Toping 16 : What The ......

21.5K 599 31
                                    

Haayyy! bonus satu part niih mihihi :3

Gue susah buat bales komen huhuhu :(

Kalo gue biarin Al sm Zara bersatu sejak awal, ceritanya langsung kelar dong ga asik yah-_-

by the way, jangan lupa komen biar gue semangat dan JANGAN PELIT VOTE okey! {}

Laff my readers :D

 

*

*

*

 

 

– Zara –

… 4 bulan kemudian …

            Seminggu berlalu setelah aku menjalani ujian nasional. Huft. Sebenarnya nilai ujianku tak akan berpengaruh sih untuk nanti ngambil kuliah di Paris. Tapi setidaknya nemku nanti nggak malu-maluin banget. Hari-hari menuju UN Al bersedia menemaniku belajar maupun sehari sebelumnya mengajakku untuk membuat es krim. Entahlah, sikap Al semenjak dari Bali berubah derastis. Apa hanya perasaanku saja atau Al memang bersikap seolah dia ayahku? Sudahlah lupakan-_-

            Aku turun dari tempat tidur dengan hati-hati. Membiarkan Al sedikit menggeliat di balik selimut tebal yang menyelubunginya. Aku berjalan ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Beberapa hari belakangan ini aku merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan tubuhku. Kepalaku masih terasa pusing. Tapi aku paksakan untuk masuk ke sekolah, masak atau melakukan kegiatan lainnya.

            Selesai memasakkan nasi goring keju kesukaan Al, aku bersiap untuk pergi ke sekolah. Aku duduk di meja makan sambil memandangi iphoneku. Sungguh modku akhir-akhir ini bisa berubah dengan sangat derastis. Bisa jadi seneng, kesel, bête atau apapun yang datengnya tiba-tiba.

            “Pagiii…” Al mengecup pipiku kemudian duduk di kursi seberangku.

            “Pagii…” aku menyodorkan sepiring nasi goring dan susu putih ke hadapannya.

            “Humm, nyumy… Kayaknya enak nih.” Aku tersenyum melihat Al yang asik memakan masakan buatanku.

            “Kamu nggak makan Za?” aku menggeleng.

            “Nggak aku bikini susu coklat ya?” mendengar Al menyebutkan kata susu coklat membuatku mual. Benar-benar mual dan akhirnya aku berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutku yang sebenarnya tak ada apa-apa karna pagi ini aku sama sekali belum makan apapun.

            “Za, kamu gapapa?” aku mencuci mulutku diatas wastafel dan Al memberiku segelas air putih.

            “Aku gapapa” aku memaksakan seulas senyuman. Baru selangkah aku hendak keluar dari kamar mandi, tubuhku terasa gontai dan aku terjatuh di pelukan Al.

            “Kamu pucet banget. Kamu ga usah sekolah ya?” tadinya aku berniat untuk membantah, tapi tubuhku tak bisa membantah. Al memapahku ke atas tempat tidur dan menyelimutiku disana.

            “Aku panggilin dokter ya…” aku menahan tangan Al dan menggeleng.

            “Aku gapapa Al. paling Cuma kecapean aja. Kan sebulan kemarin di kejar deadline buat ujian.” Aku mengelus tangan Al dan tersenyum. Berharap ia akan luluh.

            “Jangan stress dong Za… Aku gamau kamu sakit. Aku janji kamu pasti bakal ke Paris. Jadi jaga kesehatan kamu, oke?” aku mengangguk.

            “Pergi gih. Tar kamu telat loh…”

            “Kamu gapapa aku tinggal sendiri?” aku mengangguk yakin.

            “Baik-baik ya... Kalo ada apa-apa telfon aku.” Al mengecup keningku.

            “Aku baik-baik aja…” Al tersenyum sebelum menutup pintu kamarnya. Aku menghela nafas panjang. Kalo aku jujur keadaanku yang sebenarnya, aku yakin Al tidak berangkat kerja hari ini. dan semakin lama semakin banyaklah tugas yang menumpuk dikantornya. Sudah pasti bisa dipastikan akulah penyebabnya.   Aku memejamkan mataku berharap bisa mengurangi rasa mual yang begitu menyiksa.

            Ketika aku terjaga, jam dinding telah menunjukkan pukul 11 siang. Aku tidur lima jam? Aish… Bahkan aku belum mengganti baju seragamku. Syukurlah rasa pusing dan mualku berkurang. Aku beranjak dari tempat tidur untuk mengganti pakaianku. Kemudian aku duduk di sofa tengah sambil menonton film kartun.

RING RING CHA CHA CHA DING DING CHA CHA CHA

            Aku meraih iphoneku. Auryn. Tumben dia menelfonku jam segini. Bukankah ini masih jam sekolah? Aku menjawab telefon dari skype dan wajahnya dengan muka kusut terpampang di layar handphoneku. Aku sungguh ingin tertawa sampai terpingkal-pingkal, tapi aku kasihan sama Auryn. Tidak biasanya dia seperti ini. kenapa?

            “Lupa ngegosok muka lo pagi tadi?” aku menahan tawa melihat Auryn yang manyun begitu.

            “Napa lo kagak masuk!” weits dia benar-benar lagi bête.

            “Nggak enak badan. Napa lu sewot gitu?” aku mendengar Auryn mengehela nafas panjang diujung telefon disana.

            “Lo tau ga sih gue kayak bocah ilang di sekolah ke sono kemari sendirian. Mana ternyata anak kelas XII libur semua. Gue lupa. Gue mau balik juga males di rumah.” aku tak bisa membayangkan Auryn yang nyasar di sekolah begitu hahaha!

            “Sorry Ryn… by the way, trus napa lo masih di sekolah sampe sekarang?” aku tertawa kecil.

            “Untungnya anak panitia festival pada dating lagi. katanya sih mau bikin prom night tar satnite besok. Kalo ga, mungkin gue bener-bener jadi anak ilang di sekolah…”

            “HUAAHAHAHAHAHA!” aku tak bisa menahan tawaku lagi.

            “Sialan! Jahat banget sih lu! Ngetawain orang yang lagi ke susahan!”

            “Hehehe… map qaqa…” aku berusaha menghentikan tawaku.

            “Eh, udah yak gue mau ke butik nyokapnya Al. buat nyari baju gratis. Hehehe..”

            “Nyeh dasar!” aku hendak memutuskan sambungan telefon saat Auryn memanggilku kembali.

            “Eh Ra….”

            “Hmm? Kenapa lagi?” aku menaikan sebelah alisku.

            “Mmm.. kayaknya lo harus nyuruh Al pulang sekarang deh. gue takut lo kenapa-kenapa…” aku mengerinyitkan alisku tak mengerti.  

            “Oke gue harus pergi sekarang! Jangan lupa sms Al habis ini…” aku mengangkat kedua bahu. Apa maksudnya?

            Belum sempat aku mengirim pesan untuk Al, bel di pintu apartment telah berdenting tiga kali. Al? cepat sekali? Aku berlari dan membuka pintu dengan semangat.

            “Cepet banget pul – “ belum sempat aku melanjutkan kalimatku, sesosok pria muncul di hadapan pintu apartment. tapi dia bukan Al! melihatnya berada di hadapanku membuat Duniaku serasa di campur adukan menjadi satu sekarang. Aku ingin sekali berlari dan meminta bumi untuk menelanku sekarang juga. Sungguh aku merasa bumi dan seisi beserta waktunya berhenti dan mengguncang duniaku sendiri. K-kenapa?

            “Hayy….”

Ice Cream LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang