"Lo beneran gapapa?" Tanya Raka untuk kesekian kalinya.
"Gue gapapa kok Raka. Beneran deh suer." Jawabku untuk kesekian kalinya juga.
Setelah makan malam yang agak tidak nyaman sejak insiden aku menyebut Ken, Raka menjadi pendiam. Karena Raka tidak berbicara apa-apa aku jadi tidak mood sendiri, akibatnya di mobil ia terus bertanya apa aku baik-baik saja atu tidak.
Sebenarnya aku juga merasa bersalah karena malah menyebut nama pria lain saat kami sedang berdua. Tapi sosok Ken di sudut ruangan itu benar-benar mengganggu pikiranku.
"Zel kita udah nyampe." Raka menepuk bahuku pelan dan melepaskan sabuk pengamanku.
"Oh iya, makasih ya Ka. Hmm, mau mampir dulu?"
Raka berpikir sejenak sebelum menggelengkan kepalanya, "Kayaknya ga usah deh Zel, udah kemaleman juga, gaenak. Salamin aja buat orang rumah."
"Oke deh, gue duluan ya, bye."
Aku membuka pintu mobil tapi Raka menahan tanganku. Saat aku berbalik, Raka mencium pipiku cepat. Aku shock karena kelakuan tiba-tibanya itu. Ia lalu menepuk kepalaku pelan sambil tersenyum -yang menurutku begitu manis. Aku akhirnya keluar dan masuk kedalam rumah dengan memegang pipiku.
"Lea pulang." Kataku saat membuka pintu.
"Oh cucu opa sudah pulang rupanya." Terdengar suara opa dari dalam.
"Opaaaaaaaa." Aku berteriak dan berlari ke ruang tengah dimana opa berada.
"Lo kayak anak kecil aja lari-lari gitu. Malu tauk sama pacar lo." Reza mendengus melihat tingkah kekanakanku.
Aku balas memeletkan lidah, "Biarin wleeee"
"Hahahaha kalian ini. Oh ya cucu opa dari mana saja?" Tanya opa setelah aku duduk disampingnya.
"Hmmm, Lea cuma makan malam opa."
"Makan malam? Sama siapa?"
"Ya sama calon suaminya dong opa, siapa lagi? Ya kan lele?" Jawab Reza yang langsung aku kirimi pukulan bantal.
"Sama nak Raka? Wah bagus dong." Ujar opa senang.
"Iya opa. Ya Lea sih nyoba deket aja, lagian makan malam gratis siapa sih yang gak mau?"
Opa hanya terkekeh pelan dengan ucapanku.
"Baguslah kalau begitu. Opa senang kalo kamu dekat sama Raka. Raka tuh anak yang baik lho. Cuma dia remaja yang mau temenin opa di Jerman."
"Tapi opa......" Aku menghela napas sebelum aku mengutarakan apa yang aku pikirkan. Mengumpulkan keberanian sebenarnya.
"Ya, kenapa Lea?" Tanya opa setelah aku tidak melanjutkan kata-kataku.
"Hm....kalo....kalo Lea sama Raka ternyata.......ga cocok.....gimana opa?" Tanyaku takut-takut. Opa terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaanku.
"Percayalah dengan hatimu"
Jawaban opa tidak membantu sama sekali. Ambigu.
***
Aku merebahkan tubuhku diatas kasur. Jawaban opa membuatku bingung. Kejadian Raka di mobil pun makin membuat kepalaku seperti akan meledak.
"Dek udah tidur?" Tiba-tiba kepala Reza menyembul di pintu kamarku.
"Belom, ada apa?"
Reza melebarkan pintu itu dan masuk kedalam kamar. Lalu ia merebahkan tubuhnya di sampingku.
"Gue mau nanya sama lo."
"Nanya apaan?"
"Sebenernya lo sayang kaga sih sama Raka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Do Men Cry?
Teen FictionPerpisahan mana yang tidak memberikan rasa hampa? Setidaknya rasa kehilangan itu pasti terasa tanpa disadari. Azalea baru saja berpisah dengan Alfaro yang pergi melanjutkan pendidikannya ke luar negeri. Ternyata benang merah sudah menyatukannya deng...