Part 7

8.9K 282 1
                                    

Sudah sebulan ini Raka selalu bersama denganku dan membuat kami seperti orang yang pacaran. Padahal kami tidak pacaran. Oh oke aku dan dia dijodohkan tapi tidak ada kata cinta yang terucap dari kami berdua selama ini dan menurutku itu salah satu bukti kalau aku dengannya masih belum terikat sebagai sepasang kekasih.

Hari ini aku harus pulang agak telat karena harus mencari bahan makalahku di perpus dan membuatku harus dengan ekstra sabar meyankinkan Raka jika aku bisa pulang sendiri. Sekali-kali aku tidak ditemani cowok keren dan bikin syirik satu kampus gapapa dong? Dan disinilah aku sekarang, di ruangan penuh dengan buku, lemari dan debu.

“HIYAAAAAAA AKHIRNYA KETEMU JUGAAA” Aku bersorak girang saat bahan yang ku cari ternyata ada.

“Ssssssshhhhtttt” sontak penghuni perpus yang terganggu dengan teriakanku menatapku kesal.

“Eh maaf maaf maaf” kataku sembari memberikan V sign dan senyum tanpa dosa. Aku langsung membereskan barang-barangku dan buru-buru keluar perpus.

“Euuuuh kalo gue ga buru-buru kabur pasti udah digantung bu perpus, dih sensi banget jadi ibu-ibu gatau apa gue lagi seneng….” Aku terus saja menggerutu meski sudah jauh dari perpus.

Aku mencari handphone di tas tanpa melihat jalan yang kulalui, lalu tiba-tiba aku menabrak seseorang hingga aku terpental kebelakang. Untung saja cuma terpental mundur bukan jatuh kelantai yang bisa berakibat pantatku menjadi sakit.

“Eh sorry…” kataku sambil menunduk. Karena tidak ada jawaban akhirnya aku mendongak melihat siapa yang kutabrak tadi dan melongo melihat seorang cowok tersenyum lebar kepadaku.

“Hi.” Sapanya.

“H…..Ha…..Hai juga, kita pernah kenal sebelumnya?” tanyaku to the point saat ia masih terus saja menatapku dengan ceria. Kuperhatikan lekat-lekat penampilannya dari atas sampai bawah dan masih tidak membuatku mengenalnya. Celana jeans panjang, kemeja lengan panjang, dengan alas kaki sandal karet yang terlihat santai, pasti ia bukan mahasiswa sini karena ia terlalu santai jika mau pergi menuntut ilmu, batinku.

Dengan wajah innocent, rambut agak berwarna kecoklatan dan matanya yang berbinar ceria  serta ditunjang dengan rahang yang tegas memang sangat tampan dan menggemaskan tapi tak urung membuatku mengernyitkan dahi.

“Hmmm engga kayaknya.” Sahutnya tak yakin dengan bibir dimanyunkan.

“Oh kirain gue lo kenal sama gue.”

“Tapi mulai besok kita bakal saling kenal kok.”

“Hah?”

“Kenalin, gue Ken.” Ia menyodorkan tangannya dan aku menatapnya heran.

“Ayo dong sambut tangan gue, pegel nih.” Protesnya saat aku masih mematung melihat kelakuannya yang tiba-tiba.

“Gu…Gu…Gue Lea.” Aku membalas uluran tangannya ragu tapi setelah itu tanganku tidak mau dilepas olehnya. Aku menatapnya tak suka lalu dengan tertawa geli ia melepaskan tanganku juga.

“Akhirnya gue ketemu lo juga.” Ujarnya dengan mata berbinar.

‘Maksud lo?” tanyaku bingung.

“iya, akhirnya gue bisa liat lo secara langsung.”

“Emang lo pernah liat gue dimana?”

“Di foto.”

“Foto? Foto apaan? Socmed?”

“Bukan.” Ia menggelengkan kepalanya kuat-kuat membuat rambutnya bergerak lucu.

“Nah terus? Gue masih bingung nih, lo siapa sih?” aku mulai kesal dengan sikapnya yang aneh dan tidak langsung to the point saja.

Do Men Cry?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang