07

127 5 5
                                    

Pandora ingin tidur namun ia tak kunjung tidur, di pikirannya hanya surat yang tertulis dari Ophellia. Apakah itu sungguhan dari Ophellia?

Mungkin itu hanya prank, tapi kenapa Pandora berpikir kalau itu sungguhan?

Waktu terus berlalu sampai tak ada lagi yang terbangun kecuali Pandora. Apakah ia harus menuruti isi surat itu, atau melupakan kalau ia tak pernah mendapat surat itu.

Ahh palingan itu hanya surat iseng, siapa sih yang mau ke lorong hanya untuk hal aneh, batin Pandora.

Akhirnya ia mulai tertidur.

Namun, ia terbangun mendengar suara ketukan di bawah tempat tidurnya. Pandora mencoba tak menghiraukkannya, tapi semakin lama suara itu semakin menggema.

Klontang...
Seperti suara besi yang dipukul, namun samar samar suaranya. Pandora menutup matanya rapat rapat dan berusaha tidur.

"Hey, Pandora...... bangunlah......" bisik suara itu, "Pandoraaa............"

Akhirnya ia terbangun dan berbalik, betapa kagetnya dia bahwa ada seorang laki laki berada di hadapannya, "kyaaa... hmp.." saat Pandora ingin berteriak, laki laki itu menutup mulutnya dan berdesis, "ssssttt..."

"Siapa kau??..." bisik Pandora.
"Aku Kevin... Ophellia sudah menunggumu.... ayo kita pergi..." bisik pria itu.
"Tidak.....bagaimana kalau kau bohong......"
"Aku bersumpah demi celana dalam tempat ini...... Ophellia betul betul menunggumu........." bisik Kevin.

Pandora melipat tangannya di dada, "kenapa aku harus percaya padamu?" Ujar Pandora tanpa berbisik, "bagaimana kalau kau berbohong? Bagaimana kalau kau menjebakku?"

Kevin berdesis lagi, "diamlah..... suara mu terlalu besar........"

Pandora tersenyum, "TERLALU BESAR YA?" teriak Pandora.

"Kumohon........diam.....lahh...." bisik Kevin.

"Kevin?" Sebuah suara kembali terdengar dari bawah tempat tidur Pandora, "Kevin?"

Seorang wanita keluar dari kolong tempat tidur Pandora. Dia adalah Ophellia, "kenapa lama sekali membujuk gadis bodoh itu? Kita harus cepat!" Ujar Ophellia.

"Tunggu! Kau bilang aku ini bodoh?!" Pandora mulai emosi. Namun, Ophellia menariknya dan memaksanya masuk ke bawah ranjang Pandora, "apa sih mau kalian?"

"Tak usah banyak bicara," Ophellia memasuki sebuah lorong kecil. Sebenarnya tak terlalu kecil, kalau kau lincah pasti bisa memasukinya.

Kevin menyuruh Pandora masuk ke dalam lorong tersebut, akhirnya dengan berat hati Pandora mulai masuk ke dalam lorong tersebut. Saat di dalam, ia merangkak rendah agar tidak terjedut langit di atasnya.

Di belakang, Kevin masih sibuk menutup lorong tersebut dengan jeruji tersebut. Lalu Pandora ingat Kevin, bukankah Kevin dan Ophellia satu sekolah dengannya. Dan, kalau mereka satu sekolah, kenapa mereka tidak satu kamar?

"Hey, bukankah kalian berdua satu sekolah denganku? Mengapa kalian tidak satu kamar denganku?" Tanya Pandora sambil merangkak.

"Kau itu gak peka dengan lingkungan sekitar ya?" Balas Kevin, "memang kau tak lihat saat kami digiring menuju kamar lain? Memang kau tak lihat ada 2 ranjang kosong di kamarmu?"

"Err, ti--dak."

"Sudahlah Kev, dia kan hanya bermain dengan temannya saja. Ia tak melihat keadaan di sekelilingnya," ujar Ophellia.

"Baiklah, aku memang tidak peka. Namun, kemanakah tujuan kita sekarang?" Tanya Pandora bingung.

Baru saja Pandora bertanya, ada sebuah ruang agak luas. Jadi, mereka tidak perlu merangkak terlalu rendah. Namun, mereka hanya bisa berjongkok. Di lantainya ada sebuah lubang dengan cahaya dari lubang tersebut.

Ophellia mulai bicara namun agak pelang, "akan kuberitahu semuanya, tapi kau tak boleh bicara terlalu keras. Mengerti?"

"Tapi kena--"

"Sssstt!!" Desis Ophellia, "sialan, kau jangan kencang kencang bicaranya. Diam dan dengarkan atau kubunuh kau sekarang juga."

Pandora terdiam.

"Pandora, diantara anak anak di sekolah kita, kita lah yang diincar mereka,"

"Hah, kenapa?" Tanya Pandora dan langsung disambut tatapan mengerikan Ophellia, "ma--maaf, lanjutkan,"

"Kita diincar karena nilai kita 100! Dan yang paling diincar mereka adalah kita bertiga. Aku juga tak tahu mengapa mereka mengincar kita. Aku mendengar sendiri percakapan salah satu orang di sini," Ophellia mengintip ke bawah lubang tersebut, "ah, mereka datang."

Pandora ingin bertanya namun ia mengurungkan kembali niat tersebut. Ia mendengar suara. Seperti suara orang sedang bercakap cakap.

"6 hari lagi, kita akan mulai tes kepada subjek subjek penting," suara ini seperti suara wanita.

"Benar, jadi siapkan semuanya dari sekarang. Jangan sampai tes ini gagal, mengerti?" Sekarang suara pria.

"Baik, dok." Suara tersebut mulai menghilang.

"Dengar?" Ujar Kevin kepada Pandora. Pandora hanya mengangguk, "kita akan dites 6 hari lagi. Dan apakah tes tersebut?"

"Kau pikir aku tahu?" Ujar Pandora.

"Ah sudahlah, pokoknya aku hanya ingin memberitahu hal ini padamu Pandora. Jangan cerita pada temanmu," ujar Ophellia.

"Kenapa?"

"Karena itu bahaya, tahu kan maksudku?" Ujar Ophellia. Pandora mengangguk padahal ia tak mengerti maksud Ophellia sendiri.

Saat mereka ingin kembali, tiba tiba Kevin berteriak, ia terjatuh ke dalam lubang tersebut, "Kevin!!"

Beruntung Kevin belum terjatuh sepenuhnya. Tangannya memegang ujung lubang tersebut agar tidak jatuh. Pandora dan Ophellia membantu mengangkat Kevin ke atas. Pandora melihat lubang itu, di sana ada sebuah tempat tidur dan banyak alat. Ia tahu tempat apa itu. Itu adalah ruang operasi.

Lalu sebuah suara terdengar lagi. Tampak seperti ada yang ingin masuk ke dalam ruang tersebut. Akhirnya Pandora dan Ophellia mampu mengangkat Kevin. Namun, saat Kevin terangkat, tak sengaja Pandora terpeleset dan terjatuh ke dalam lubang itu. Ia terjatuh ke ruang operasi.

Sakit rasanya terjatuh ke lantai. Lalu pintu ruang tersebut terbuka, muncul seorang laki laki yang membuat Pandora sangat terkejut.

"Zachary?" Ujar Pandora dengan nada terkejut.

-----0000-----

Halo semuanya, maaaf kalo chapter ini pendek huhuhu.

Next??

The ControlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang