Sepanjang perjalanan pulang, Maya tidak bicara sama sekali. Pikirannya tertuju pada plat mobil tadi, Tama dan Rama. Entah kenapa, dia berfirasat kalau mereka saling berkaitan.
"Kak, lo kenapa? Diem bae." Ucap Naya mencoba menghalau keheningan di dalam mobil.
"Eh, gak. Gak kenapa-napa kok. Cuma laper aja, jadi ngayal makanan deh." Jawab Maya sembarang. Naya hanya menggeleng.
"Bentar lagi nyampe. Tahan." Maya mengangguk.
~~~
Tama mendekati rumah yang telah ia tinggalkan selama 2 tahun. Ya, dia sama seperti Naya. Pergi ke Korea Selatan untuk meneruskan sekolah dan sekarang mereka hanya liburan selama satu bulan karena adik kelas mereka sedang ujian.
"Halo." Ucap Tama pelan saat membuka pintu. Tak ada jawaban. Ia pun memasuki rumah dan menyapa sekali lagi.
"Halo, ada orang gak?" Tanya Tama sambil terus jalan mendalami rumah.
"Mang Kurdi?" Pekik Tama. Seorang lelaki berkisar tiga puluh tahunan yang sedang memperbaiki keran di dapur langsung menoleh. Mata lelaki itu menyipit.
Tanpa ragu, Tama menghampirinya dan membiarkan barang bawaannya tergeletak di lantai.
"Mang Kurdi, ini Tama, Mang." Ucap Tama.
"Ya Gusti, Den Tama. Ini beneran Den Tama?" Tanya Mang Kurdi. Tama mengangguk.
"Ih, si Den mah, makin kasep aja, Den. Sampe pangling Mamang." Ucap Mang Kurdi sambil memperhatikan Tama dari atas sampai bawah.
"Biasa aja kali, Mang. Oh ya, si Yoga ada, Mang?" Tanya Tama.
"Ada, Den. Tadi sih Mamang liat lagi di kamar kayaknya." Jawab Mang Kurdi. Tama mengangguk.
"Yaudah, Mang. Tama ke atas dulu ya."
"Iya, Den."
Tama pun membawa barang-barangnya yang tadi tergeletak menuju lantai atas. Tempat dimana kamar ia dan Yoga berada.
Setelah sampai di depan pintu yang Tama yakini adalah kamar dia dan kembarannya, Yoga, ia langsung membuka pintunya tanpa mengetuk terlebih dahulu.
Saat pintu terbuka, terlihat Yoga sedang mendengarkan musik dari earphonenya sambil duduk di karpet dan membolak-balik majalah sport. Terlihat keren dan terkesan dingin. Sangat berbeda dengan karakter Tama yang hangat, lucu dan terbuka.
Dengan lancangnya, Tama pun melempar tas bawaannya ke ranjang ukuran big itu, membuat Yoga tersadar dan melepas earphonenya. Matanya sedikit terbelalak.
"Lo...." Ucap Yoga menggantung. Tama tersenyum lebar.
"Haha, hai Adek tujuh menit gue. Iya, ini gue Kakak lo yang paling ganteng, Putra Pratama Ramadhan." Ucap Tama lalu menghampiri Yoga dan memeluknya sambil menepuk-nepuk bahunya pelan.
Yoga yang masih sedikit terperangah hanya diam. Detik berikutnya, dia mulai sadar dan menjauhkan Tama dari tubuhnya agar dia berhenti memeluknya.
"Lo kok bisa ada di sini?" Tanya Yoga.
"Eh, emang kenapa? Toh, ini masih rumah gue kali. Tapi, lo tenang aja. Gue kesini cuma sebulan kok." Jawab Tama.
"Oh ya, nih kamar masih gini-gini aja. Real Madrid sama Barcelona. Zaman banget ya, hahaha." Sambung Tama.
Yoga yang masih bingung karena banyak pertanyaan yang bersarang di kepalanya langsung menarik tangan Tama yang sedang melihat-lihat kamar mereka.
"Lo dari bandara kesini naek apa? Taksi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose To Love You ✔
Teen FictionWanita dikodratkan untuk dikejar, sedangkan lelaki dikodratkan untuk mengejar. Setuju? Yup, kebanyakan manusia setuju akan hal itu. Tapi, pengecualian untuk Maya. Seorang gadis yang nyaris 3 tahun mengejar seorang lelaki yang ia sukai, Rama. Hmm...