6. Malam
Langit gelap menyapa dari balik jendela kamar Mandira, di luar hujan, angin malam bebas masuk dari jendela kamar yang di biarkan Mandira terbuka sejak hujan datang. Tangannya masih menari-nari diatas keyboard komputernya mencari-cari sesuatu di sana.
"Sialan." desisnya pelan sambil memainkan kasar mousenya.
Matanya sudah lelah menatap berbagai macam berita tentang Ayahnya yang ia temui di berbagai macam situs berita, hatinya mencelos untuk beberapa saat sebelum akhirnya Mandira menguatkan diri untuk terus berupaya mencari jejak-jejak, karena ia yakini penuh bahwa Ayahnya tak bersalah dalam hal apapun.
Handphonenya bergetar, notifikasi dari line membuat pikirannya beralih.
"Saka lagi di kafe sebrang kantor nih, lo gak lupa buat ketemu dia kan?" Begitu kata Acha dalam sebuah pesan, langsung Mandira mencoba mengingat-ingat apakah hari ini ia berjanji menemui Saka atau tidak.
Dengan gusar ia membalas pesan Acha. "Gue gak punya janji ko sama dia. Mungkin lagi punya janji sama oranglain."
Belum ia menutup aplikasi line, sebuah notifikasi kembali membuat Mandira mengurungkan niatnya.
"Iya, iya dia lagi ngobrol sama cewek nih maaf ya Ndi gue harus bilang kaya gini....."
Sebelum Mandira membaca semua isi pesan dari Acha, kembali hatinya menjadi tak tenang, Mandira bingung dengan dirinya sendiri, biasanya ia tak akan cemas jika Saka bersama oranglain terlebih lagi dengan wanita.
"Kamu dimana?" Dengan cepat Mandira mengirimkan sebuah pesan ke Saka, berharap setidaknya pria itu akan menjelaskannya sebelum Mandira bertanya.
Satu menit,
Lima menit,
Sepuluh menit,
Hilang sudah pikiran-pikiran baik tentang Saka berubah menjadi pikiran ganas yang menggerogoti Mandira di malam dingin ini.
Dentingan jam menemani malam sunyi Mandira, lampu kamar sudah ia matikan namun handphone masih dalam genggaman tangannya menanti balasan dari Saka sambil menghitung dalam hati menit-menit yang telah berlalu ia biarkan mati.
Handphonenya kembali bergetar, napas lega ia hela dengan penuh percaya. Apapun isinya asal dari Saka ia dapat menerimanya.
"Maaf"
Hanya itu, hanya itu. Mandira tak puas ia butuh kepastian namun waktu menghukumnya, mengingatkannya pada sebuah janji yang ia ucapkan beberapa detik yang lalu, katanya 'apapun isinya asal dari Saka ia dapat menerimanya'. Helaan napas panjang yang begitu menyakitkan ia hela. Dengan tangan masih terpaku pada handphonenya Mandira kembali membuka kolom chatnya bersama Acha.
" Iya, iya dia lagi ngobrol sama cewek nih maaf ya Ndi gue harus bilang kaya gini, telinga gue masih normal ko Ndi, cewek itu terus bilang 'mamah mau kita segera menikah'"
Dadanya sakit sekali, matanya memerah, amarahnya tersulut ia benar-benar ingin menangis sekarang, sekencang-kencangnya kalau bisa.
"Maaf"
Mandira teringat akan pesan Saka beberapa menit yang lalu, pikirannya berputar. Kata maaf yang dikirimkan Saka itu artinya Saka telah mengakui jika dirinya..... Arrgghh! Persetan dengan segala prasangka ia punya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jatukrama
Chick-LitDialah, Saka. Yang membuat Mandira, seorang manager disalah satu perusahaan ternama harus menanggalkan jabatannya dan beralih menjadi seorang suster di Rumah sakit jiwa. Dialah, Saka. Yang membuat Mandira harus menjauhi suaminya sendiri. Dialah, Man...