Toping 4 : She's Hurt

24.9K 698 4
                                    

– Al –

            Aku memang pernah membayangkan gadis cantik dihadapanku ini akan menjadi istriku. Tapi bukan dengan cara seperti ini. aku sungguh tak mengharapkan pernikahan yang menyiksanya seperti ini. tapi aku juga tak menyesal karna menikahinya. Setidaknya dengan aku menikahninya, aku bisa menyelamatkan nama baik keluarganya itu gara-gara pria brengsek bernama Nathan itu. Aku ingin sekali menghujaminya dengan pukulan hingga ia mengaduh kesakitan dan meminta ampun sambil bersujud. Aku tak rela jika Zara menangis dan terluka hanya karna pria brengsek seperti Nathan.

            Aku lelah. Tapi aku juga tak tega meninggalkannya sendirian. Mata Zara masih terlihat sedikit bengkak. Aku bisa merasakan perihnya hati Zara saat ini. seandainya pria yang Zara cintai adalah aku. Bukannya Nathan atau siapapun. Memandangi wajahnya seperti ini membuatku mengingat kejadian tadi siang di masjid Istiqlal.

            Aku melihat wajah Zara yang pias setelah menerima telfon yang belakangan aku tau itu telfon dari Nathan. Aku berusaha mengerti dari gerak geriknya. Nathan kabur. Entah setan apa yang berhasil menghasutku, aku berjalan kea rah kedua orang tuaku untuk meminta izin menikahi Zara. Ayah awalnya tidak setuju dan menyuruhku membiarkan Zara menyelesaikan masalahnya sendiri. Sedangkan bunda semua keputusan terserah kepadaku. Aku berlari menghampiri kedua orang tua Zara. Mereka mengizinkan aku. Dan seperti ini jadinya. Kami menikah. Atas dasar cinta bertepuk sebelah tangan.

            Jam weker Zara menunjukan pukul 22.37. Aku turun untuk mengambil baju ganti yang selalu aku sediakan di dalam harierku. Rumah sangat sepi. Seppertinya para penghuni telah terlelap semua kecuali satpam penjaga rumah ini. setelah mengambil baju, aku mandi dan duduk di kursi depan meja rias Zara. Aku mulai terkantuk dan terlelap di kursi.

***ICL***

            Aku terjaga dan sedikit bingung dimana aku berada. Ah ya aku di kamar Zara. Aku duduk sambil mengerjap beberapa kali untuk mengembalikan kesadaranku kembali. Awalnya agak sulit, namun lama-kelamaan aku bisa melihat dengan jelas. Aku bisa melihat sekarang puluk 00.28. Masih tengah malam rupanya. Aku melihat ke atas tempat tidur yang acak-acakan. Hey kemana Zara!? Aku duduk dengan sigap. Mencari Zara dengan pandanganku. Tapi aku tak menemukannya.

            Aku membuka pintu kamar mandi, tapi Zara tidak ada di sana. Kemana dia? Aku keluar dari kamar untuk mencarinya. Aku menuruni anak tangga menuju ke ruang keluarga. Dia tak ada juga di sana. Aku pikir semua orang di rumah ini telah terlelap. Tapi ternyata tidak. Masih ada beberapa pelayan rumah ini yang masih terjaga.

            “Maaf, liat Zara?” tanyaku pada salah seorang pelayan yang membersihkan ruang keluarga.

            “Nona Zara sepertinya ada di kolam renang belakang tuan…” pelayan itu menunjukkan sebuah koridor yang berhujung pada pintu kaca.

            “Oh makasih…” aku berlari melewati koridor dan membuka pintunya pelan. Zara sedang duduk di tepi kolam dengan baju tidurnya. Kakinya ia rendamkan ke dalam kolam rennag. Aku berjalan menghampirinya.

            “Nggak bisa tidur?” tanyaku sambil duduk di sampingnya.

            “Hmm..” dia hanya menggumam. Hening sejenak.

            “Gue pikir ini hanya mimpi buruk. Tapi begitu gue bangun, gue baru sadar kalo ini bukan mimpi. Ini nyata. Dan sakitnya juga nyata..” ada senyum pilu yang terlukis di wajah cantiknya. Mengiris dan menyayat hatiku.

            “Are you okey Za?” dia hanya mengangguk lemah.

            “Gue ga pernah ngebayangin semua akan berkahir seperti ini. menyedihkan.” Cibirnya. Aku tau dia terluka. Sangat terluka.

Ice Cream LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang