14

79 4 4
                                    

Bau busuk mulai tercium dari luar bis, seluruh orang menutup hidung masing masing karena bau tersebut.

"Bau apa ini?" Pandora menutup hidungnya.

"Aku... juga gak tahu..." balas Ophellia. Pandora mendengar seorang anak muntah. Ia pun juga ingin muntah, namun ia berusaha menahannya. Sia sia tadi ia makan lalu dimuntahkan begitu saja.

Sebesit ide mulai terlintas, "teman teman, ayo kita ambil gorden itu dan kita jadikan masker untuk menutupi hidung kita. Di luar bau sekali."

Ziora menyenggol lenganku, membuatku mengerutkan dahi, "kau udah kayak pemimpin saja."

"Kenapa? Kau iri?" Kata kataku membuatnya tertawa terbahak bahak.

"Tidak, sialan. Untuk apa aku iri pada anak ingusan sepertimu," Aku merasa bahwa kata kata Ziora agak sedikit kasar akhir akhir ini, "maaf, maksudmu aku gak pernah ngiri sama kamu."

"Yasudah, lupakan."

Semua anak mengikuti perintah Pandora, mereka mengambil gorden untuk menutupi hidung mereka. Ada yang merobek nya menjadi 2 karena salah satu temannya ada yang tidak kebagian gorden.

Mereka keluar dari bis perlahan lahan. Pandora yang paling terakhir untuk memastikan semuanya keluar. Tiba gilirannya keluar, sebelumnya, ia menengok ke arah jasad Myra. Kaku dan tak bernyawa.

"Maafkan aku..." batin Pandora.

Saat Pandora keluar, ia melihat teman-temannya diam dan tak berbicara. Ia mendekati Axyra yang terdiam juga, "kenapa?" Tanyanya.

"Lihat ke arah sana. Sepertinya itu sumber dari bau yang menyengat." Axyra menunjuk ke depan.

Pandora awalnya bingung, namun ia langsung sadar. Sekitar 5 meter dari sini, setumpuk mayat bertebaran di mana mana.

Hati nya berdegup kencang. Bagaimana kalau di sana ada mayat ibunya? Zachary? Clary? Maka itu, ia berlari ke arah tumpukan mayat tersebut. Di belakang, banyak yang memanggil namanya untuk berhenti.

Pandora tak menghiraukan mereka dan berlari ke arah mayat mayat tersebut. Ia mencari wajah yang mungkin ia kenal, namun tak ada satupun mayat yang ia kenal.

"Apakah mereka dibunuh Mindless?" Ophellia baru sampai tadi, nafasnya dari balik masker sedikit cepat akibat berlari tadi, "apakah mereka... Mindless yang sudah mati?"

Pandora berbalik ke arah Ophellia, "aku gak tau. Tapi..." Pandora menyelidik mayat mayat itu, "tak ada satupun luka yang menunjukkan mereka mati dibunuh."

"Yasudah, lebih baik kita berjalan saja ke timur," sambar Ziora, ia menekan maskernya, "walau sudah pakai masker, bau nya tetap tercium."

Pandora setuju dengan Ziora, akhirnya mereka pergi ke arah timur seperti apa yang telah diperintahkan untuk mereka lakukan. Namun di sepanjang perjalanan yang mereka lihat hanyalah mayat.

***

Mungkin sudah satu jam mereka berjalan. Akhirnya mereka memutuskan istirahat sejenak. Pandora meminum minumannya dan memakan sedikit makanan yang ia bawa.

Pandora merasa aneh karena sejak tadi ia tak melihat satupun Mindless. Kemanakah mereka? Ah lagipula, kalau tak ada Mindless, mereka akan selamat bukan sampai gedung The Controls?

Semoga saja.

Kevin mulai mengambil alih dalam memimpin, "ayo, kita lanjutkan perjalanan."

Tak ada yang protes, wajah mereka hanya menampilkan ekspresi cemberut. Pandora mengeluarkan sesuatu dari tasnya, kompas. Ya, dia takut saja salah arah.

The ControlsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang