Toping 11 : Work Hard

24.8K 677 12
                                    

- Al -

Sudah dua hari sepertinya Kenzo berada di apartmentku. Dua hari pertama memang aku yang merawat Kenzo, dan Zara harus pergi ke sekolah karna dia terpilih jadi panitia kegiatan festival akhir tahun pelajaran di sekolahnya. Tapi Aku masih tak habis dengan apa yang dipikirkan istriku. Kenapa mau-maunya dia dititpi Kenzo. Hellow! Kenzo masih bayi. Dan bukan anaknya. Mungkin dia ingin belajar? Ah apalah alasannya aku tak peduli. Dia kini terlihat sangat bahagia. Wajahnya begitu ceria. Oh ... wajah itu yang selalu aku nantikan berbulan-bulan lamanya.

"Haaaa...." Aku tak bisa menghitung berapa kali Kenzo menangis ketika sampai di apartmentku.

"Al... sepertinya Kenzo lapar. Aku mau bikin susu buat dia.. kamu jagain yah..." Zara yang sedang menggendong Kenzo pun memberikannya padaku. Kini tugaskulah yang harus menenangkan bayi ini.

Setelah Kenzo berhenti menangis, aku pergi ke dapur untuk mengambil segelas air putih. Aku melihat Zara sedang mengaduk susu di gelas. Kemana botol milik Kenzo? Batinku. Dia menyendokkan segelas yang hampir menyentuh mulutnya. Tanganku langsung mencengkeram tangan Zara yang akan memasukan susu putih itu ked alam mulutnya.

"Mau ngapain!" sepertinya Zara terkejut. Ya, dia terkejut.

"Aku mau nyobain susunya, takut kemanisan. Kan kalo kemanisan dia ga bisa ngomong Al..." aku langsung mengambil sendok itu dari tangannnya.

"Kamu alergi. Walaupun Cuma sesendok Za." Kemudian aku mengecap rasa susu yang dibuat Zara.

"Manisnya cukup. Tapi airnya kalo di tambahin jangan air panas. Kasian Kenzo kepanasan nanti..." Zara hanya mengangguk. Aku mengambil gelas dari lemari diatas kepalanya dan menuangkan air dingin untukku minum.

"Al..." aku menghentikan langkahku.

"Kamu tau dari mana aku alergi susu putih walaupun Cuma sesendok?" Zara mengerinyitkan kedua alisnya. A-apa? Kenapa Zara tak mengingatnya? Ada apa dengan Zara?

"Itu..."

"Huaaaa..." argh! Suara tangisan Kenzo lagi.

"Biar aku aja. Kamu lanjutin bikin susunya..." Zara mengangguk. Aku tersenyum dan mengacak puncak kepalanya. Sepertinya baby Kenzo kesepian menonton televise sendiri dan ingin ditemani. aku menghiburnya dengan caraku sendiri. Tak berselang lama kemudian, Zara datang membawa sebotol susu.

"Hay baby Kenzo... This's your milk... Don't crying again baby..." Zara mengangkat Kenzo ke dalam pelukannya sambil member baby itu susu. Aku tersenyum melihat sikapnya. Sepertinya, sifat keibuan Zara keluar. Aku rasa kami sudah bisa...

"Nggak usah berfikiran yang engga-engga!" cibir Zara sambil melirikku sinis. Argh sejak kapan dia mulai bisa membaca fikiranku? Aku kembali menyibukan diri dengan berkas-berkas yang aku bawa ke apartment. Yah, sejak Zara ujian aku jdi jarang ke kantor, dan ayah masih dalam proses penyembuhan selama beberapa bulan ini.

Jam dinding di ruang tengah menunjukkan pukul 10 malam. Aku masih di depan televise sambil menyelesaikan berkas-berkasku. Tadi sepertinya Zara sedang menidurkan Kenzo di kamarnya. Kemana dia? Suara gemricik air terdengar dari balik pantry. Aku segera menyelesaikan berkas terakhirku dan mengendap-endap ke pantry. Zara sedang mencuci piring sepertinya. Aku melingkarkan lenganku ke pinggangnya dan menumpu dagu pada pundaknya.

"Al..." suaranya sedikit serak. Apa dia kecapean?

"Sepertinya kamu udah cocok jadi seorang momy Za..."

Ice Cream LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang