19. Bunga

7.7K 993 24
                                    

19. Bunga

Bersemilah di taman. Kawan jadilah bunga. Bunga yang mekar. Temani daun-daun. Dan terangi hidupnya. Jadilah bunga - (Banda Neira - Bunga)

Mereka telah sampai di ruang rawat Saka namun mereka tidak menemui Saka disana. Mandira melihat jam tangannya waktu sudah menunjukkan pukul lima dan biasanya Saka suka menghabiskan waktu di taman dengan yang lainnya, meskipun begitu Mandira sangat tahu jika Saka sebetulnya kesepian.

Mandira menarik tangan Attir dan membawanya ke taman, benar saja Saka berada disana dengan seoramg suster yang sedang menyuapinya makan. Mandira bisa melihat wajah sang suster yang menegang kala tatapan-tatapan Saka mengintimidasinya.

"Aku samperin ya, kamu disini aja."

Dua langkah Attir berjalan Mandira mencekal tangan Attir, "aku ikut." katanya menyamai langkahnya dengan Attir.

"Ngga usah."

Mandira heran. Mandira hanya takut jika Saka kehilangan kendali dan menyakiti Attir terlebih lagi menyakiti dirinya sendiri.

"Obrolan laki-laki." ucap Attir dengan senyumnya yang membuat Mandira mendesah kesal dan harus menunggu di bangku taman yang berada di hadapan bangku tempat Saka duduk sekarang.

Attir menghampiri Saka membuat suster itu menepi, memberikan kesempatan untuk mereka berdua bicara.

"Salam kenal Saka, saya Attir." ucap Attir sambil mengulurkan tangannya namun air muka Saka langsung berubah ketika ia mendengar nama itu, terasa asing namun seperti Saka sangat mengenalnya.

"Di sana ada Mandira, dia cantik ya. Saka kedatangan saya kesini untuk meminta izin padamu namun sebelum itu saya ingin meminta maaf karena telah mengikat Mandira saat ia masih bersamamu. Kamu tahu keluargamu telah menghancurkan Mandira, menghancurkan bangunan kokoh kita dan saya yakin kamupun sangat membenci hal itu. Keinginan kita sederhana bukan? Kita hanya menginginkan kebahagiaan memeluk Mandira. Saya mohon padamu Saka, izinkan saya mencintainya, memilikinya, menyayanginya, menjaganya seperti kamu dahulu. Izinkan saya mengisi hari-harinya. Saya pastikan dan saya bersumpah padamu tidak akan pernah membuatnya terluka, nangis atau sedih sedikitpun. Untukmu Saka, untuk Mandira, untuk kebahagiaan kita semua. Tentu itu yang kamu ingini? Bukankah kebahagiaan Mandira kita junjung tinggi? Saya mohon padamu untuk merelakan dia Saka."

Mata milik Saka memerah, ia menatap Attir datar namun senyum di bibirnya menunjukkan jika kebahagiaan Mandira segalanya untuknya.

Attir tersenyum. Dari kejauhan ia bisa melihat Mandira dengan tatapan heran dan Attir meminta Mandira untuk menghampirinya dengan Saka.

Mandira berjalan pelan dan sedikit ragu, namun akhirnya langkah itupun telah sampai di hadapan Attir dan Saka. Mandira tersenyum beberapa saat sambil menanyakan kabar pada Saka meski Saka tidak menjawabnya namun senyum yang masih menempel indah di bibirnya menunjukkan bahwa ia baik-baik saja.

Saka menatap Mandira dengan tatapan lembut seperti dahulu, tiba-tiba rasa rindu menggelayut di hati Mandira, tak dapat dipungkiri jika rasa itu memang masih ada. Saka mengambil tangan Mandira, mengenggamnya lembut membuat Mandira terheran-heran bahkan suster di sini terus menerka-nerka apa yang di bicarakan Attir sampai membuat Saka seperti ini.

Tak lama Saka juga mengambil tangan Attir lalu menyatukannya dengan milik Mandira.

"Attir dan Mandira." kata Saka pelan yang membuat hati Mandira bergetar hebat bahkan air matanya sudah tumpah ruah. Ia bahagia, hatinya terenyuh mendengar Saka berbicara seperti itu. Attir menggenggam tangan Mandira lebih kuat lagi sambil tersenyum.

"Terima kasih, Saka." ucap Mandira sambil menyeka air matanya dengan tangan yang lain.

JatukramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang