"Kenapa bisa?!" Axyra yang terlebih dulu berkomentar, "kenapa menculik? Mengapa mereka tidak membunuh—maksudku kau tahu lah."
"Aku gatau juga deh," Pandora memegang kepalanya frustrasi, "seandainya aku langsung menembak Mindless tadi ... Ziora ... gak akan ...."
"Sudahlah yang terjadi biarlah terjadi," celetuk Jacob sembari menggenggam erat kapaknya. Di bagian tajamnya ada darah segar yang menetes, "ayo kita lanjutkan perjalanan."
Pandora menolak gagasan itu, "tapi kita harus mencari—"
Jacob menarik kerah baju Pandora, wajahnya memerah karena emosi, "temanmu itu sudah mati!!! Ia sudah diculik orang gila itu! Pikirkan juga yang lain, pasti mereka semua ingin melanjutkan perjalanan!"
Pandora menendang lutut Jacob sehingga Jacob melepas genggamannya, "Ziora adalah teman kita. Kita harus mencarinya, terserah jika kalian mau melanjutkan perjalanan, aku akan tetap mencari Ziora."
Jacob mencibir, tangannya terkepal ingin meninju Pandora namun Kevin menenangkan Jacob, "Pandora kau harus mengerti," Kevin menatapnya dengan perhatian, "kita harus—"
"Cukup!" Pandora mengangkat tangannya agar tak ada yang bicara, "kalian jika ingin terus melanjutkan perjalanan silahkan saja. Aku tidak ikut dengan kalian."
"Pandora berhenti bersikap egois," Ophellia menatap sinis Pandora, "temanmu itu sudah diculik oleh Mindless, kecil kemungkinan ia masih hidu—"
Pandora mengarahkan pistolnya ke Ophellia, semua orang terkejut melihat sikapnya itu, "pergilah! Pergi tanpa aku! Jika kalian berusaha menghentikanku maka ... maka aku akan menembak!"
Namun, gempa mulai muncul lagi. Kali ini benar benar kencang. Membuat Pandora terpaksa duduk. Sesuatu muncul dari tanah, bentuknya hitam namun panas dan mengalir.
"Apa?..."
"Lumpur,"
"LUMPUR LAPINDO!!! SEMUANYA LARI!!!" Kevin menarik Ophellia untuk kabur. Pandora tak dapat berdiri, gempa masih terasa di bawah sana. Lalu, muncullah semburat lumpur dari tanah. Hawa panas mulai mengalir, seseorang menarik tangannya agar berdiri.
Akhirnya Pandora berlari menjauhi lumpur itu. Semburat itu muncul lagi dari sampingnya, ia berteriak saat tetes lumpur itu mengenai kulitnya. Panas.
"Ayo terus lari!!!" Axyra lah yang menarik tangan Pandora. Mereka terus berlari. Oksigen yang biasa dibuat Pandora menjadi panas. Panasnya menjalar menuju paru parunya.
Seseorang berteriak minta tolong, Pandora menengok ke belakang dan mendapati Jacob yang terjatuh di sana. Kakinya bengkok sehingga Pandora tahu bahwa kakinya patah.
"Jacob!!!" Pandora melepas tangan Axyra, ia berlari menuju Jacob dan membantunya berdiri, "ayo Jacob! Kau pasti bisa!"
"Pandora lepaskan Jacob!" Kevin berteriak.
Pandora menggeleng, "dia temanku! Aku gak akan meninggalkannya sendiri!" Semua orang akhirnya berlari. Axyra pun diseret Danial agar berdiri.Pandora dan Jacob berjalan walau terpingkal pingkal, semburat lumpur muncul lagi sehingga mereka terjatuh. Lumpur mulai mengalir. Jacob mendorong Pandora menjauhi nya, "Jacob, kenapa?"
"Pergi!" Ujarnya, Pandora bangkit dan masih menarik Jacob walau meronta tak mau ditolong.
Akhirnya mereka berdua tetap berlari, tak disangka tanah di depan Pandora mulai meletuskan lumpur lapindo, Jacob mendorongnya ke samping, mencegah Pandora agar tak mengenai lumpur panas itu.
"Jacob!!!" Namun itu semua sudah terlambat. Pandora kembali berlari ke depan, perasaan bersalah mulai mengalir dalam tubuhnya. Gara gara Pandora, Jacob harus menerima dirinya ditelan lumpur panas itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Controls
Science FictionPandora awalnya tak menyangka hal tersebut akan terjadi. Berawal dari ketidak seriusannya dalam test fisika, menimbulkan malapetaka baginya. Kejahatan dari para ilmuwan dalam meneliti otak para manusia ini tak dapat dihindari lagi. Bahkan sahabat ny...