Part 10

7.6K 217 0
                                    

Setelah memastikan aku tidak ada kelas hari ini akhirnya aku memutuskan untuk pulang. Sabila masih ada kelas sampe sore dan tidak mempan kurayu untuk diajak bolos. Saat sampai dirumah ternyata rumah terlihat sepi dan semua kendaraan tidak ada di garasi. Sepertinya hari ini benar-benar membosankan.

Aku masuk kedalam rumah dan mengganti pakaianku dengan kemeja kebesaran kesukaanku lalu pergi ke dapur untuk mengambil cemilan yang sekiranya dapat mengganjal perut.

TING TONG

Suara pintu memaksaku untuk beranjak dari posisi nyaman di sofa ruang tv. Saat aku membuka pintu ternyata seorang kurir yang membawa satu buket bunga azalea yang ukurannya cukup besar.

"Maaf, apakah ini benar rumah....." dia melirik kertas di tangan kirinya dengan susah payah, "......mbak Azalea Rahadian?"

"Ya betul"

"Ini ada kiriman bunga dari Florist Shop, mohon diterima." Ia memberikan buket bunga itu kepadaku. Cukup sulit mengingat tanganku tidak cukup besar untuk menampung buket tersebut.

"Tolong tanda tangan di sebelah ini." Ia menyodorkan kertas penerimaan dan membantuku memegangi buket di tanganku.

"Ini dari siapa ya?" Tanyaku penasaran.

"Hmm saya tidak tahu mbak, saya hanya bertugas untuk mengantarkannya saja."

Aku menaikkan alisku dan dia buru-buru menambahkan, "mungkin ada kartu di dalamnya mbak, biasanya begitu."

"Ooh, ya sudah makasih ya pak."

Setelah kurir itu pergi, aku masuk kerumah dan meletakkan buket bunga itu di meja ruang tv. Aku meneliti bunga itu dengan seksama. Bunga itu adalah namaku, pasti ini dari orang yang ku kenal, tapi siapa? Aku benar-benar tidak dapat menebak siapa pengirimnya. Saat aku melihat bunga itu satu persatu aku melihat kartu ucapan didalamnya. Aku mengambil kartu itu dan membacanya.

"Jika kau ingin tahu, aku sebenarnya mengalah. Entah kenapa aku melakukannya tapi yang kutahu adalah aku mencintaimu. Aku hanya mengambil keputusan yang ku anggap benar. Aku benar-benar mencintaimu, Azalea. Your lovely."

Aku menutup kartu ucapan itu dengan dahi berkerut. Apa maksudnya? Dan parahnya tidak ada nama pengirimnya selain 'your lovely'. Apa pengirimnya Raka? Tidak mungkin. Ken? Hmmm........atau jangan-jangan...........Alfa? Arrrggghhhhh, aku mengerang dan mengacak-acak rambutku frustasi. Kenapa hidupku menjadi teka-teki seperti ini?????

"Hoy dek! Ngapain lo garuk-garuk kayak kucing pengen kawin gitu? Kesambet lo?" Tiba-tiba Reza datang dan menepuk bahuku. Sontak aku memegangi dadaku karena kaget dia tiba-tiba muncul.

"Apaan sih lo za! Ngagetin aja tau gak!" Aku memukul lengannya kesal.

"Iya iya! Ampun! Dih galak banget sih lo."

Aku menghentikan pukulanku dan mendelik sinis kepadanya. "Lagian nyamain gue sama kucing kawin." Rajukku.

"Iya deh maap adek kesayangan. Jangan cemberut gitu dong, makin jelek tau gak." Ia buru-buru menghindar dari ku yang siap dengan cubitan untuknya. "Eh ada bunga, cie cie dari siapa nih?" Tanyanya kemudian saat melihat buket bungaku.

Aku mengendikkan bahuku. "Tau tuh, engga ada nama pengirimnya."

"Nah kok bisa gitu?"

"Ya mana gue tau? Resiko jadi orang cantik sih jadi begini deh."

Reza menoyor kepalaku, "Pede lo!"

"Syirik aja! Udah sana hush! Hush! Ganggu aja." Aku mengibas-ngibaskan tanganku seakan sedang mengusir kucing. Reza hanya geleng-geleng kepala dan pergi ke kamarnya.

Do Men Cry?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang