– Al –
Aku telah bangun sejak jam empat pagi tadi. Mungkin lebih tepatnya tak bisa tidur. Entah kenapa bayang-bayang gadis itu selalu menghantuiku. Matanya, hidungnya, bibirnya, rambutnya, semua tentangnya. Bahkan suaranya masih terngiang-ngiang di kepalaku. Argh! Aku bisa gila lama-lama dibuatnya. Apa mungkin sekarang aku sudah gila? tergila-gila dengan anak om Gusta. Aku berjalan dengan gontai ke lantai bawah. Aku pikir bermain piano dapat sedikit membuatku berfikiran lebih logis dan jernih. Yah itu jauh lebih baik.
Jari-jariku telah aku letakkan diatas tuts hitam putih piano di patio belakang. Rumah ini masih sepi. Aku terlalu pagi bangunnya mungkin. Jemariku mulai menari-nari diatas tuts-tuts piano dan mulutku dengan otomatis mengalunkan sebuah lagu ……
Oh, her eyes, her eyes mke the stars look like they’re not shinin
Her hair, her hair falls perfectly without her tryin
She’s so beautiful
And I tell her everyday
Yeah, I know, I know when I compliment her, she won’t believe me
And it’s so, it’s so sad to think that she doesn’t see what I see
But every time she asks me do I look okay?
I say
When I see your face
There’s not a thing that I would change
Cause you’re amazing
Just the way you are
And when you smile
The whole world stops and stares for awhile
Cause girl you’re amazing
Just the way you are…
Aku enggan meneruskan lagu itu karna bayang-bayang gadis itu semakin menjadi-jadi, dan kemudian seseorang menepuk bahuku dengan lembut. Sontak aku menoleh dan menemukan bunda yang masih mengenakan baju tidur berdiri di belakangku sambil tersenyum.
“Kamu jatuh cinta?” bunda duduk di sebuah kursi di sebelah piano. Aku hanya tersenyum. Apa iya aku jatuh cinta? mendengar kata jatuh cinta, wajah gadis itu yang terlintas di benakku. Matanya yang hitam, rambutnya yang sedikit melewati bahu, berwarna hitam namun sedikit coklat, kulitnya yang putih. Betapa cantiknya dia.
“Kalo boleh bunda tau, siapa gadis yang beruntung itu?” aku menatap bunda dan kembali tersenyum.
“Oh-oh. Apa kamu jatuh cinta dengan Zara?” aku membelalak. Jawaban mama tepat!
“Kalau diam berarti ya. Zara memang gadis yang cantik, pintar dan baik. Bunda ingin sekali dia jadi menantu bunda.” Bunda mengerling ke arahku.
“Maksud bunda?”
“Jika suatu saat nanti kamu bisa memiliki hatinya, bunda akan dengan senang hati menerima Zara sebagai menantu bunda. Berusahalah sebelum kamu menyesal di kemudian hari..” bunda menggenggam tanganku kemudian beranjak pergi meninggalkanku yang masih termenung dengan fikiranku.
Aku harus mendapatkan gadis itu! Aku harus bisa mendapatkan Zara! Bunda dan ayah pasti setuju jika aku kelak menikah dengan gadis secantik Zara. Hmm, bagaimaan memulai ini semua? Oh mungkin dengan menjemput dan mengantarnya ke sekolah. Aku berlari melewati pinggiran kolam renang kemudian menaiki anak tangga. Bergegas mandi dan mengenakan kemeja, dasi, serta menyambar jas. Sekalian pergi ke kantor setelah mengantar Zara.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ice Cream Love
RomanceBagaimana rasanya ditinggal orang yang kita cintai pada hari pernikahan? Hancur. Itulah yang Zaranthia rasakan ketika kekasihnya Nathan memutuskan hubungan mereka lewat telefon saat akad nikah akan berlangsung. Tapi kemudian, ada seorang pria yang m...