RISIH [REVISI]

6.1K 205 0
                                    

AUTHOR POV

"Rania!!!!"

Sania berteriak ketika ia mendapati sosok Rania di ambang pintu.

Lala yang mendengar teriakan itu segera menoleh. Dan kemudian menyusul Sania yang semangat 45 mendekati Rania.

"Aduh Ran.. lo baik-baik aja kan? Apa sua..mmmpphhh.."

Lala langsung membekap mulut Sania yang hampir saja membuka rahasia.

Rania pun sedikit kaget dengan ucapan Sania barusan.

"Rann.. lo udah sembuh kan?" Lala mulai mengalihkan topik untuk menghindari prasangka aneh pada teman-teman yang lain.

Rania mengangguk ragu.

Kemudian mereka menggiring Rania duduk di bangkunya.

Suasana pagi itu tampak ramai. Murid-murid mendadak rajin, maklum ujian nasional sebentar lagi akan dilaksanakan.

Rania pun mencoba membuka bukunya dan mengerjakan beberapa soal.

"Ran.."

Ia menoleh. Didapatinya sosok Rehan tersenyum ramah. Ia pun tersenyum juga.

"Kamu udah sehat Ran?"

Rania kikuk, "Hah? Iya udah lumayan lah."

Rania kembali mengalihkan pandangannya. Tapi Rehan masih menatapnya. Ia mulai tak enak karena tatapan itu. Kefokusannya hilang. Apa ini karena rasa sayangnya yang masih besar?

Rania menggeleng kuat. Ia harus menghapus semua tentang Rehan. Kini ia sudah punya kehidupan baru.

Rehan yang melihat keanehan dari diri Rania, ia pun mendekatinya. Rehan dudk di samping Rania.

"Ran kamu gak apa-apa kan?"

Rania menoleh, "Eng..gak apa-apa kok.."

"Masa sih?" Punggung telapak tangan Rehan tanpa disangka sudah mendarat di kening Rania. Hatinya terasa bergetar.

"Gue gak apa-apa kok Han..," elaknya.

"Kamu agak panas Ran.. kita ke UKS yuk.."

"Enggak usah."

"Tapi Ran.."

"Maaf anak-anak ibu telat. Silahkan siapkan."

Rania kali ini merasa beruntung guru datang. Jadi Rehan bisa menjauhinya. Karena kalau tidak mungkin ia akan susah melupakan Rehan.

Hari itu hari dimana ia harys ekstra menahan segala perhatian yang dicurahkan Rehan untuknya. Ingin sekali ia berteriak kegirangan, dengan tingkah Rehan itu. Tapi ia tahu kini jarak antara dirinya dan Rehan terbentang luas.

Takkan mungkin bersatu. Karena Rania kini sudah terikat. Walau memang bukan keinginan Rania. Tapi tetap saja ia harus menghargai ikatan itu.

Siang itu. Rumah yang sudah beberapa hari ini ia tinggali itu, tampak sepi. Maklum Arga sudah kembali dengan aktivitasnya. Ajeng dengan sekolahnya. Ia belum terlihat juga.

Saat melewati ruang makan, ia mencium bau masakan. Didekatinya tudung saji itu kemudian dibukanya. Alangkah terkejutnya, Rania ketika melihat banyak masakan tersaji. Padahal di rumah ini tidak ada pembantu. Mungkinkah Ajeng? Mm.. Tidak mungkin, dia sibuk mepersiapkan ujiannya sama seperti Rania. Arga? Tidak mungkin juga ia kan sedang sibuk juga untuk mempersiapkan pembukaan cabang baru restorannya. Walaupun ia pulang juga.. gak akan masak segini banyak.

Rani terpaku pada secarik kertas. Yang tersembunyi di sela-sela tatanan makanan. Diraihnya lalu dibacanya.

Maaf lancang. Tadi Ajeng maksa terus untuk aku masakin kalian. Alhasil aku tadi izin dari kantor. Soalnya aku gak bisa nolak keinginan Ajeng.. apalagi dia udah ngasih kunci cadangan rumah. Buat kalian semua.

This Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang