Aku berlari sepanjang lorong rumah sakit, tempat Raka dan Claudie dibawa tadi. Di sepanjang perjalanan tak hentinya aku berdoa agar tidak terjadi hal yang buruk. Ken juga sepertinya ikut khawatir walau aku rasa ia tidak ingin memperlihatkannya secara jelas saat aku memberitahu kecelakaan itu padanya.
"Mamah!" aku berseru saat kulihat mamah duduk di depan ruang UGD yang tertutup.
"Lea, sini." mamah menyuruhku mendekat dan tampaklah orang tua Raka yang saling berpelukan menguatkan satu sama lain di sebrang tempat duduk mamah. Punggung tante Siska terlihat bergetar dan terdengar isakan tangisnya yang tertahan.
"Gimana keadaan Raka mah?" tanyaku kuatir. Mamah menghela napas lalu mengelus punggungku.
"Raka dan temannya terluka parah karena benturan yang cukup vital di daerah kepala mereka. Mamah juga gatau pastinya gimana , tapi kita doakan saja supaya ga terjadi apa-apa."
Aku menganggukkan kepala dan menundukkan kepala. Ken duduk di ujung kursi panjang yang aku dan mamah duduki, seperti tidak ingin terlibat percakapan apapun. Tiba-tiba Tante Siska bangkit dan memelukku erat, lalu lirih ku dengar ia meminta maaf padaku.
"Lea tante minta maaf sama kamu atas nama Raka." suara tante Siska terdengar begitu memilukan. Aku mengelus punggungnya, menenangkan.
"Iya tante gapapa kok."
"Ga Lea. Tante bener bener minta maaf. Tante ga enak sama kamu atas kesalahan yang Raka perbuat ke kamu."
Aku tersenyum getir mendengar permintaan maaf dari tante Siska. Bagaimanapun bukan beliau yang bersalah.
"Iya tante. Lea udah maafin kok. Sekarang kita doain aja supaya keduanya selamat."
Tante Siska melepaskan pelukannya dan menatapku haru, tapi detik berikutnya kulihat ada keraguan dimatanya.
"Hm, apa kamu tau kalau Claudie-"
Aku mengangguk."Aku tau tante."
Tante Siska kembali berkaca-kaca.
"Tante tau kamu pasti kecewa dengan Raka, begitu juga dengan tante."
Aku mengulurkan tanganku dan menggenggam tangan tante Siska erat, memberi semangat.
"Lea gapapa tante. Sebelumnya juga Lea udah ngomong sama Raka dan bilang kalau Lea gamau kalau Raka mencampakkan Claudie gitu aja. Bagaimanapun juga dia mengandung anak Raka."
"SIAPA YANG MENGANDUNG ANAK RAKA?" serempak mamah dan Ken berteriak di samping kanan kiriku. Ken bahkan pindah duduk kesebelahku.
"Maafkan aku Fani. Ini semua salahku yang tidak bisa mendidik anak dengan baik."
Mamah terlihat shock dan menatapku dengan bingung. Aku tersenyum dan mengatakan 'Lea ceritakan nanti' tanpa suara.
"Jangan menyalahkan dirimu begitu sayang. Sebagai ayahnya aku pun ikut berperan dengan semua masalah ini." Om Arka menghampiri tante Siska dan menepuk bahu istrinya lembut. Bisa kulihat Om Arka terlihat sangat terpukul.
"Om juga minta maaf Lea." ujar om Arka penuh penyesalan.
"Gapapa om. Masalah ini bisa kita bicarakan baik-baik nanti setelah Raka dan Claudie sadar. Semoga mereka selamat." doaku tulus.
Semuanya mengangguk dan kuyakin mengamini ucapanku. Aku menutup wajahku dengan kedua tangan. Kepalaku terasa pusing setelah semua kejadian rumit ini. Selang beberapa menit Ken bangkit dari duduknya dan ijin ke toilet. Setelah itu tidak ada yang berbicara. Semuanya larut dalam pikiran masing-masing sampai seseorang datang dengan tergesa ke arah kami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do Men Cry?
Teen FictionPerpisahan mana yang tidak memberikan rasa hampa? Setidaknya rasa kehilangan itu pasti terasa tanpa disadari. Azalea baru saja berpisah dengan Alfaro yang pergi melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Ternyata benang merah sudah menyatukannya deng...