Part 16

6.5K 209 0
                                    

PS: aku ga sempet edit soalnya udah keburu ngantuk banget jadi kalo ada typo maaf yaaaaa hihihi

Oke deh enjoy reading^^

&&&&&&&&&&&&&

Aku terbangun dengan kepala berdenyut sakit dan tenggorokan yang perih. Kilasan kejadian tadi malam membuatku semakin pusing dan limbung saat aku berusaha berdiri dari kasur. Kalau saja hari ini tidak ada kuliah pagi maka aku tidak akan berupaya untuk bangun dan mandi secepatnya.

“Pagi” aku menyapa orang rumah saat masuk ke ruang makan.

“Pagi juga” balas opa, mamah dan papah.

“Rezza mana mah? Kok ga keliatan.” Kulihat kursi Rezza memang kosong.

“Tadi udah berangkat subuh-subuh. Bilangnya sih ada tugas sama temennya.”

“Masa sih? Baru juga beres ujian dia.” Tanyaku heran.

Mamah hanya mengedikan bahu dan memberikanku alas untuk makan.

“Gimana kuliah kamu dek?” tanya papah.

“Baik. Ga ada masalah pah.”

“Bagus kalau begitu. Kamu harus belajar yang giat dek, supaya cepet lulus kayak kakak kamu.” nasehat papah.

“Siaaaap.” Jawabku sembari menghormat kepada papah. Papah menatap geli melihat kelakuanku.

“Oh ya Lea, nanti kamu pulangnya langsung ke salon langganan mamah ya .” perintah mamah saat aku hendak menyendokan makan ke mulutku. Aku mengerutkan kening bingung.

“Loh? Emang mau ngapain?”

“Nanti kita mau ke rumah keluarganya Raka.” Opa menjawab pertanyaanku.

“Emang ada acara apa opa?” tanyaku curiga.

“Ya kita silaturahmi sama mereka. Lagipula mereka mengundang kita untuk makan malam.” Jelas opa.

“Makan malam? Berarti Lea harus pake dress dong?”

“Ya udah tinggal beli aja bareng Raka.” Jawab mamah enteng.

“Yah kok Raka sih?.” Protesku.

“Ya emang mau siapa lagi? Raka kan calon suami kamu.” sahut papah. Deg. Calon suami. Aku hampir lupa kata-kata itu.

“Apaan sih pake calon suami segala.” Aku memberengutkan bibirku sebal.

“Hahaha cemberut gitu entar Raka jadi ga suka lhoo.” Goda opa.

“Opaaaaa sebel niiiiiiih”

Opa, mamah, dan papah hanya terkikik geli melihat mukaku memerah.

&&&&&&&&&&&

“LEAAAAAAAA” aku mendengar orang meneriakan namaku dari belakang. Tanpa melihatpun aku sudah tau siapa pemilik suara cempreng nan aduhay itu. Siapa lagi kalau bukan Sabila.

“Apaan sih lo teriak-teriak kayak toa begitu? Malu tauk!” aku mendengus keras saat Sabila menghampiriku dengan wajah berseri-seri.

“Yee sewot aja. Gue lagi seneng tauk!” Sabila mengikuti gaya bicaraku.

“Seneng kenapa lo?”

“Gue baru ketemu cowok ganteeeeennnng banget. Suer deh tuh cowok cakep maksimaaaaal!!!!.” Ujarnya semangat. Aku menaikkan alisku saat melihat Sabila memeluk tubuhnya sendiri seakan sedang memeluk seseorang. Mungkin ia membayangkan sedang memeluk cowok yang ia ceritakan barusan.

Do Men Cry?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang