WEDDING [REVISI]

8.2K 262 0
                                    

Author POV

"Aku gak nyangka! Abang tuh kenapa sih? Bisa kaya gitu?" wanita berkebaya pink itu merenggut. Sedari tadi ia terus saja mengomel.

"Ajeng... kalau Abang tahu bakalan kayak gini juga  pastinya Abang gak bakalan ngelakuin itu," ucap Arga seraya merapihkan jasnya.

"Kenapa sih harus yang seumuran sama Ajeng?"

"Kamu bawel."

"Ya jelas! Abang ini gimana sih? Aku belum terima dia sebagai istri Abang titik!"

*******

Suasana tegang mendominasi ruangan keluarga rumah Rania. Kini ijab kabul akan segera dilakasanakan.

Tak banyak yang di undang hanya keluarga terdekat dan juga sahabat Rania. Lala dan Sania. Mereka semua tampak bahagia tapi juga tegang.

Jika ditelisik sebenarnya Arga yang lebih tegang. Tak bisa dibohongi kalau ia pun masih menganggap semua ini hanya mimpi. Apalagi dengan Rania. Ia bagaikan seorang yang bisu sejak di ruang rias ia tak banyak berbicara.

"Bisa kita mulai?" Tanya Pak Penghulu.

"Bisa Pak," jawab Pak Prasetya.

"Bismillahirohmanirohim Saya nikahkan dan kawinkan Rania Prasetya binti Prasetya Adi Guna dengan Arga Wijaya bin Koesherwanto dengan mas kawin cincin 24 karat dan seperangkat alat sholat dibayar tunai!"

"Saya terima nikah dan kawinnya Rania Prasetya binti Prasetya Adi Guna dengan mas kawin cincin 24 karat dan seperangkat alat sholat di bayar tunai!"

"Sah?"

"Sahhhhhhhhhh..."

******

Malam mulai beranjak dari persembunyiannya. Menyibakkan sang raja siang. Menaungi setiap nafas dengan keheningan.

Kini Arga dan Rania sudah sah menjadi sepasang suami-istri. Semua telah menjadi hal baru. Semua yang dibelakang telah tertutup. Diganti dengan lembar-lembar kosong yang siap dihiasi.

Arga menyalakan lampu. Ia menjingjing koper Rania. Ajeng yang tak suka dengan kehadiran Rania, sejak menginjakkan kaki dirumahnya sudah masuk ke kamar.

Arga tahu ini bukan hal yang mudah bagi Ajeng untuk menerima Rania sebagai kakak iparnya. Bagaimana tidak? Kakak iparnya itu sebaya denganya? Yang benar saja.

"Aku tahu kalau kamu belum bisa sekamar denganku. Jadi aku siapkan kamar ini," Ucap Arga memecah keheningan yang sedari tadi tercipta antara dia dan Rania.

Rania mengangguk, "Terimakasih."

Tak menunggu lama Rania memasuki kamar itu. Gelap. Jelas karena lampu tidak dinyalakan. Entah mengapa Rania pun tak ingin menyalakan lampu dikamarnya.

Ia segera menyimpan kopernya. Tanpa niat untuk membereskannya terlebih dulu. Kakinya mengarah ke arah balkon kamarnya.

Ia menyingkirkan tirai yang menutupi balkon. Ia berjalan. Menatap kosong ke depan. Lalu menghebuskan nafas. Ia menunduk. Setetes air mata mengalir dipipinya.

"Its real life now begin.." lirihnya

Lalu ia menyenderkan dirinya ke dinding. Terduduk dan mendekap dirinya sekuat mungkin. Mendekap seluruh raganya yang hampir luruh dengan tanah.

Dalam kehingan seperti ini..
Sanggupkan angin menangkap segala lara..
Sanggupkah kegelapan menyibak segala kegalauan..
Sanggupkah bintang malam menengadahkan wajahnya ..

Tok..tok..

Rania beranjak ketika pintu kamarnya diketuk. Membuka perlahan pintu.

"Makan yuk? Ajeng udah nyiapin makan," Arga tersenyum hangat.

This Is My HusbandTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang