahagia dengan mengatakan kata-kata sampah seperti itu? Bodoh!"
Louis menelan ludah mendengar kalimat Harry.
"Jangan lari dari masalah kalau kau memang seorang lelaki."
"Aku tidak lari dari masalah."
"Kalau begitu kau harus minta maaf kepada mereka."
"Aku berusaha minta maaf pada Danielle tadi tapi apa? Dia sama sekali tidak mau walaupun sekedarmembukakan pintu rumahnya untukku."
"Tapi kau belum mencobanya pada Brianna." Celah Harry.
Louis memegang keningnya, berpikir.
"Aku ingin tidur saja." Dia bergerak dari tempat duduknya. "Too much for today!"
"Tadi terlalu kasar Harry." Kata Niall.
"Jangan memulai Niall." Peringat Liam. "Lebih baik kita tidur juga."
Tanpa kata-kata Harry bergerak dari tempat duduknya meninggalkan Liam dan Niall berdua.
"Hari ini banyak sekali waktu untuk kita berdua Liam."
"Enough for today Niall." Liam bergerak dari tempat duduknya meninggalkan Niall.
Niall menghela nafas. Thingking out loud.
**
I know it's short I know. but I was try to post faster.
It's easy to reach 10vote rigth?
How about 20vote to the next?
and don't forget comment :))
KAMU SEDANG MEMBACA
INFINITY
FanfictionLouis tersenyum dan mengecup kening Brianna. Dia menyayangi Bri, tapi hanya sebatas sahabat. Dan Louis menyayangi Danielle dengan hatinya. Tapi kenyataan berkata seperti ini, dia harus mempunyai anak dari sahabatnya sendiri, dan dia harus bertanggun...