"Sus bayi atas nama Rania di sebelah mana?"
Mamah Rania begitu antusias saat mendengar Rania telah melahirkan. Papah Rania pun turut bahagia dan langsung membatalkan segala urusannya. Hari ini dan seterusnya ia sudah menyandang status sebagai Opa.
"Oh yang baru lahir itu ya? Ada di bagian pojok, sekarang sedang ditimang oleh ayahnya."
"Ayahnya?" Ucap Mamah Rania kaget.
"Iya."
"Mah... gak usah panik. Palingan Dimas yang ngaku-ngaku Ayahnya."
"Ahh mungkin Dimas, ya Pah. Tapi Mamah punya firasat gak enak nih."
"Ya udah lebih baik kita cek aja. Lagian Rania masih dalam pemeriksaan dokter."
Mereka pun berjalan menuju ruangan bayi. Tangisan bayi memenuhi gendang telinga mereka,sunggingan senyum dari keduanya tak terlepas. Mengingat kini status mereka sudah ganti. Menjadi Oma dan Opa. Sesuatu hal yang menjadi cita-cita orangtua.
Namun, saat mereka memasuki ruangan bayi dan menemukan seseorang yang mereka kira seorang perawat.
"Arga?"
Keduanya sungguh tak percaya dengan sosok yang kini ada di hadapannya.
Tak ada tegur sapa yang ramah dari mulut Arga. Ia hanya fokus dengan buah hatinya.
Perasaan tak enak yang bermunculan dari hati kedua orang tua Rania, seketika membuat mereka terdiam. Papah Rania terpaku melihat geliatan kecil bayi perempuan yang baru saja dibaringkan Arga.
"Saya sudah adzani, tadi hampir saja orang lain yang mengadzani."
Mamah Rania hanya bisa menggigit bibir bawahnya. Merasa bersalah luar biasa karena Arga selama ini sudah dibohongi akan keberadaan Rania.
"Nah.. semuanya sudah selesai. Sebaiknya kita harus keluar dari ruangan ini. Kasihan bayinya kalau lama-lama, bisa terkontaminasi yang tidak-tidak."
Mereka yakin kalau nanti mereka harus berbicara blak-blak an. Apalagi sikap Arga yang berbeda 180 derajat seperti ini. Mereka harus siap kena semprot.
Arga melenggang pergi menuju ruangan yang sempat ia tinggalkan. Yang menampung seseorang yang telah ia cari selama ini.
"Dengan suami Rania?"
"Iya saya suaminya."
"Pasien masih dalam keadaan pingsan. Ini biasa karena efek anestesi saat caesar. Mungkin beberapa jam kedepan sudah siuman. Terimakasih dan selamat atas kelahiran bayi perempuan Anda. Bayinya sangat cantik seperti ibunya," ucap dokter yang baru saja keluar dari ruangan Rania.
"Sama-sama dok. Terimakasih juga telah meyelamatkan istri saya."
Dilain sisi Dimas hanya bisa diam di ruang tunggu. Ia masih mengingat bagaimana Arga menatapnya saat Rania melahirkan..
#FLASHBACK
"Silahkan untuk diadzani.." Suster memberikan bayi yang sudah dibersihkan pada Dimas. Ia bergetar menerimanya. Mau tak mau ia harus mengadzaninya karena sang Opa tak kunjung datang.
"Ba..baik.."
Tangan Dimas terulur untuk mengambil alih bayi Rania. Bayi dengan hidung kecil nan mancung itu menangis saat digendong Dimas.
"Saya lebih berhak.."
Dimas mematung mendengar suara itu. Entah kenapa walaupun ia tak mengenal suara itu tapi tubuhnya menegang seketika. Firasatnya mengatakan seseorang dari jauh datang untuk mengambil haknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is My Husband
Teen FictionMungkin hal ini adalah hal terburuk bagi Rania Ulahnya berbuah Hal ini membuat hidupnya seketika berubah Karena kebodohannya,ia hampir saja memusnahkan hidupnya. Hanya karena sakit hati ia melakukan hal yang paling bodoh. Namun,nasi sudah menjadi bu...