20. Tanpa Karena
Hal yang disyukuri Mandira saat bangun tidur selain ia masih bernapas adalah wajah Attir yang tenang saat tidur. Attir, nama yang tak pernah terpikirkan, yang kehadirannya hanya angin lalu dan sekarang nama itu yang selalu dipikirkannya, yang kehadirannya selalu ia ingini setiap menitnya.
Mandira bersyukur dengan itu semua.
Luka yang dahulu sangat membekas di hatinya perlahan memudar berkat Attir.
Baginya, dulu takdir selalu menorehkan goresan barang satu atau dua namun sekarang ia tak pernah sebahagia ini.
Mandira tak pernah menyalahkan siapapun atas apa yang terjadi pada masa lalunya dahulu. Namun tidak penting seberapa luka tertoreh di hatimu, masa lalu ada untuk diikhlaskan, dimaafkan agar kau bisa berdamai dengan dirimu, masa lalumu dan juga yang menyakitimu.
"Kamu kenapa?"
Mandira tersentak ketika ada sebuah tangan yang mengenggam tangannya. Hangat.
"Kamu kebangun ya?" Mandira bertanya, ia membenarkan posisinya.
"Daritadi juga udah bangun, kamu melamun sampai segitunya." Attir mengangkat tangannya, mengacak-ngacak rambut panjang Mandira.
"Mas, terima kasih ya."
"Untuk apa Ndi?"
"Untuk terus di sampingku, menyayangiku, mencintai dan menjagaku." Attir tersenyum menatap Mandira, entahlah ia bahkan tidak bisa menghitung ini kali keberapa Mandira pengucapkan itu.
"Tiga bulan yang terasa asing ini kita akhiri ya mas, kita mulai dari awal semuanya." tambah Mandira yang membuat Attir kembali tersenyum.
"Aku mau buat pengakuan, Ndi."
Mandira memincingkan sebelah alisnya meminta penjelasan pada Attir.
"Aku bukan manusia sempurna Ndi yang ngga luput dari salah dan khilaf. Dulu,"
Mandira menarik napasnya. Kata yang di awali dengan dulu itu terasa menyabik pikirannya namun sekeras hati ia meninggalkan pikiran buruknya. Itu dulu, hanya masa lalu. Ingat baik-baik.
"Aku mengenal Kayla di sebuah club malam dan hampir melecehkannya lalu keesokannya kami terikat hubungan tolol atau bahkan aku tak bisa menyebut itu sebagai hubungan. FWB, orang menyebutnya begitu. Lalu lambat laun aku mundur teratur sampai akhirnya suatu hari—"
Kayla? FWB? Gila! Mandira tak bisa berpikir dengan jernih lagi, ia kecewa entahlah apa rasanya.
"Suatu hari ia datang ke kantorku tepat sebelum persidangan itu dimulai, dia memintaku untuk tidak memberikan bukti yang sesungguhnya. Tapi, tentu Kayla tak berhak atas hal itu karena apapun akan aku lakukan untuk kebahagiaan kamu." kata Attir masih menggengam tangan Mandira kuat.
"Sudahlah, coretan hitam masa lalu kamu itu ngga bakal ngerubah apa-apa, ngga bakal ngerubah aku untuk tidak mencintaimu lagi, ngga akan membuat aku mundur. Karena aku yakin kamu akan menghapus hitamku menggantinya dengan banyak warna yang kamu miliki dan sebaliknya." kata Mandira sambil tersenyum.
—Jatukrama—
"Ayah, Ibu~"
Mandira lari berhambur ke pelukan sang Ibu yang telah menantinya di depan pintu, di depan rumah masa kecilnya dulu.
Sejak pembebasan Tuan Ibrahim, orang tua Mandira memutuskan untuk kembali ke Malang, bekerja atau bercocok tanam di sini nampaknya lebih menyenangkan jika di Jakarta. Kota yang terlalu kejam untuk mereka. Meski harus berjauhan dengan puterinya, tak masalah bagi mereka karena sekarang ada Attir yang menjaganya.
"Itu ada suami kamu kok masih kaya anak kecil sih, nduk." kata Nyonya Kinar sambil mengelus rambut legam Mandira.
"Ya ngga apa-apa dong Bu kan manjanya ke Ibu bukan ke yang lain." ucap Mandira sambil tertawa dan sukses dahinya mendapat sentilan dari orang tua dan suaminya tentu saja.
"Hati-hati kalau bicara." kini, Tuan Ibrahim yang berkata.
"Memang kamu berani?" Attir menimpali yang membuat Mandira semakin diam.
Lalu ia bergelayut di lengan Attir, "ya kamu pikir aja coba."
"Sudah-sudah, ayo makan siang dulu." perintah Nyonya Kinar maka merekapun langsung masuk ke dalam rumah menuju ruang makan.
Ayam, sayur, tahu, tempe. Makanan yang sangat menggoda dan membuat siapapun yang melihatnya mengelap air liur namun entah mengapa Mandira merasa lain, seperti perutnya sudah penuh duluan, lalu rasa mual menderanya sampai akhirnya Mandira tak bisa menahannya.
"Hhhooooekk." Mandira langsung berlari ke kamar mandi di ikuti Attir dan orangtuanya.
"Kamu kenapa? Mual? Pusing? Mabuk perjalanan ya kamu?" Attir memijat tengkuk Mandira halus sementara Mandira masih muntah-muntah dan kedua orang tua Mandira hanya bisa tersenyum melihat kedua anaknya.
"Mas, kamu jangan di sini. Ini jorok tau.. Hhhooekk."
"Mungkin Mandira hamil." ucap Tuan Ibrahim dan Nyonya Kinar bersamaan yang membuat suasana langsung senyap, menghentikan muntahan Mandira dan juga pijatan Attir.
Mandira menatap Attir dengan tatapan yang tak bisa di jelaskan. Jika ia, sungguh benar yang di katakan Allah di surat Ar-Rahman. Nikmat mana lagi yang engkau dustai?
——
Hai.
Cuma mau bilang ini udah mau ke epilog.
Jatukrama dibuat 13mar16 dan baru mau selesai 2017 wkwk ngga pernah kepikiran bakalan selama ini padahal setiap partnya ngga lebih dari 500kata. He he he..Sekalian mau numpang promosi, ada cerita baru judulnya 'Kedua Kali' yang penasaran langsung cek profilku yahh yang ini bakalan di update rajin kok, seminggu sekali ngga nyampe tahunan wkwk. Silakan baca, kalau suka vomment yak, kritik dan saran di perlukan. Makasih.
Regards,
Minds_

KAMU SEDANG MEMBACA
Jatukrama
ChickLitDialah, Saka. Yang membuat Mandira, seorang manager disalah satu perusahaan ternama harus menanggalkan jabatannya dan beralih menjadi seorang suster di Rumah sakit jiwa. Dialah, Saka. Yang membuat Mandira harus menjauhi suaminya sendiri. Dialah, Man...