Part 24

9K 234 5
                                    

Aku tadinya mau selipin lagu Davichi - Do Men Cry  di multimedia tapi ga ada link youtube yag sah nya :( sebelin banget --". Jadi yang mau denger lagunya cari sendiri aja deh ^^V hehehe. Lagu Do Men Cry? ini yang jadi inspirasi aku buat bikin cerita ini (aku ngutip judulnya juga xD) tapi terkadang ceritanya jadi jauh banget sama lagu ini sendiri. 

Enjoy reading^^

&&&&&&&&&&&&&&&&

ALFA POV

Aku tau ini diluar perkiraanku. Aku sudah menyakiti banyak pihak. Abangku, Orang tua ku, Claudie, Lea, bahkan diriku sendiri. Semuanya akibat dari keegoisanku. Andai saja aku tak melarikan diri dan memenuhi permintaan Raka, semuanya tidak akan terjadi. Tapi apa yang bisa aku perbuat? Penyesalan selalu terletak diakhir cerita.

"Udahlah Fa, semuanya udah ditentuin takdir." Ken menepuk bahuku dan menatapku iba.

"Gue ga bisa maafin diri gue sendiri Ken." aku mengusap wajahku pasrah.

"Lo harus bisa berdamai sama diri lo sendiri. Ini udah seminggu lo ngurung di kamar. Apa lo ga kasian sama bokap nyokap lo? Sama Lea terutama."

Aku terperanjat mendengar nama Lea disebut. Nama itu seakan mengalirkan jutaan volt listrik di tubuhku.

"A..apa kabar Lea?" terdengar suaraku serak.

"Gue gabakal ngasih tau lo."

"Why?"

"You should check it out"

Aku menghela napas keras. "Gimana caranya? Gue....takut"

"Takut apaan sih Fa? Lo bahkan udah ceritain semuanya, buat apa lo takut? Lea bukan orang pendendam, gue tau itu."

"Dia minta buat sendiri Ken. Gue takut gue ganggu dia. Lo ga mungkin lupa kan kalo yang meninggal itu CALON TUNANGANNYA." aku menekankan 2 kata terkahir agar Ken paham dengan apa yang aku maksud.

Ken menggeleng, "Dan calon tunangannya adalah abang lo sendiri."

Aku mengalihkan pandangan menuju foto di dinding kamarku. Foto dua saudara yang berangkulan dan menebarkan senyum sumringah. Aku dan Raka. Foto saat kami masih kecil. Saat semua kekacauan belum terjadi.

"Gue tau lo sayang sama abang lo. Tapi apa salahnya lo juga lo sayang sama diri lo sendiri?"  lirih Ken.

"Maksud lo?"

"Selama ini lo selalu ngalah demi Raka. Semua kelakuan dia lo tutupin dihadapan ortu kalian. Bahkan lo bela mati-matian dia saat gue dan Raka berantem demi Vidka. Apa lo ga cape buat selalu kalah? Plis Fa, udah cukup lo nyerahin Lea buat Raka. Toh, Raka udah ga ada sekarang."

"Gue ga bisa. Gue terlalu merasa bersalah sama Raka. Hidup dia menderita gara-gara gue Ken! Gue....gue...gue ga bisa!" aku histeris, entah karena apa. Mungkin aku sudah terlalu bingung harus bagaimana.

"Sekarang apa yang harus lo sesalin lagi? Raka udah ga ada Fa! Dan kalo lo belum ngerti juga, Lea itu ga bener bener cinta sama Raka!" ujar Ken emosi. Aku terperangah mendengar kata-kata terkahir Ken. Lea tidak mencintai Raka?

"Lo bohong. Lea cinta sama Raka, buktinya mereka mau tunangan kan? Udahlah Ken, gue udah ga punya harapan buat balik sama Lea. Mungkin dia udah benci gue sekarang. Gue emang pantes di benci. Gue udah ngebohongin dia tanpa ngertiin perasaan dia kayak gimana."

"Demi Tuhan Fa. Yang jagain dia selama ini siapa? Lo? Bukan kan? Gue yang tau dia kayak gimana selama lo ga ada disini! Jujur dari pertama kali lo suruh gue buat jagain Lea, gue suka sama dia. Gue selalu godain dia dan selalu nyoba buat bikin dia berpaling sama gue, tapi semuanya sia-sia. Saat dia bareng gue, gue nyadar ada yang mengganjal diantara kami, dan itu bukan Raka."

Do Men Cry?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang