Toping 6 : Sick

21.9K 673 3
                                    

– Al –

            Enam minggu belakangan ini menjadi hari-hari yang sangat berat dan melelahkan untukku. Zara masih kacau. Aku tak peduli seberapa banyak dia berhasil menghabiskan gelas dan piring di apartmentku, yang aku perdulikan adalah bagaimana keadaan Zara. Aku sempat berfikiran untuk membawanya ke psikiater, tapi ku urungkan. Setidaknya Zara masih punya akal sehat.

            “Tuan muda…”

            “Tuan muda…..”

            “Ah ya kenapa?” aku tersadar dari lamunanku. Sejak kapan Kemal berada di ruanganku?

            “Sepertinya akhir-akhir ini anda kelelahan, apakah saya perlu meminta ayah anda untuk membiarkan anda istirahat tuan?”

            “Tidak perlu. Jam berapa sekarang?” aku mencari-cari jam di ruanganku. Ah ya aku lupa jika aku juga memakai arloji di lengan kiriku.

            “Jam 5 tuan. Apakah tuan masih ingin di kantor hingga larut? Perlu saya temani tuan?”

            “Tidak usah. Zara telah menungguku di rumah. aku akan pulang..” aku menyambar jas dan kunci mobil.

            “Baik tuan…” aku bergegas keluar kantor.

            Sepertinya aku terlambat keluar kantor. Alhasil kini aku terjebak macet jalanan ibu kota. Sudah hampir malam, apa Zara baik-baik saja di rumah? aku meraih ponselku untuk menelfon Zara.

            “Al?”

            “Kamu baik-baik aja…”

            “Hemm..”

            “Udah makan?”

            “Belum…”

            “Mau makan apa? Aku udah di jalan tapi kejebak macet.”

            “Aku nggak laper…” selalu jawabannya seperti itu. Sebegitu besarkah pengaaruh Nathan padanya?

            “Setengah jam lagi aku naympe apartment…”

            “Hemm…”

            Sebuah toko es krim menarik perhatianku. Jika Zara memang nggak lapar, setidaknya dia tidak pernah menolak jika aku memberikannya es krim. Aku parkirkan harierku di halaman depan toko itu.

KLININGG

            “Selamat Sore… Ada yang bisa saya bantu?” sapa pelayan toko itu ramah. Aku memesan sekotak es krim serta sebungkus roti. Zara bisa sakit jika keadaannya terus seperti ini.

            Sampai di apartment, aku membunyikan bel tiga kali. Namun pintu tak kunjung terbuka. Maka aku memasukan passcode dan masuk ke dalam. Aku berjalan melewati ruang tengah dan menemukan Zara tengah terlelap disana dengan televise yang masih menyala. Aku membiarkannya tidur sementara aku mandi dan menyiapkan makan malam untuknya. Selesai mandi, aku membuatkannya roti yang diisi es krim vanilla kesukaannya. Kemudian aku duduk di samping Zara dan membelai lembut rambutnya.

            “Zaa….” Panggilku. Dengan enggan Zara membuka matanya perlahan.

            “Maaf aku ketiduran…” Zara duduk sambil merapikan rambutnya.

            “Makan yuk, udah aku siapin diatas meja makan.” Dia menggeleng pelan.

            “Aku nggak laper Al…”

Ice Cream LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang