Toping 7 : I Wanna Forget About Him

22.1K 612 2
                                    

- Zara -

Al tidak mengizinkan aku untuk keluar apartment apalagi sekolah. Al menyuruhku untuk istirahat. Dan ini hari kedua aku tidak masuk sekolah. Aku telah merengek dan nekat besok akan memaksa Al mambolehkanku ke sekolah. Di dalam apartment hanya membuatku semakin jenuh dan memikirkan Nathan. Siang ini Auryn datang ke apartment Al. yup, Al yang menyuruh sahabatku itu kemari karna dia harus meeting sore ini. aku dan Auryn duduk di ruang tengah menyalakan televise, mengobrol, dan mengerjakan pr. Tidak lupa Al memberikan kami cemilan.

"Tugas Bahasa Inggris lusa di kumpulin, tugas IPS minggu depan, trus kisi-kisinya minggu depan. Minggu lusa kita UKK. Lu udah siap?" Auryn mengoceh dengan cemilan yang masih memenuhi rongga mulutnya.

"Gatau siap apa ga. Gue belom belajar sama sekali.." jawabku jujur sambil menyalin tugas yang harus aku kerjakan.

"Lu sih enak bisa minta bantuan Vino. Otaknya kan encer!" cibirnya yang aku tanggapi hanya senyuman.

"Lo kira es batu yang caer. Encer!" tiba-tiba Al sudah duduk diatas sofa belakangku. Wangi parfumnya menyeruak ke mana-mana.

"Hih... Bantuin ngerjain tugas gue dong kakak ganteng..." aku hanya terkiki geli melihat Auryn yang merajuk pada Al sambil mengedip-ngedipkan matanya.

"Hiii.. ogah." Al bergidik ngeri.

"Udah jam dua Al. pergi gih nanti kamu telat.."

"Iya ini mau pergi. Sebelum di makan monster..." aku mencium tangan Al dan Al mengecup keningku. Kebiasaan kami.

"Oh, pengantin baru. Cuma segitu doang? Cuma sampe sekedar cium kening doang. Gue gay akin kalo kalian udah... awww!" sebelum omongan yang 'engga-engga' keluar dari mulut Auryn, Al menggetoknya dengan handphonenya kemudian berlari keluar apartment.

"ALVINNOOO!!" teriak Auryn. Aku hanya terkekeh pelan. Setidaknya sikap kekanakan mereka bisa menghiburku.

"Gue kan bener kalian belum ngelakuin...aduh.." aku mencubit pinggang Auryn.

"Sakit tau Za..." Auryn mengusap-usap perutnya.

"Nggak usah ngomong yang engga-engga..." tegurku.

"Za... lo tau ga sih. Gue bingung sama kalian... Kalian udah nikah Za... lo istrinya..." aku menaruh pulpenku dan menatapnya serius.

"Ya terus kenapa? Gue suruh begituan sama dia? Plis Ryn..."

"Lo harus lupain Nathan Za. Lo punya suami yang jauh lebih baik dari Nathan sekarang. Ngapain lo ngarepin orang yang nggak tau masih idup apa engga." Kata-kata Auryn berhasil menohok diriku.

"Lo harus belajar buat mencintai suami lo sendiri... bukannya cowo lain. Cowo yang ga jelas dimana dia? Apa dia masih inget sama lo apa ga? Cowo yang terlalu abu-abu buat lo..." aku termangu mendengarkan ceramahan Auryn yang tumben bisa bijak.

"Gue bingung harus mulai dari mana..." jawabku jujur.

"Mulai dengan have fun. Lo harus lupain masalah lo dulu. Enjoy it. Nikmatin hidup lo yang sekarang. Bikin diri lo bisa ngelupain rasa sakit itu. Dan pelan-pelan lo bisa buka hati buat orang lain..." aku mencerna kata-kata Auryn barusan.

"Nanti gue coba..."

"Jangan nyoba-nyoba Za. Lakuin langsung. Jangan bikin perasaan orang lain sebagai bahan percobaan lo. Ya kalo berhasil ga masalah. Kalo gagal? Lo malah nyakitin hati banyak orang. Nggak ada bedanya lo sama Nathan."

Ice Cream LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang