Part 9

7.2K 228 0
                                    

“Le? Kok bengong?” tanya Raka sembari menepuk pundakku pelan.

“Eh..eh iya gapapa kok.” Kataku tergagap dan kemudia melirik Ken yang memamerkan senyum konyolnya lagi.

“Oh ya Lea, kenalin ini Ken sepupu gue. Dia mau ikut jogging bareng katanya.” Raka memperkenalkan ku pada si alien. Aku tersenyum garing dan mendelikan mata saat Ken dengan pedenya mengedipkan mata padaku.

“Udah kenal kok Max.” si alien buka suara dan Raka terlihat terkejut.

“Kok bisa?” tanya Raka.

“Sepupu lo kan stalker jadi kenal gue.” Jawabku asal.

“Jadi stalker lo sih gue rela.” Dia kembali mengedipkan matanya dan mencoba mencolek tanganku. Aku bergidik ngeri dan mencoba bersembunyi di belakang Raka. Raka hanya mengangkat bahu acuh.

“Kalo gitu yuk berangkat, keburu siang entar panas.

“Kok bisa sih lo punya sepupu macam dia? Ngeri gue liatnya, kayak ulet bulu bikin gatel pengen garuk kalo deket-deket.” Aku melampiaskan kekesalanku kepada Raka saat kami beristirahat di taman setelah berkeliling 10 putaran. Emang dasarnya keturunan ulet bulu, Ken masih bisa berlarian dengan anak kecil yang sedang bermain di taman ini tanpa terlihat lelah.

“Hahahaha dia emang kayak gitu Le, kelakuannya masih kayak anak kecil tapi sebenernya dia baik loh.” Aku mendengus tidak percaya tapi membenarkan bagian dimana Ken bertingkah seperti anak kecil.

“Mana percaya? Dari kemaren tuh ya masa dia dengan pedenya nyamperin gue ke kampus, mana maksa pulang bareng lagi. Emang dia tau gue dari siapa sih? Dari elo?”

Raka mengerutkan keningnya dan menggelengkan kepala.

“Gue baru ketemu dia hari ini setelah kepulangan gue ke Indonesia. Gue aja heran kenapa dia dateng subuh-subuh ke rumah gue dan nanyain hubungan gue sama elo. Mungkin dia tau dari nyokap gue.”

Aku mengangguk-anggukan kepala mencerna apa yang dikatakan Raka.

“Oh iya, umur dia beneran belom 17 tahun?”

Raka menatapku heran, “Darimana lo tau?”

“Dia yang ngomong.”

“3 bulan lagi dia 17.” Jawab Raka. Aku hanya ber-O-ria dan kembali melirik Ken yang kini bermain loncat-loncatan dengan semangat. Duh ulet bulu lagi bertransformasi jadi kecebong nyungseb deh kayaknya.

“Dia kayaknya naksir lo deh.” Aku hampir menumpahkan minuman yang sedang ku minum saat tiba-tiba Raka mengatakan kata-kata yang sama seperti Reza.

“A..Apa? Ck, bercanda lo.” Aku menyikutnya pelan tetapi Raka tetap terdiam dan focus memperhatikan Ken.

“Beneran Lea. Gue bisa liat dari tatapan matanya ke elo.” Raka melirikku dengan tatapan yang tidak ku mengerti.

“Lo orang kedua yang bilang gitu ke gue setelah Reza, dan please deh lo tuh jangan ngomong ngasal kayak gitu. Lagian mana mungkin gue bakalan suka juga sama Ken.” Aku memanyunkan bibirku sebal.

“Diantara semua sodara-sodara gue, cuma Ken dan adik gue, Jonas, yang ga terlalu tertarik sama cewek, tetapi sekalinya mereka suka sama satu cewek, ya lo taulah kelakuan mereka kayak begimana, contohnya ada didepan lo sekarang.” Raka menunjuk Raka dengan isyarat matanya. “dan gue harap lo ga bakal bales perasaan Ken.”

“Maksud lo ap-“

“Hei kalian ngapain? Duh ditinggal berdua jadinya malah pacaran. Yuk ah jalan, laper gue.” Tiba-tiba Ken datang dan memotong pertanyaanku untuk Raka. Aku berusaha meminta penjelasan lewat tatapan mataku tapi Raka hanya tersenyum dan mengikuti Ken yang sudah berjalan di depan. Dengan berat hati akhirnya aku hanya bisa memendam rasa penasaranku dan mengikuti mereka.

Do Men Cry?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang