5. Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan

10.2K 1.1K 14
                                    

5. Untuk Perempuan Yang Sedang Dalam Pelukan

Hujan datang pada pukul dua siang, padahal sejak tadi pagi tak ada tanda-tandanya akan turun hujan, namun siapa sangka. Sang maha kuasa begitu mengejutkan.

"Langkah selanjutnya, apa yang harus kita lakukan?" Mandira menatap wajah Attir, rahangnya mengeras, dahinya mengerut tanda saat ini Attir sedang mati-matian berpikir bagaimana cara mengeluarkan Tuan Ibrahim dari kesalahan yang tak sama sekali ia perbuat.

"Jangan terlalu dipaksakan, aku tahu semuanya butuh proses hingga tahap pembuktian dan aku akan menunggu itu, Mas Attir " lanjut Mandira yang merasa tak enak hati pada Mas Attir.

Ada satu hal yang masih mengusik pikiran Attir, ia dapat mengingat jelas bahkan ucapan yang di katakan Tuan Ibrahim masih terngiang di telinganya.

"Mandira berhak bahagia, jika tidak keberatan Bapak ingin kamu menjadi satu-satunya alasan mengapa Mandira bahagia."

Kalimat itu di lontarkan Tuan Ibrahim dengan sangat jelas, Attir tak menolak sungguh ia memang telah jatuh hati pada seorang wanita yang kuat;suci. Setelah seminggu Tuan Ibrahim berkata seperti itu, semua berubah. Harusnya pertemuan Attir dengan Mandira menjadi sebuah kebahagiaan tersendiri untuknya namun untuk sekarang, rasa takut menghinggapi diri Attir, takut Mandira akan menjauhinya, takut Mandira akan marah. Takut dengan segala semua yang akan terjadi di depan yang belum tentu sama dengan apa yang sekarang ada di pikirannya.

Entahlah, mengapa cinta mampu membuat seseorang menjadi pecundang?

"Harusnya kamu yang tak perlu memikirkan ini, Ndi. Sudah tugas pengacara untuk memikirkan ini semua." Attir tersenyum getir pada Mandira.

Tiba-tiba Mandira memeluk Attir erat, menghapuskan jarak antara mereka berdua, bibirnya mengatup-ngatup ucapan terima kasih terus terucap di ujung lidah Mandira, spontan Attir membalas pelukan Mandira sesekali ia menepuk bahu gadis itu memberikan kekuatan, agar bangunan kokok nan suci ini tidak rapuh.

"Semuanya pasti akan lebih mudah," kata Attir yang memainkan rambut Mandira.

"Aku tahu, karenamu semua jadi lebih mudah."

Mandira melepaskan pelukan padahal rasanya Attir ingin berlama-lama memeluk Mandira, merasakan aroma tubuh Mandira sama seperti rasanya ia memiliki gadis itu, setidaknya untuk siang ini saja.

JatukramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang