09 (reborn)

128 2 0
                                    

Masing masing orang sibuk menggunakan senjata mereka. Mulai dari kelompok kapak, mereka menyerang target dengan gigih dan penuh tenaga. Kapak adalah senjata yang lumayan berat dan di kelompok itu hanya laki laki saja yang menggunakan kapak.

Disusul kelompok pisau yang sibuk membidik target dengan sangat detil dan penuh ketelitian.

Kemudian kelompok busur, mereka mengetes kekuatan angin dengan cara sedikit menjilat ujung jari mereka dan mengangkatnya ke atas. Jika sudah, mereka mengambil anak panah dan mulai membidik dengan penuh konsentrasi.

Terakhir kelompok pistol, sebelum beraksi mereka diajari terlebih dahulu cara mengisi amunisi. Setelah itu, mereka memakai headset di telinganya. Lalu mulai membidik target dan menembaknya.

Pandora berada dalam kelompok pistol, awalnya sulit untuk memakai alat ini namun ia mulai terbiasa. Mungkin ia sudah menembak target sebanyak 5 kali, namun tak ada satu pun yang mengenai target. Karena emosi, ia terus menembaknya secara membabi buta. Sampai amunisi habis, ia mulai kesal sendiri. Apasih tujuan latihan senjata? Nyebelin banget, batin Pandora.

Setelah sekian menit, sekian jam berlatih. Tangannya mulai merasa nyeri hebat. Bagaimana tidak? Saat istirahat, Pandora tetap berlatih keras. Dan meski sudah latihan terus, ia tak kunjung mengenai target.

"Ayolaah kena dong." Gumam Pandora. Persis saat ia bergumam, satu peluru menembus mengenai target. Ia bersorak atas keberhasilannya tersebut, lalu memutuskan untuk istirahat sejenak.

"Hoy, Pandora kemari!" Ujar seorang pria memanggilnya.

"Halo Derek, halo Dimas," sapanya kemudian melihat ke arah Zachary. Loh sejak kapan Derek dan Dimas kenal Zachary? "Ha--hai Zach,"

Zachary hanya tersenyum, kemudian mengalihkan pandangan seperti merasa cemas bercampur takut. Mungkin karena kejadian kemarin, batin Pandora.

"Woa, Pand! Tanganmu merah banget." Ujar Derek.

"Ah biasa aja kali. Ga sakit banget kok," ujar Pandora sembari menggerakkan tangannya. Karena masih nyeri, Pandora mengaduh, "aduh.. shh.." ia meniup tiup tangannya.

"Coba biar kulihat," ujar Derek lalu menggenggam tangan Pandora. Ia memijit mijit tangan Pandora, sehingga membuat Pandora sedikit salah tingkah. Ia melirik Zachary, wajahnya menggeram. Seperti menahan kesal, dan mata Zachary selalu tertuju pada tangan yang dipijit Derek.

"Makasih, Der. Udah gasakit lagi," Pandora menarik tangannya sehingga membuat Derek kebingungan.

"Tapi itu masih sakit kan?"

"Udah gak sakit kok, makasih." Pandora melirik ke arah Zachary yang masih kesal. Suasana hening menyambut mereka sampai Dimas mengajak Derek pergi. Tinggallah Pandora dan Zachary berdua.

"Zach—"

"Jangan bicara lagi, Pandora." Potong Zachary yang menimbulkan rasa sesak dalam hati Pandora.

"Kenapa?"

"Jauhi aku. Aku sedang ingin sendiri."

"Kalau aku gak mau?"

Zachary menatap Pandora dengan penuh harap sehingga membuat Pandora terhenyuk, "jangan membuat ini menjadi sulit bagiku."

"Tapi ini juga membuatku sulit, Zach. Mengapa kau jadi begini? Apa karena kejadian kemarin malam?" Pandora memalingkan pandangannya. Timbul setitik rasa takut akan sikap Zachary kemarin malam.

"..."

"Bisakah kau menceritakan ini semua?" Tanya Pandora pada Zachary. Berharap ia menjawab semua ini. Namun, Zachary hanya diam saja.

The ControlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang