Aku masih termenung di dalam kamar, mencerna baik-baik apa yang telah aku alami. Jujur saja, aku merasa dibohongi oleh Raka. Kata-kata rayuannya dan tekadnya untuk mengenalku lebih jauh terasa omong kosong saat aku melihat kemesraan dia dengan Claudie. Bukan karena aku cemburu -mungkin itu salah satunya- tapi aku lebih merasa kecewa. Jika ia memang tidak mau dijodohkan denganku kenapa ia harus berpura-pura menyukaiku?
*flashback on*
"Raka?"
Semua orang didekat kami menatapku heran.
"Lo kenal sama Max?" Tanya Claudie padaku.
Aku mengerjap dan membuka mulutku tapi tak ada suara sedikitpun yang keluar.
"Dia kira temennya mungkin. Gue rasa dia ga kenal." Suara Ken memecahkan keheningan. Aku menoleh padanya dan ia balas menatapku datar.
"Oh gue kira kalian saling kenal. Oh ya kenalin Max ini temen-temen aku, dan guys, ini Max, pacarku."
Aku tercekat dan melirik cepat kearah Raka. Ia hanya tersenyum kaku dan saat ia melihatku, buru-buru aku memalingkan muka.
"Max ini cowo yang selalu lo ceritain ke kita selama ini?" Tanya Mona. Kulihat pipi Claudie bersemu merah.
"Hmm, iya hehe. Untung dia tahun ini liburan di Jakarta jadi bisa nemenin gue prom night, ya kan sayang?"
Claudie mengadahkan kepalanya meminta persetujuan Raka. Raka hanya mengangguk dan tersenyum tipis.
'Sayang?' Hah! Yang benar saja!
Tanpa terasa aku meremas jas Ken erat. Ken yang menyadarinya langsung menggenggam tanganku.
"Pantes aja lo nolak semua cowo. Ken aja lewat." Ceplos Hans. Kemudian ia dipelototi oleh Gio yang melihat suasana hati Ken sedang tidak baik. Hans langsung tutup mulut.
Rasa canngung menyelimuti kami. Aku yang tahan dengan keadaan ini akhirnya mencari cara untuk kabur.
"Hm, gue permisi ke toilet ya." Cicitku pelan.
"Gue anter. Ayok" Ken menarik tanganku dan menggandengku menjauhi teman-temannya. Aku mendesah lega sudah bebas dari rasa tak nyaman tadi.
Sesampainya di depan toilet Ken baru melepaskan pegangannya.
"Sebenernya gue ga pengen ke toilet. Gue cuma pengen keluar dari situ." Jujurku saat Ken mengerutkan keningnya melihatku tak masuk kedalam toilet.
Ken menundukkan kepalanya dan menghembuskan nafasnya pelan. Ia menarik tubuhku dan memelukku. "Maaf."
"Maaf untuk apa?"
"Untuk yang udah lo liat."
Aku tersenyum miris.
"Bukan salah lo."
Ken menggelengkan kepalanya dan membenamkan wajahnya kedalam rambutku.
"Gue harusnya tau Claudie bakal ajak Max, tapi gue ga nyangka Max bakal setuju."
Aku terperangah mendengar pengakuannya. Dengan sekali hentakan aku melepaskan pelukan Ken dan menatapnya meminta penjelasan.
"Jadi lo tau? Lo tau Raka udah punya pacar?"
Ken mengacak-acak rambutnya gusar dan mengigit bibir bawahnya.
"Euhh....bukan begitu tapi..." Ia tidak melanjutkan kata-katanya dan menatapku lelah.
"Tapi apa Ken?" Desakku.
"Kita ngomongnya ditaman aja. Gue harus jelasin sesuatu."
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Do Men Cry?
Teen FictionPerpisahan mana yang tidak memberikan rasa hampa? Setidaknya rasa kehilangan itu pasti terasa tanpa disadari. Azalea baru saja berpisah dengan Alfaro yang pergi melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Ternyata benang merah sudah menyatukannya deng...