Pandora membuka kedua matanya. Pandangannya begitu kabur hingga ia tak dapat melihat dengan jelas. Kepalanya sakit luar biasa sehingga air matanya mulai keluar. Pandora menangis. Bukan karena sakit akan luka di kepalanya, melainkan sakit akan pengkhianatan sahabatnya itu.
Pandora memang tak dapat ingat dengan jelas kejadiaan barusan, namun ia tahu bahwa Ziora lah yang memukulnya habis habisan.
Pandora melihat tubuhnya. Ia sudah terikat di sebuah batang pohon dengan tali yang terikat begitu kencang. Begitu sakit, sehingga mungkin kulitnya sudah penuh dengan luka goresan.
Inilah titik terlemahnya. Ini titik terlemah Pandora.
Semakin lama, pandangannya mulai jelas. Seseorang mulai datang menuju Pandora. Si pengkhianat itu.
"Sudah bangun, Pand?" Tanya Ziora dengan senyum paling lembut.
"Apa... yang akan kau lakukan... padaku?" Lirih Pandora lemah, air matanya masih mengalir deras. Ziora tersenyum puas melihat Pandora.
"Aku hanya ingin kau mati. Simpel kan?" Ziora mengeluarkan senjata lalu ia todongkan ke kepala Pandora, "ingin aku membunuhmu."
"Aku sudah mati sejak awal. Untuk apa kau membunuhku... lagi?"
"Aku tak peduli! Walau kau sudah mati, aku akan tetap membunuhmu sampai puas. Tapi bukankah manusia tak punya kepuasan?" Gelak tawa mulai keluar dari Ziora.
"Lalu apa yang kau tunggu? Cepat bunuh aku."
Ziora menampar Pandora kencang hingga ia mulai merasa pusing lagi, "aku akan menyiksamu sebelum kau mati. Agar kau tak akan mati dengan tenang."
"Jahat... kau jahat Zi."
"Aku tak peduli."
"Axyra akan sedih melihatmu jadi begini."
Ziora terhenti, "Axyra?"
"Bahkan apakah mungkin Axyra mampu melihatmu sekarang. Ia bahkan tak dapat bernafas lagi."
"Maksudmu?"
Pandora mendengus, "ia sudah mati, sialan." Lalu Pandora tertawa kecut dan mulai mengeluarkan air mata.
Awalnya Ziora akan diam saja, namun Ziora tertawa terbahak bahak, "AHAHAHAHA!!!" Ziora menarik pipi Pandora, "lantas kalau dia mati kenapa? Itu wajar. Tes yang kau lakukan adalah memperuntukkan kalian semua mati! Aku tak mungkin terbuai dengan frasa 'Axyra mati', mengerti?"
Pandora hanya menatap Ziora dengan penuh amarah. Lalu ia meludah ke wajah Ziora.
"Sialan kau! Gadis ini harus mati!!!" Ziora mulai menarik pistolnya dan mengisi amunisi. Kemudian ia todongkan ke arah kepala Pandora, "mati kau!!"
Namun seseorang menarik Ziora dari belakang, "jangan Ziora!"
"Lepaskan aku!!" Ronta Ziora. Pandora ingin melihat siapa yang menarik Ziora. Tepat saat itu juga, orang itu berbalik dan menatap Pandora.
Itu Zachary.
"Zach... " Pandora tersenyum lebar karena akhirnya Zachary menolongnya, "Zach... tolong lepaskan aku..."
"Zachary!!! Jangan halangi aku!!!" Teriak Ziora. Namun, Zachary tetap menahan Ziora dan masih menatap Pandora.
"Zach... tolong... " lirih Pandora.
Namun apa yang Zachary lakukan betul betul mengejutkan. Zachary tak menolong Pandora lalu memeluk Ziora tanda menenangkan, "kau harus sabar. Jangan tergesa gesa."
Hati Pandora mulai mencelus, perutnya melilit dan membuat rasa tidak enak dalam dadanya. Jantungnya berdegup begitu kencang bahkan punggungnya mendingin. Zachary tidak menolong Pandora. Tapi dalam lubuk hati kecilnya mengatakan ia harus percaya pada Zachary. Zachary adalah sahabatnya. Zachary teman masa kecilnya. Tak mungkin. Tak mungkin Zachary mengkhianatinya.
Ziora entah mengapa menangis di pelukan Zachary. Kemudian Zachary mencium puncak kepala Ziora sambil melirik ke arah Pandora. Sekali lagi, ia mulai merasakan kesedihan begitu mendalam. Ia ingin mempercayai Zachary, namun mengapa begitu sulit?
"Zach... kau tidak mengkhianatiku juga... kan?" Lirih Pandora menahan isakan tangisnya. Pandora benar benar berharap bahwa Zach mengatakan tidak. Karena Zachary temannya. Tak mungkin. Tak mungkin.
Namun apa yang Pandora harapkan berbeda, Zachary berjalan ke arahnya, "awalnya aku tak ingin Pand dan aku lebih mementingkan perasaan ku padamu dan perasaanmu padaku."
"Jadi..." setitik harapan muncul lagi.
"Tapi itu baru awalnya, Pand. Aku sadar bahwa perasaan tak bisa kekal dan abadi. Aku tak mungkin menyukaimu hingga akhir hayatku bukan? Begitu juga kau, aku tahu semuanya Pand." Ujar Zachary menatapnya dengan miris. Derek, Pandora bahkan sudah menyukai Derek. Namun bukan berarti Pandora tak mencintai Zach lagi.
Hatinya masih terarah pada Zachary.
"Perasaan memang tidak kekal Zach. Yang terpenting adalah kesetiaan. Dalam suatu hubungan perlu dilandaskan kesetiaan dan kepercayaan. Wajar jika kita merasa bosan dan mulai menyukai yang lain. Wajar jika kita tak menyukai orang tersebut lagi. Namun, yang terpenting kesetiaan. Aku setia dan tak ingin menduakan. Karena aku percaya padamu Zach. Aku telah menaruh kepercayaan padamu."
"Kau salah. Kau terlalu mempercayaiku. Karena aku tak mungkin akan menjadi Zachary yang selalu kau kenal. Manusia pasti berubah. Jika hubungan ini mengancam keselamatanku, mengapa harus aku lanjutkan?"
"Jangan Zach... " tangisnya mulai keluar.
"Maaf Pandora. Karena sekarang aku bukanlah Zachary yang kau kenal lagi. Aku adalah aku yang seharusnya. Aku lebih memprioritaskan nyawaku daripada hubungan yang berbahaya untuk nyawaku. Itulah mengapa aku bergabung dengan mereka."
"Cukup... jangan lanjutkan lagi. Kau melanggar kepercayaanku. Aku selalu percaya bahkan mempertaruhkan nyawaku. Aku bahkan mengorbankan yang lain demi kau. Karena aku mencintaimu. Dan aku yang tersakiti."
"Berhenti bicara omong kosong!!" Teriak Ziora lantang, kemudian ia menarik Zachary, "aku akan membunuhmu, Pand! Ingat itu! Sebentar lagi aku akan menyiksamu."
"Buat apa pengkhianat? Aku sudah mati. Mati sejak meninggalnya sahabatku dan pengkhianat dari sahabatku. Aku telah mati sejak awal," Pandora memejamkan matanya lalu ia menghela nafas begitu keras. Kepalanya berdenyut kesakitan, "kau sudah menyiksaku, lantas apa yang kau tunggu lagi? Cepat bunuh aku. Bukankah kau bilang kau akan tetap membunuhku walau aku sudah mati."
Ziora menggeram keras, wajahnya memerah karena emosi, "akan kubunuh juga kau sekarang!!!"
"Tidak Ziora!" Tahan Zachary, ia mengambil pistol Ziora dan melemparnya. Kemudian ia mengambil tongkat, lalu berjalan ke Pandora.
BUGH!!!
Zachary memukul dengan sangat kencang ke lengan Pandora. Pandora berteriak kesakitan, lalu Zachary memukul kedua kaki Pandora melebihi tenaga pria. Pandora bisa merasakan bunyi tulangnya.
Sakit.
Kematian
Pengkhianatan.
Penyiksaan.
"Kau harus mati agar kami selamat." Ujar Zachary. Pandora menangis keras.
"Kalau begitu, aku rela berkorban untuk sahabatku."
----0000-----
Aku salut banget sama Pandora KARENA DIA GAK EGOIS SEPERTI ZIORA DAN ZACHARY. HAHAHAHA TISU MANA TISU #BaPeR.
Karena dalam suatu hubungan perlu dilandaskan kesetiaan dan kepercayaan. Bukan hanya perasaan saja. Kenapa kita mencintai seseorang? Karena kita percaya bahwa dia lah yang bisa membuat kita bahagia. Memang cinta tak butuh alasan. Namun bagi saya, mempertahankan cinta tersebut yang harus beralasan.
Karena cinta terkadang membutakan kita. Benar manusia pasti berubah. Salah jika kita MENARUH HARAPAN PADA MANUSIA.
Jika kau ingin harapanmu tak terkhianati, taruhlah harapanmu pada tuhan yang maha esa.
Sekian. Makasih udah baca Chapt ini. Kritik dan saran penting untuk kedepannya.
(Oh iya tadi maaf banget ya pas buka gak ada tulisannya. Kayaknya error sih. Maaf yaa)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Controls
Science FictionPandora awalnya tak menyangka hal tersebut akan terjadi. Berawal dari ketidak seriusannya dalam test fisika, menimbulkan malapetaka baginya. Kejahatan dari para ilmuwan dalam meneliti otak para manusia ini tak dapat dihindari lagi. Bahkan sahabat ny...