Author POV
Tatan menginjakkan kakinya di tanah yang dilanda bencana. Hatinya miris melihat keadaan yang porak poranda. Bencana longsor yang menghancurkan rumah dan harapan.
"Hoi!! Ngelamun aja lo!" Seseorang menepuk bahu Tatan.
"Ha? Apa an sih lo, Yo.."
"Noh dicari komandan! Lo sih yang lain pada ngunpul lu malah ngejugruk disini.."
"Emang yang angkutan terakhir udah dateng?"
"Udah dari tadi kaliii..."
Tatan pergi tanpa mengajak Rio. Itu membuat Rio membulatkan matanya dan menggerutu.
"Bilang makasih kek! Ngajak kek!!"
Rio pun menyusul. Terlihat beberapa anggota sudah berkumpul. Mereka sedang menyiapkan apel.
Tatan berbaris dengan anggota wanita lainnya. Disini ternyata tidak hanya TNI, relawan pun ada.
"Siang semuanya!" Seru komandan.
"Siang .!!" Kor semuanya.
"Seperti yang kita ketahui. Medan daerah bencana kali ini sangat sulit. Untuk itu perlu kerjasama yang baik untuk membantu saudara kita ini. Pengungsian kita berada 100 meter di sebelah selatan saya. Sekali lagi mohon kerjasamanya."
Setelah itu mereka berbondong-bondong mengevaluasi korban. Membantu kebutuhan setiap korban.
Siang menjelang sore. Mereka masih tetap mengevaluasi korban. Serta membenahi jalan agar mudah dilalui.
"Tan! Coba lo ke pengungsian deh! Relawan butuh bantuan lo!" Teriak Rio.
Jangan heran dengan bahasa antara Tatan dan Rio. Mereka itu satu SMA jadi sudah akrab. Pasti banyak bahasa yang 'aneh' dan 'cablak'. So karena mereka sudah akrab.
"Tatan! Gue ikut ya!" Teriak Sonya. Itu sesama salah satu TNI wanita yang ikut juga. Dalam bencana ini memang tidak banyak, TNI wanita yang ikut hanya 5 orang. Dan salah satunya mereka berdua.
Tatan dan Donya pergi ke pengungsian. Terlihat sangat ramai. Banyak yang berebut makanan,tempat.
"Mba boleh bantu saya?" Ucap salah seorang relawan.
"Boleh ada apa?" Ucap Sonya.
"Begini..."
Saat relawan itu menjelaskan sesuatu. Tangan Tatan disentuh anak kecil. Ia menoleh ternyata anak kecil itu menagis. Otomatis Tatan menjauh dari kedua orang tua itu.
"Hiks..hiks."
"Heyy kenapa?"
"Kak tolong ibu saya Kak.."
"Ibu kamu kenapa? Sakit?"
Anak itu menggeleng, "Ibu saya belum ditemukan."
Deg.
Hati Tatan terasa tertohok. Ia teringat dengan ibunya.
"Berdoa saja. Nanti teman Kakak pasti nemuin Ibu Adek ya. Sekarang Ade tidur saja ya. Atau Adek bisa minta makan sama relawan yang lain, ya."
Anak itu menggeleng keras. Ia mulai menangis tersedu-sedu, "Tolong Kak.. Saya takut ibu saya kenapa-kenapa."
"Dek, biar nanti kami cari ya.."
"Sekarang Kak..saya mohon."
Tatan tidak tega dengan anak itu maka ia pun memutuskan untuk menuruti kemaunnya. Walau hari sudah gelap itu tidak membuat keputusannya berubah.
KAMU SEDANG MEMBACA
This Is My Husband
Teen FictionMungkin hal ini adalah hal terburuk bagi Rania Ulahnya berbuah Hal ini membuat hidupnya seketika berubah Karena kebodohannya,ia hampir saja memusnahkan hidupnya. Hanya karena sakit hati ia melakukan hal yang paling bodoh. Namun,nasi sudah menjadi bu...