10. Waktu Yang Salah

8.1K 1K 7
                                    

10. Waktu Yang Salah

Dia datang, Mandira sudah memastikan jika hari ini harus terjadi, hari di mana ia akan ditunjukkan jika memang ialah yang menjadi penyebab Saka sakit jiwa.

"Wanita sialan! Lo udah bikin kakak gue jadi begini dan lo harus terima akibatnya!" kata Kayla, adik Saka dengan berapi-api sambil membawa gunting di genggamannya yang siap kapanpun dapat menusuk Mandira. Mandira tersenyum. Sejak Kayla datang mengundang keributan para satpam sudah dengan sigap menjauhi Kayla dari dirinya namun Mandira melarang para satpam itu melakukan kekerasan pada mantan calon adik iparnya.

"Dasar gak tau malu! Dasar gak punya harga diri! Kakak gue sekarang dirumah sakit jiwa dan lo? Disini dengan senang-senangnya! Arrrrrgghh~" ucapan Kayla diakhiri dengan rintihan putus asa.

Iya, Saka di Rumah sakit jiwa. Semuanya benar. Lo penyebabnya Mandira, iya lo.

Bergantian kata-kata itu merasuki pikirannya seketika Mandira lemas dan mendudukan dirinya di kursi, sementara para satpam sudah berhasil mengeluarkan Kayla dari kantor tempat ia bekerja.

Mandira tidak percaya dengan kabar yang berhembus kencang akhir-akhir ini, namun kepastian sudah ia dapatkan dari Kayla dan itu sangat membunuh perasaannya.

Lama ia berdiam di tempat, tepukan di bahunya menyadarkan ia dari semua lamunannya. Acha berdiri disana dengan air yang sudah membasahi pipi mulusnya itu.

"Gue tahu apa yang lo rasain sekarang, Ndi." Acha merentangkan kedua tangannya memberi isyarat pada Mandira untuk menerima pelukannya.

"Gue gak tahu harus ngapain Cha." kata Mandira disela-sela peluknya, kini air mata pun sudah terjun bebas membasahi pipinya dan juga blazer yang dikenakan Acha.

Waktu yang salah, selain menyalahkan dirinya Mandira juga menyalahkan waktu. Naif memang namun memang begitu adanya, pecah sudah konsentrasinya saat itu. Mandira melupakan satu hal yang seharusnya tidak ia lupakan, jika sekarang ada Attir yang lebih segala-galanya dari Saka namun mengapa semua rasanya sulit sekali menghadapi fakta itu.

Harusnya Mandira tak perlu peduli dengan apapun kondisi Saka sekarang, namun apa boleh buat pikirannya sudah dikendalikan oleh hatinya, yang masih memilih Saka.

JatukramaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang