Rania POV
Mendung. Ya mendung. Sesuai hari-hari ku dan hari-hari selanjutnya yang akan selalu kelam.
Kesalahan itu menghantuiku... sangat membuatku takut merengkuh diri ini.
Aku terlalu kotor.
Bahkan mungkin disaat aku mati, nanti bumi tak mau memangkuku lagi.
Maaf..
Semuanya maaf..
Drt...drrrttt
Aku mengangkat panggilan itu dan menempelkan di telingaku..
"Halo Ran ?"
Ternyata Lala
"Hm"
"Lo ada di rumah kan ?"
"Ya kenapa ?"
"Gue sama Sania bakalan ke rumah lu . Ada hal penting."
"Ya, gue tunggu..."
Ada apa ya? Hatiku seakan tak karuan ketika dua sahabatku itu mengatakan 'ada hal penting'.
Entahlah akhir - akhir ini aku selalu sensitif dan hal apa yang gak seharusnya dipikirkan, aku malah memikirkannya. Ini jelas bukan sifatku.
Ah.. semakin hari.. aku semakin tak mengenali diriku lagi..
******
Kamar pintu terbuka menampilkan dua sosok yang selama ini, menemaniku dalam kesunyian ini. Sania dan Lala.
Tapi mereka terlihat harap-harap cemas..
"Ran!" Ucap Lala setengah berteriak.
"Ga usah teriak! Gue gak budeg." Nyatanya aku pun berteriak.
"Hihi sorry, tapi Ran gue.." Lala mengantungkan ucapannya Sania dari tadi malah diam. Aku mengangkat alisku sebelah.
"Ada apa? Ada yang urgent?"
Mereka mengigit bibir mereka bersamaan...sebenarnya ada apa sih?
"Kita ngobrol di balkon," ucapku datar
Sania dan Lala hanya bisa mengangguk.
Angin menelisik kulitku ketika kakiku mulai melangkah ke ujung balkon. Hari ini sungguh mendung. Sepertinya akan ada hujan besar setelah ini..
Sania dan Lala lagi-lagi gelisah. Dan aku tambah penasaran.
"Kenapa sih kalian? Apa ada masalah? Cerita ke gue kalau ada masalah."
Lala menggelengkan kepalanya, "Kita baik-baik aja kok ,gue cuman..." lagi-lagi Lala menggantungkan ucapannya. Ia sedikit melirik Sania seperti meminta bantuan untuk mengutarakan sesuatu..
"Ran.." akhirnya dia bersuara juga tapi, Sania malah memberikanku satu kantong keresek yang didalamnya ada kotak. Apa maksudnya? Kupikir dia akan menjelaskan atau mengutarakan sesuatu?
"Apa ini ?"
Mereka semakin meunduk dalam..
Aku membuka...
Astaga....
Testpack?
"Maksud kalian apa?" Aku menghujam mereka dengan tatapan tajam nan bengis. Mereka pikir aku apa? Hamil begitu? Hah??
Mereka semakin menunduk. Ketakutan jelas terpancar di wajah mereka.. Apa aku telah berubah menjadi nenek sihir? Sampai-sampai mereka hampir menangis?
Ralat memang mereka menangis.
"Lo... jangan marah dulu.. kita cuman mau ngebuktiin kecemasan kita . Kemarin soal itu lho.."
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is My Husband
Teen FictionMungkin hal ini adalah hal terburuk bagi Rania Ulahnya berbuah Hal ini membuat hidupnya seketika berubah Karena kebodohannya,ia hampir saja memusnahkan hidupnya. Hanya karena sakit hati ia melakukan hal yang paling bodoh. Namun,nasi sudah menjadi bu...