"Dimas..." Pandora mencoba menahan Dimas, namun Derek menahan lengan Pandora agar diam.
"Dimas, kita harus mengambil keputusan saat pikiranmu sudah jernih. Jangan mengambil keputusan saat marah." Liss masih mencoba untuk membujuk Dimas.
"Liss. Biarkan saja dia." Derek menarik lengan Liss agar ikut bersama. Liss awalnya memberontak, sejurus kemudian Dimas mengeluarkan pistol dari tas nya dan mengarahkannya ke Liss.
"Dimas..."
"Pergi. Saja. Dengan. Derek." Dimas menekankan kata katanya.
"Kau tak mungkin membunuh sahabatmu kan?" Liss masih menatap Dimas tak percaya.
"Bisa jika dia sudah tak masuk akal. Hey, Derek! Gara gara cinta monyet, kau sudah membuat teman teman kelompok kita mati," pistol yang tadi diarahkan ke Liss berpindah ke Derek, "dan aku sangat berterimakasih atas apa yang kau perbuat. Jadi aku mohon pergi saja dan lupakan aku. Kalian boleh anggap aku sudah tiada."
"Dimas, kau-" Pandora hendak bicara namun Derek memotong pembicaraannya.
"Pergilah sebelum Mindless menggerogoti mayatmu." Kalimat sadis itu sukses membuat orang tertegun untuk mendengarnya. Perlahan Dimas menurunkan senjatanya lalu berjalan pergi meninggalkan teman temannya.
Liss sejurus kemudian menampar Derek telak. Derek terkejut dan tak menampilkan ekspresi apapun, begitu juga Pandora yang terkejut melihat pemandangan di depannya.
"Kau dari dulu memang tidak pernah berubah!" Bentak Liss, "Dimas itu memang begitu, mengapa kau malah menambah suasana buruk pada hatinya?! Kita bertiga kan sudah bersahabat sejak kecil! Lalu kau merusak nya, Der."
Derek hanya diam tanpa meresponnya. Kemudian Liss mendorong bahu Derek frustrasi, "mengapa selalu aku yang menjadi penahan persahabatan kita?! Kenapa tidak salah satu dari kalian mencoba untuk menahan persahabatan kita."
"Liss, tenangkan dirimu." Pandora mencoba menenangkan Liss, namun Liss malah tambah menangis.
"Liss, sekarang Dimas butuh waktu untuk menenangkan dirinya." Ujar Derek seketika.
"Bagaimana jika dia berbuat aneh?!"
"Aku tahu Dimas bagaimana, dia tidak sebodoh itu." Derek mengambil tasnya lalu berjalan ke timur.
Pandora mengusap pundak Liss, "ayo kita ikuti dia, jangan memperburuk keadaan." Liss mengangguk lalu berjalan mengikuti Derek.
***
Perjalanan yang mereka jalani ke arah timur semakin naik. Seperti menaiki bukit. Entah mengapa ini aneh bagi Pandora. Sejauh ini mereka tak kunjung juga menemukan gedung yang bertuliskan THE CONTROLS.
"Apakah kita sudah benar arahnya?" Ujar Liss sambil mengelap keringatnya.
"Konpasku masih menunjukkan arah ini arah timur." Ujar Derek singkat.
"Aku ingin cepat sampai dan menjemput Ziora, mereka sangat jahat dengan menculik Ziora." Pandora meremas bajunya menahan kesal dan amarah. Zach dan Ziora sudah direnggut, apa masih kurang penderitaannya ini?
Derek melihat Pandora tulus, kemudian jemari Derek menggenggam jemari Pandora. Pandora sangat senang ketika digenggam Derek, ini membuatnya tenang.
Liss berjalan menelusuri semak belukar, lalu ia terdiam di tempat, "teman teman, ada kabar baik..."
"Ada apa Liss?" Derek menghampiri Liss dan melihat apa yang telah dilihat Liss. Pandora juga merasa penasaran apa yang dilihat mereka berdua.
Di depan sana, kelompok Pandora sedang beristirahat.
---000----
Eh. Gila. Maaf banget ya chapt nya pendek bangetttt :((((
Kenapa aku pendekkin? Soalnya ini udah mau mendekati ending lohhhh yiiihuu.
Dan aku gak bisa cepet2 update kayak dulu, banyak tugas numpuk, presentasi masih ngantri minta dikerjain HAHAHAHA.Mohon pengertiannya...
See you on next chapter~
-AMS
KAMU SEDANG MEMBACA
The Controls
Ficção CientíficaPandora awalnya tak menyangka hal tersebut akan terjadi. Berawal dari ketidak seriusannya dalam test fisika, menimbulkan malapetaka baginya. Kejahatan dari para ilmuwan dalam meneliti otak para manusia ini tak dapat dihindari lagi. Bahkan sahabat ny...