Ini aku dedikasikan buat sahabat aku yang udah bantuin mikir buat alur cerita ini, im so thankful to have u~ :* @jasmineathenaa :3 Makasih juga buat para reader yang udah mau baca ^0^
Enjoy reading~
&&&&&&&&&&&&&
Aku dan Raka diam selama perjalanan ke rumahku. Kepalaku berdenyut hebat setelah perlakuan kasar Raka yang membuatku tidak habis pikir. Kenapa dia berubah? Kenapa dia tidak sebaik dan selembut dulu? Hatiku nyeri saat mengingatnya.
"Udah sampe." aku menengok ke jendela saat Raka menepuk bahuku dan membantuku membuka seatbelt. Aku hanya menatapnya datar dan membereskan tasku.
"Maaf Zel" lirih Raka. Aku meliriknya dan tersenyum kaku.
"Makasih udah nganter gue pulang." jawabku datar.
Raka mencekal tanganku dan menatapku dengan tatapan bersalah. "Maaf Zel, gue kelepasan."
Aku menarik nafas panjang, "Udahlah Ka, gue cape pengen istirahat."
"Oke, see you dear." Raka melepaskan cengkramannya dan membiarkanku turun dari mobil. Masih sempat aku melihat tatapan matanya padaku tapi aku terlalu lelah untuk mengartikannya. Aku pun memasuki halaman rumah tanpa melihat kebelakang lagi.
&&&&&&&&&&
Sinar matahari menusuk mataku dan menyinari seluruh penjuru kamar. Aku menyipitkan mata dan seketika kepalaku terasa ditusuk-tusuk. Karena baru tertidur beberapa jam aku jadi merasa tak sehat. Aku pun menutup kepalaku dengan selimut dan mencoba untuk tertidur kembali. Beberapa menit kemudian terasa tepukan halus ditubuhku.
"Le bangun" sayup sayup terdengar suara seseorang di dekat telingaku.
"5 menit lagi." rajukku.
"Ayo dong bangun dek. Kan mau fitting baju." Suara itu terdengar lagi dan sekarang aku mengenali suara itu. Suara mamah.
"Hmmm..nanti siang aja deh mah." bujukku.
Tiba-tiba selimutku tersibak dan tubuhku ditarik untuk duduk.
"Ayo Lea! Jangan males gitu ah. Cepetan mandi dan siap-siap! 20 menit lagi mamah balik lagi kamu udah siap ya." mamah meninggalkanku sendiri yang masih mengumpulkan nyawa. Kepala dan perutku terasa sedang tidak baik. Aku merasa ingin pingsan saja. Tapi melihat mamah yang sudah mengomel membuatku beranjak dari kasur juga.
20 menit kemudian
"Ayo mah berangkat!" aku menuruni tangga dan melongokkan kepala, mencari mamah. Kulihat mamah sedang menyiapkan makanan yang kuduga untukku.
"Makan dulu sini, kamu tuh ya suka telat aja kalo makan,"
"Iya mah."
Aku pun memakan nasi goreng yang sudah tersaji dan meminum teh hangat buatan mamah. Dari kemarin malam aku belum makan apapun, dan perutku sepertinya kelaparan.
"Yang lain pada kemana mah?" tanyaku saat melihat rumah kosong.
"Papah, opa, sama abang kamu lagi ke kantor. Katanya mau bahas apa gitu, mamah ga ngerti pokoknya. Emang kenapa sayang?"
Aku menggelengkan kepalaku, "Engga, cuman nanya ajah."
"Oh ya dek, kemaren yang nganterin pulang siapa?" DEG.
"Hm....Raka" jawabku pelan.
"Dia jemput kamu?"
'Iya." jawabku lagi, malas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Do Men Cry?
Teen FictionPerpisahan mana yang tidak memberikan rasa hampa? Setidaknya rasa kehilangan itu pasti terasa tanpa disadari. Azalea baru saja berpisah dengan Alfaro yang pergi melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Ternyata benang merah sudah menyatukannya deng...